Setelah semua bilangan pecahan yang akan dikalikan sudah dipahami dengan benar, lalu dilakukan operasi perkalian sampai
menemukan hasil yang benar. Kemampuan siswa di dalam menentukan hasil perkalian pecahan
dapat dilihat dari lembar kerja siswa. Indikator kemampuan siswa di dalam menentukan hasil perkalian pecahan di Sekolah Citra Alam SMP Ciganjur,
Jakarta Selatan adalah: 1. Kemampuan menganalisa konsep perkalian
2. Kemampuan memahami soal perkalian pecahan 3. Kemampuan menentukan hasil perkalian pecahan biasa, campuran,
desimal, dan persen. Perkalian bilangan pecahan menyangkut perkalian 1 bilangan
bulat dengan bilangan pecahan asli dan campuran, 2 bilangan pecahan dengan bilangan pecahan, dan 3 bilangan pecahan campuran dengan
bilangan pecahan campuran. Perkalian bilangan pecahan dapat mengikuti model perkalian bilangan bulat.
Pertama bilangan bulatan dikalikan bilangan pecahan asli dan campuran disajikan dalam penjumlahan berulang, misalkan 3 x
⁄ = ⁄
⁄ ⁄
⁄ ⁄ . Kedua bilangan pecahan asli dikalikan
dengan bilangan pecah asli dijelaskan dengan melipat kertas.
15
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun peneliti beranggapan ada penelitian yang mirip namun tidak serupa yang menjadi sebuah pembelajaran dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:
a. “Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Alam Indonesia” oleh Zulfah
Fikriah tahun 2013, Universitas Islam Negeri Jakarta.
15
J.Tombokan Runtukahu, et al, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014 Cet I h. 137-138.
Dari penelitian tersebut dapat menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga pada jenjang sekolah dasar mampu memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar siswa maupun peningkatan pemahaman konsep matematika dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika di Sekolah Alam Indonesia memenuhi
karakteristik model pembelajaran tematikterpadu, yaitu berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran bersifat fleksibel,
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip sambil bermain
serta menyenangkan. Pada prinsipnya, model pembelajaran tematikterpadu yang dilaksanakan di Sekolah Alam Indonesia menggunakan jenis jarring laba-laba
webbingspider web, namun dalam pengembangan pelaksanaannya juga menggunakan jenis keterpaduan intergrated seperti pada pelaksanaan Belajar
diluar outing, market day, dan EHB Evaluasi hasil belajar. b.
“Sekolah Alam: Paradigma Baru Pendidikan Islam Humanis” oleh Rohinah tahun 2014, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dari penelitian tersebut dapat menyimpulkan bahwa alam tidak lagi menjadi sebuah fenomena yang menakutkan, penuh mistis dan gaib, sehingga
dunia anak didik dijauhkan dari alam. Melainkan pendidikan Islam justru akan berubah jika mampu mendekatkan paradigma fungsionalis pada diri anak didik.
Alam justru mempunyai fungsi yang sangat luar biasa terhadap dunia pembelajaran anak didik. Alam juga memberikan pengaruh yang luar biasa bagi
pengembangan sains dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pembelajaran agama berbasis sekolah alam sesungguhnya akan menghasilkan pengetahuan yang
luar biasa jika mampu menjadikan paradigma fungsionalis sebagai paradigma pembelajaran yang mengarah kepada inovasi dan kreativitas belajar anak didik.
c. “Penelitian Kolaborasi Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Alam
Studi Si tus Sekolah Alam Ar Ridho Semarang” oleh Tjipto Subadi, tahun
2013, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dari penelitian
tersebut dapat
menyimpulkan bahwa
strategi
pengorganisasian interaksi pembelajaran berlangsung interaksi antara guru
dengan siswa, peran guru sebagai organisator, motivator, konselor, moderator, motor, pelopor, katalisator dan evaluator, terjadi hubungan interaksi timbal balik-
baik di dalam dan di luar kelas. kerjasama antar siswa terjadi saat ada siswa yang mengalami kesulitan, teman yang lain berlaku sebagai guru membantu mangajari
teman yang mengalami kesulian sehingga terjadi diskusi dan semangat belajar. Sedangkan peneliti ingin mengeksplorasi lebih dalam pembelajaran aktif
di Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan pada pembelajaran matematika khususnya materi perkalian pecahan. Berbeda dengan sebelumnya yang meneliti
pada jenjang dasar kelas IV Empat sedangkan peneliti ingin meneliti pada jenjang menengah kelas VII Tujuh. Walaupun pada latar yang sama yakni sama-
sama di Sekolah Alam akan tetapi peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana siswa untuk dapat aktif dalam pembelajaran matematika khusunya pada materi perkalian
pecahan. Pada peneliti sebelumnya membahas mengenai materi matematika tentang satuan panjang dan peneliti ingin menggali lebih jauh mengenai materi
perkalian pecahan dimana siswa diupayakan harus aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Jika peneliti sebelumnya membahas mengenai model
pembelajaran pada jenjang dasar dibidang matematika maka peneliti akan membahas mengenai pembelajaran aktif active learning pada jenjang menengah
dibidang matematika juga.
C. Pertanyaan Penelitian