ada, terindikasi terjadi misklasifikasi yang cukup besar, yaitu 60 kelas diklasifikasi tidak tepat Karmellia, 2006. Ini artinya perlu dilakukan penelaahan
kembali terhadap kriteria tersebut, dan perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pengelompokan kelasnya ataupun variabel-variabel penentunya,
sehingga menjadi lebih reliable. Selanjutnya, terkait dengan skala perencanaan untuk pemetaan dan
rehabilitasi lahan kritis, maka dalam mengembangkan kriteria perlu dipertimbangkan aspek kedalaman studi tingkat kerincian informasi, apakah
kriteria yang dibuat hanya untuk memperoleh informasi secara umum saja, ataukah untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap. Oleh karena itu,
rumusan kriteria pengembangan perlu dibuat lebih spesifik untuk skala perencanaan tertentu, sehingga dapat diaplikasikan untuk tujuan-tujuan tertentu
pula. Penggunaan lahan yang tidak tepat di lahan kering Kabupaten Bogor
berpotensi terhadap terjadinya tingkat kerusakan lahan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena kondisi lahan kering di Kabupaten Bogor umumnya peka
terhadap erosi. Dampak akhir yang terjadi adalah menurunnya produksi tanaman yang diusahakan pada lahan-lahan tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji
keterkaitan hubungan antara kekritisan lahan dan produktivitas lahan, yaitu bagaimana sifat hubungannya, dan seberapa kuat hubungan yang terjadi.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengevaluasi kriteria dan klasifikasi tingkat kekritisan lahan saat ini kriteria Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah.
2. Mengembangkan kriteria dan klasifikasi kekritisan lahan untuk kawasan
budidaya pertanian lahan kering pada skala tinjau dan semi-detil. 3.
Menganalisis keterkaitan tingkat kekritisan lahan dengan produktivitas lahan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Memberikan masukan kepada pemerintah daerah khususnya Dinas Pertanian dan Kehutanan sebagai bahan evaluasi terhadap kriteria
kekritisan lahan yang telah dibuat. 2.
Kriteria dapat digunakan untuk menginventarisasi lahan kritis dengan lebih baik.
3. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
1.5. Kerangka Pemikiran
Lahan kritis di areal pertanian terjadi karena proses degradasi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menuju pada keadaan yang lebih buruk. Proses degradasi
tersebut disebabkan oleh kondisi dari faktor biofisik lingkungan alami seperti iklim, topografi, dan vegetasi. Selanjutnya akibat adanya campur tangan manusia,
menyebabkan faktor-faktor alami tersebut menjadi bersifat lebih erosif karena keseimbangannya terganggu. Dampak selanjutnya adalah menurunnya produksi
tanaman yang tumbuh di atas lahan-lahan tersebut sehingga menurunkan pendapatan usahatani masyarakat. Peningkatan luas lahan kritis merupakan
kesatuan yang bersifat simultan antara kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan sebagai faktor produksi utama,
serta penerapan kebijakan yang kurang mempertimbangkan kelestarian Matatula, 2009.
Dalam upaya penanganan lahan kritis, Pemerintah Kabupaten Bogor telah mendata tingkat kekritisan lahan dalam bentuk peta lahan kritis. Namun data
lahan kritis yang diperoleh masih memiliki validitas yang cukup rendah, karena berdasarkan validasi yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan masih terjadi
misklasifikasi yang cukup besar antar kelas kekritisan. Selanjutnya menurut Notohadiprawiro 1996, pengukuran kekritisan
lahan perlu dibedakan menurut macam penggunaan lahan, apakah untuk pertanian, kehutanan, peternakan, permukiman, industri, atau untuk semua macam
penggunaan. Dalam penelitian ini pengkajian difokuskan pada kriteria penetapan lahan kritis, kawasan budidaya untuk usaha pertanian. Oleh karena itu, agar
kriteria tersebut lebih sesuai untuk penetapan lahan kritis di kawasan budidaya pertanian, variabel-variabelnya perlu dikaji dan didalami lagi, sehingga terangkum
secara lengkap kriteria pengukur kekritisan lahan untuk kepentingan bidang pertanian. Selain itu agar dapat tercapai sasaran penelitian sesuai dengan skala
perencanaan, maka kriteria dikembangkan dan difokuskan pada dua skala perencanaan yaitu tinjau dan semi-detil.
Dalam kajian terkait dengan kekritisan lahan, perlu diketahui terlebih dahulu aspek-aspek lahan yang berpengaruh terhadap kekritisan lahan. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini digunakan dua aspek pendekatan untuk menjawab
tujuan penelitian, yaitu: 1 pendekatan proses degradasi pada lahan kritis, yaitu
mengukur variabel-variabel yang ada dalam mekanisme proses penurunan kualitas lahan, dan 2 pendekatan penyebab proses degradasi pada lahan kritis, yaitu
mengukur variabel-variabel yang menyebabkan terjadinya proses penurunan kualitas lahan.
Sejauh ini, penetapan variabel-variabel penentu, pengkriteriaan, dan penentuan kelas kekritisan lahan, hanya didasarkan pada suatu kesepakatan-
kesepakatan atau judgment yang bersifat sangat subyektif. Pertimbangan dari hasil analisis statistik diperlukan dalam rangka mengurangi faktor subyektifitas tersebut
sehingga keputusan akhir yang diambil menjadi lebih obyektif dan mendekati kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kriteria dengan
pendekatan statistik sebagai pendekatan utama yang dikombinasikan dengan judgment profesional. Dengan bantuan pendekatan secara statistik, celah-celah
kelemahan dari kriteria terdahulu dapat diperbaiki dan disempurnakan. Meskipun beberapa kriteria lahan kritis telah dipublikasi, tetapi penelitian
kali ini difokuskan untuk mengembangkan kriteria lahan kritis dari Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah RKT, Departemen Kehutanan Tahun 1997.
Hal ini dilakukan karena selama ini pemetaan lahan kritis di lokasi penelitian dilakukan dengan kriteria tersebut. Dalam penelitian ini juga dilakukan
pengkajian tentang keterkaitan antara tingkat kekritisan lahan dan produktivitas lahan di lokasi penelitian. Adapun uraian kerangka pikir penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan alir Kerangka Pikir Penelitian.
Kriteria lahan kritis
Dit. RKT LAHAN PERTANIAN
PROSES DEGRADASI PENYEBAB PROSES DEGRADASI
Tutupan Lahan
Kimia : -
Penurunan kandungan
unsur hara -
Penurunan kandungan
C-org
Fisika : -
Erosi -
Compacting -
Perubahan tekstur
- Perubahan
Struktur
Topografi : -
Lereng
Manajemen : -
Landuse -
Tindakan konservasi
- Kelembagaan
KRITIS
Kegiatan Analisis Kekritisan Lahan
Mengembangkan kriteria lahan kritis
- Rumusan variabel penentu
tambahan
- Rujukan kriteria lain
Analisis statistik: -
Correlation -
Cluster -
Discriminant
Kriteria hasil pengembangan skala tinjau
dan semi-detil Analisis keterkaitan tingkat
kekritisan lahan dengan produktivitas lahan
Analisis statistik:
- Simple linear regression
Bentuk dan keeratan hubungan
Interpretasi
Survei lapang data primer dan sekunder
Peta dasar dan peta pendukung
Validas
i
Intervensi manusia
II. TINJAUAN PUSTAKA