Hasil Observasi Kegiatan Active Learning

Tabel 4.4. Hasil Belajar Siswa n = 8. No. Kode Siswa Nilai 1 S001 87 2 S002 80 3 S003 73 4 S004 93 5 S005 93 6 S006 93 7 S008 93 8 S010 93 Jumlah 705 Rata-rata 88,13 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh X min = 73; X max = 93; ̅ = 88,13; Mo = 93; Me = 93; Q 1 = 83,5; Q 2 = 93; Q 3 = 93; Q R = 9,50; Q d = 4,75; SR = 6,10; Standar devisiasi 7,20. Dengan demikian dari aspek capaian rata-rata hasil belajar matematika pada materi perkalian pecahan sudah tergolong baik, yaitu sebesar 88,13. Skor ini sudah jauh melampaui ambang batas KKM sebsesar 75. Hal ini berarti hasil belajar matematika yang diperoleh setelah intervensi pembelajaran active learning sudah sudah tergolong baik dan sudah efektif ditinjau dari pencapaian KKM.

B. Pembahasan

1. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning

Temuan penelitian mengungkapkan bahwa secara umum pembelajaran active learning dilakukan guru di sekolah alam tergolong masih rendah. Hal ini terlihat dengan masih kurangnya aktivitas pada aspek: memberi penugasan, menggunakan alat peraga, memberikan tugaslatihan di luar kelas, penggunaan alat peraga, menerangkan materi perkalian pecahan, melakukan pendekatan kelompok belajar dan Bertukar pendapat pada materi perkalian pecahan, dan mereview materi perkalian pecahan menggunakan. Temuan penelitian ini yang berkaitan dengan penggunaan alat peraga berbeda dengan temuan penelitian Zulfah Fikriah 2013 yang justru menemukan bahwa penggunaan alat peraga pada jenjang sekolah dasar mampu memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa maupun peningkatan pemahaman konsep matematika dalam pembelajaran. Secara umum pembelajaran di sekolah alam relatif sama dengan pembelajaran di sekolah umumreguler seperti menggunakan dengan meja dan kursi sebagai sarana pembelajaran. Perbedaan yang menonjol antara pembelajaran sekolah umum dan sekolah alam terlihat pada penggunaan alat peraga, pembelajaran yang sifatnya informal seperti siswa tidak memakai seragam serta pertemuan pembelajaran tidak setiap hari tetapi hanya dua kali seminggu. Temuan mengungkapkan bahwa pada pertemuan pertama guru membahas hanya sebatas pengenalan pecahan dan konsep dasar pecahan kepada siswa. Begitu juga untuk pertemuan kedua guru menjelaskan bentuk penyamaan pecahan yang senilai. Pertemuan ketiga juga guru menjelaskan materi operasi hitung pecahan baik dalam operasi hitung penjumlahan maupun dalam operasi hitung pengurangan. Selanjutnya untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua guru sudah mulai menggunakan alat perga tetapi untuk pertemuan selanjutnya yaitu untuk pertemuan ketiga, pertemuan keempat, dan pertemuan kelima guru tidak menggunakan alat peraga, melainkan guru memanfaatkan fasilitas yang ada seperti papan tulis, spidol, dan penghapus untuk menjelaskan materi tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, operasi hitung perkalian, operasi hitung pembagian pecahan, dan mengulang review materi secara keseluruhan tentang pecahan. Di Sekolah Alam penggunaan alat peraga tidak digunakan setiap saat pertemuan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti ternyata di Sekolah Citra Alam dalam menggunakan alat peraga tidak secara formal dengan sekolah pada umunya. Berikut hasil observasi kegiatan active learning siswa dalam mengerjakan soal pecahan dengan kertas karton. Gambar 4.1. Siswa membuat pecahan dengan karton Selanjutnya temuan penelitian mengungkapkan bahwa ternyata aktivitas pemberian tugaslatihan di luar kelas masih kurang dilakukan guru. Hal yang serupa dengan temuan penelitian berkaitan dengan hasil observasi kegiatan active learning siswa dalam KBM di Sekolah Alam, juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran hanya dilakukan di luar kelas dan siswa juga tidak berminat mengikuti pembelajaran di luar kelas. Temuan ini kontradiksi dengan teori yang dikemukakan Tjipto Subadi 2013 mengenai lingkungan belajar bahwa anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya. Temuan penelitian lain, adalah jenis-jenis pembelajaran active learning yaitu bertukar pendapat antara siswa dan guru di kelas, ditandai dengan diskusi di dalam kelompok, kemudian hasil diskusi tersebut dipresentasikan di depan kelompok lain. Temuan ini sesuai dengan pendapat Melvin L. Silberman 22 bahwa 22 Melvin L. Silberman, active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia, 2014, Cet XI, h. 109. bertukar pendapat dapat diuraikan secara singkat yaitu “kegiatan yang bisa digunakan untuk menstimulasi keterlibatan siswa dalam pelajaran. Kegiatan ini juga meningkatkan siswa untuk mendengar secara cermat dan membuka diri terhadap bermacam pendapat ”. Selanjutnya temuan penelitian berkaitan dengan jenis pembelajaran active learning yang menggunakan peta pikiran. Kegiatan ini digunakan siswa dalam dalam menyelesaikan masalah dengan prosedur peta pikiran. Cara penggunaan pembelajaran peta pikiran yaitu dengan guru memberikan semua materi pecahan yang guru berikan berupa gambar yang menyerupai seperti peta terdapat penjelasan yang guru berikan secara rinci baik dari segi materi dan juga contoh soal yang kemudian siswa menuliskan di buku tulis. Contoh temuan peta pikiran mind mapping dalam proses pembelajaran disajikan sebagai berikut. Gambar 4.2. Guru mengulang materi pecahan dengan Mapping Berdasarkan gambar di atas terlihat guru sedang menuliskan materi yang selama ini telah diajarkan tentang pecahan dari awal sampai akhir dengan menggunakan metode mapping di papan tulis kemudian siswa menulis kembali di buku tulis. Peneliti menemukan keunikan dengan apa yang disampaikan oleh guru untuk mengulang kembali materi yang diajarkan untuk diberikan kepada siswa untuk lebih paham dan ingat tentang semua materi pecahan yang telah diajarkan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Peneliti hnaya meneliti kegiatan belajar mengajar di Sekolah Citra Alam hanya dalam lima kali pertemuan. Peneliti juga menemukan bahwa, guru memberikan inisiatif untuk memberikan pengulangan materi tentang materi pecahan. Terlihat pada gambar dengan jelas pengulangan materi tersebut tentang: gambar pecahan diubah dalam konsep matematika, menyamakan bentuk pecahan, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan, operasi hitung perkalian pecahan dan operasi hitung pembagian pecahan. Guru juga memberikan contoh soal disetiap materi yang telah diajarkan beserta jawabannya secara terinci. Hal ini dilakukan untuk siswa siap menghadapi ulangan tentang materi pecahan. Peneliti juga menemukan selama proses pembelajaran siswa sedang menggambar bentuk persegi panjang yang diarsir dengan sepidol beraneka macam warna dengan ukuran pecahan yang telah ditentukan oleh guru. Pada kegiatan tersebut guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk menggunakan penggaris dan sepidol untuk digambar dibuku gambar ukuran A3. Dengan menggunakan gambar tersebut mempermudah siswa untuk memahami bentuk penyamaan pecahan. Dalam pembuatan ukuran pecahan yang digambarkan pada kertas gambar A3 masing-masing siswa disibukkan dengan membuat bentuk pecahan yang diberikan aktivitasnya masing-masing. Terdapat siswa membuat terlebih dahulu dengan pensil yang kemudian oleh siswa yang lain ditebalkan dengan menggunakan sepidol beraneka macam warna. Kegiatan pembelajaran melalui gambar ini digunakan siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain. Gambar 4.3. Alat Peraga “Balok Pecahan” Berdasarkan pada gambar di atas terdapat alat peraga yang digunakan oleh siswa yang dinamakan balok pecahan. Selama peneliti melakukan penelitian dilapangan, terdapat siswa sedang menggunakan alat peraga untuk memahami dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan. Siswa menggunakan alat peraga dalam model pembelajaran active learning untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika. Pada model pembelajaran active learning ini siswa membuat bagian-bagian pecahan yang dipartisi menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang berbeda-beda. Sehingga siswa diupayakan untuk mengetahui berbagai macam bentuk pecahan yang mempunyai nilai yang sama kesamaan nilai dalam pecahan. Pada gambar tersebut terdapat tabel yang terdiri dari dua belas baris yang berisikan bermacam-macam kotak. Setiap baris juga memiliki nilai pecahan yang berbeda dalam satu baris mulai dari yang dibagi dua sampai yang dibagi dua belas. Para siswa diberikan balok pecahan yang berbeda-beda dengan warna merah muda untuk menentukan setiap balok pecahan yang berwarna merah muda dengan masing-masing nilai yang berbeda. Siswa juga diberi informasi diawal oleh guru bahwa setiap balok pecahan yang berwarna merah muda itu memiliki kesamaan nilai dengan menambahkan jumlah yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Misalkan: untuk nilai pecahan itu membutuhkan 2 kalinya . Gambar 4.4. Guru sedang menjelaskan materi perkalian pecahan Berdasarkan gambar di atas ternyata guru menjelaskan materi perkalian pecahan kepada siswa, dimana guru sebagai fasilitator dan siswa diupayakan untuk dapat aktif baik dalam aktif bertanya, dan aktif berpartisipasi dengan tugas yang diberikan oleh guru. Sehingga dengan siswa berperan aktif dalam segala hal maka pembelajaran terasa sangat menyenangkan. Suasana kelas juga menjadi kondusif dengan adanya siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran tersebut. Karena pada pembelajaran tersebut menjelaskan materi yang cukup sulit mengenai perkalian pecahan dimana membutuhkan informasi yang mendalam untuk memahami materi tersebut. Materi tersebut merupakan materi yang terdapat kaitannya dengan materi-materi sebelumnya yang dihubungkan menjadi satu dalam memahami perkalian pecahan. Konsep dasar untuk memahami siswa dalam perkalian yaitu penjumlahan yang berulang. Sehingga konsep yang diajarkan guru yakni memahami siswa tentang bagaimana perkalian itu merupakan penjumlahan berulang. Adapun suasana belajar di sekolah alam disajikan sebagai berikut. Gambar 4.5. Suasana belajar di Sekolah Alam Berdasarkan gambar di atas terlihat suasana belajar siswa di Sekolah Menengah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan pada pelajaran matematika ternyata menggunakan meja dan bangku untuk proses belajar mengajar. Terdapat siswa sedang mengerjakan soal yang diberikan oleh guru yang berada di papan tulis. Ada juga siswa yang bertanya kepada rekannya tentang materi yang belum dipahami. Mereka berdiskusi secara individu untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Pada kesempatan kali ini guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk bertanya kepada rekannya yang sudah mengerti tentang materi yang telah diajarkan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran di kelas siswa diberikan kesempatan untuk dapat menjelaskan kepada temannya bagaimana cara menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Para siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di tempat duduknya masing-masing. Gambar 4.6. Suasana belajar di Sekolah Alam Peneliti menemukan terdapat dua siswa tidak menggunakan meja dan bangku dikarenakan terdapat gangguan secara penglihatan tidak bisa membaca soal yang diberikan oleh guru. Pada kesempatan pembelajaran tersebut guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk dapat mengeksplorasi tentang pembelajaran matematika. Sehingga siswa dapat mengerti materi yang disampaikan oleh guru. Siswa juga diberikan kebebasan dengan cara apapun untuk dibawa kearah suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sehingga terdapat siswa sedang asik menulis dibawah tanpa menggunakan alas tulis baik bangku dan meja. Memang di Sekolah Citra Alam ini siswa tidak harus duduk dibangkunya melaikan dalam suasana belajar siswa mengatur dirinya sendiri untuk menuangkan potensi yang ada didalam dirinya agar dapat memahami baik soal dan materi yang diberikan oleh guru. Gambar 4.7 Soal Matematika Pecahan SD kelas V dan SMP kelas VII Peneliti menemukan soal tes yang diberikan mudah karena soal tes yang diberikan sama dengan soal tes jenjang sekolah dasar SD. Dengan demikian siswa memperoleh hasil tes yang cukup baik. Gambar 4.8 RPP Sekolah Umum Gambar 4.9 RPP Sekolah Alam Peneliti juga menganalisis RPP dari Sekolah Umum dengan Sekolah Alam. Pada gambar diperoleh RPP Sekolah Alam menggunakan Tema Alam dalam setiap tingkat. Setiap tingkat berbeda-beda tema alamnya. Untuk kelas VII menggunakan temua Hutan. Pada sekolah umum RPP yang digunakan biasa tidak menggunakan tema. Sekolah umum menggunakan dalam RPP menggunakan Materi Ajar sedangkan pada RPP Sekolah Alam menggunakan Deskripsi.

2. Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika