Pembelajaran Active Learning pada Materi Perkalian Pecahan di SMP Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan

(1)

PEMBELAJARAN

ACTIVE LEARNING

PADA MATERI

PERKALIAN PECAHAN DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA CITRA ALAM CIGANJUR JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

MUHAMMAD WAHYU HIDAYAT

NIM : 1110017000061

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positi dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulisan salama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan. Semoga Bapak dan Ibu selalu berada dalam kemuliaanNya.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, teristimewa untuk Ibu Khairunnisa, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

4. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

6. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.


(3)

iv

7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulisan dalam menydiakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 8. Kepala SMP Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan, Ibu Ratu Ira Melyani,

S.Sos. M.Pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh dewan guru SMP Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan, khusunya Bapak Boby Charles, ST selaku guru mata pelajaran, Bapak Ichda Chaerudin, S.PT selaku Waka Kurikulum, dan guru-guru SMP Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan yang telah membantu dan memberikan motivasi penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Serta siswa dan siswi SMP Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan, kususnya kelas VII A.

10.Keluarga tercinta Ayahanda H. Tauik Hidayat, Ibunda Nurhayati yang tek henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan kepada penulis. Kakak tercinta Sari Hidayah, Iza Rachmawati Hidayah yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

11.Sahabat yang selalu memberikan motivasi kepada penulis, Hafidzh Nidzam, Febri Indrawan, Rodial, Asep Ricky Orlando, Ahmad Naufal Subagio, M. Siddik Maulana, Ahmad Ferdi Hasan, Anton, Sofyan Hadi, Sigit Purwanto, Leman, Khasbany.

12.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2010, khususnya kelas B, kelas selalu semangat dan kompak kawan-kawan serta adik-adik Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2011 dan 2012 atas pengalaman, bantuan dan motivasinya.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.

Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di


(4)

v

atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, November 2016


(5)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...6

D. Perumusan Masalah ...7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN TEORI ...9

A. Kajian Teori ...9

1. Pembelajaran Active Learning ...9

a. Pengertian Pembelajaran Active Learning ...8

b. Pembelajaran Matematika Di Sekolah Alam ...14

c. Kurikulum Sekolah Alam ...16

d. Pengertian Pecahan ...17

e. Perkalian Bilangan Pecahan ...20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...21

C. Pertanyaan Penelitian ...23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Latar Penelitian ...24

1. Profil Sekolah ...24


(6)

vii

3. Profil Guru ...31

C. Metode Penelitian ...32

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...33

1. Observasi ...33

2. Wawancara ...33

3. Dokumentasi ...34

E. Teknik Analisis Data ...36

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ...37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...40

A. Deskripsi Data ...40

1. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning yang Dilakukan Guru ....40

a. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning oleh Guru di Kelas ...40

b. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning Siswa dalam KBM ...41

2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ...43

3. Hasil Belajar Matematika pada Materi Perkalian Pecahan ...44

B. Pembahasan ...45

1. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning ...45

2. Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ...54

3. Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Perkalian Pecahan ...55

C. Keterbatasan Penelitian ...56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...57

A. Kesimpulan ...57

B. Saran ...58

DAFTAR PUSTAKA ...59 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(7)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum Sekolah Nasional dengan Sekolah Alam ...16

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kegiatan Active Learning oleh Guru di Kelas ...40

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa KBM ...42

Tabel 4.3 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ...43


(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gedung Sekolah SMP Citra Alam ...25

Gambar 3.2 Area Bermain dan Olah raga ...25

Gambar 3.3 Ruang Lab IPA ...26

Gambar 3.4 Masjid ...27

Gambar 3.5 Green House ...27

Gambar 3.6 Perpustakaan ...28

Gambar 3.7 Kantin Sehat ...29

Gambar 3.8 Ruang art ...29

Gambar 3.9 Ruang Serba Guna ...30

Gambar 3.10 Area Parkir ...30

Gambar 4.1 Siswa Membuat Pecahan dengan Karton...47

Gambar 4.2 Guru mengulang materi pecahan dengan Mapping ...48

Gambar 4.3 Alat Peraga Balok Pecahan...49

Gambar 4.4 Guru sedang Menjelaskan Materi Perkalian Pecahan ...50

Gambar 4.5 Suasana belajar di Sekolah Alam ...51


(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Observasi Kegiatan Active Learning oleh Guru di Kelas ...62

Lampiran 2 Hasil Observasi Kegiatan Active Learning Siswa dalam KBM ....73

Lampiran 3 Hasil Kegiatan Wawancara Guru Matematika ...80

Lampiran 4 Hasil Analisis Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ...85

Lampiran 5 Hasil Belajar Matematika pada Materi Perkalian Pecahan ...86

Lampiran 6 Data Siswa Sekolah Citra Alam Kelas VII A ...87

Lampiran 7 Data Guru SMP Citra Alam...88

Lampiran 8 Jadwal Pelajaran Kelas VII...89

Lampiran 9 Daftar Nilai UN Tahun Pelajaran 2014/2015...90

Lampiran 10 Data Siswa Sekolah Citra Alam Kelas VII ...91

Lampiran 11 Kurikulum Sekolah Alam Kelas VII...92

Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian...107

Lampiran 13 Surat Permohonan Izin Observasi...108

Lampiran 14 Angket Siswa SMP Citra Alam ...109

Lampiran 15 Angket Guru Matematika Kelas VII SMP Citra Alam...118

Lampiran 16 Jawaban Tes Siswa Matematika Kelas VII SMP Citra Alam ...119

Lampiran 17 Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Active Learning oleh Guru di Kelas ...121

Lampiran 18 Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Active Learning dalam KBM ...123

Lampiran 19 Lembar Instrumen Wawancara Kegiatan Active Learning oleh Guru terhadap Pembelajaran Matematika...124

Lampiran 20 Lembar Instrumen Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika ...125

Lampiran 21 Lembar Instrumen Tes Perkalian Pecahan...126

Lampiran 22 Uji Referensi...127


(10)

xi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu sebagai pembentuk pola pikir rasional dan pembentuk sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin. Hal ini menyebabkan matematika wajib diajarkan dari pendidikan sekolah dasar, pendidikan menengah, sampai perguruan tinggi. Kenyataan yang ada siswa masih menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga hasil belajar siswa masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kondisi seperti ini menuntut perhatian dari berbagai pihak terutama guru hendaknya mampu menerapkan pembelajaran aktif selama proses pembelajaran.

Pembelajaran menggambarkan seluruh potensi siswa untuk mempelajari fakta dan gagasan yang dapat digunakan secara efektif. Interaksi antara pengajar (guru) dengan pembelajar (siswa) akan menghasilkan suatu perubahan dalam diri yang belajar untuk mengembangkan penguasaan akan suatu kecakapan tertentu, penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya, pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah saat ini.

Pada bidang pendidikan konsepsi sekolah merupakan salah satu unsur penting keberlangsungan sistem pendidikan nasional. Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu sekolah alternatif yang sekarang diminati adalah sekolah alam.


(11)

2

Pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu sekolah alternatif yang sekarang diminati adalah sekolah berbasis alam. Sekolah alam dalam pembelajarannya menekankan proses keterpaduan manusia bersama alam yang ada pada lingkungan sekitar.

Sekolah alam didirikan pertama kali di Indonesia pada tahun 1997 yang merupakan gagasan dari seorang mantan staf ahli Menteri Negara BUMN, yaitu Lendo Novo. Ir. Lendo Novo adalah alumni tekhnik perminyakan Institut Tekhnologi Bandung (ITB). Sejak tahun 1992, Lendo merancang konsep sekolah alam agar murid-murid bisa belajar sambil bermain. Pada tahun 1997, barulah beliau bisa mewujudkan konsepnya tersebut dan mendirikan Sekolah Alam, yaitu di Ciganjur, Jakarta Selatan.

Berdirinya sekolah alam ini terutama dilatar belakangi sebuah gagasan bagaimana menciptakan sistem belajar mengajar yang menyenangkan yang bisa menempa kecerdasan natural anak dengan kualitas menjadi nomor terdepan sehingga mampu menarik minat anak didik untuk terus belajar.

Sistem pendidikan sekolah alam ini berbeda dari sekolah formal umumnya. Sekolah alam hadir dengan konsep pendidikan fitrah. Sekolah bukan lagi beban. Sekolah adalah realitas kehidupan yang mereka jalani dengan penghayatan penuh. Sekolah adalah sumber kegembiraan, bukan sumber stres yang biasanya membuat mereka kehilangan gairah.

Maka jelaslah bahwa sekolah alam yang menggunakan proses belajar mengajar dengan sangat menyenangkan itu dapat menjadi alternatif sekaligus inovasi pendidikan, yang diharapkan dapat memberi konstribusi dalam mengatasi permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Mulyasa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang


(12)

3

datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.

Alam semesta yang dimanfaatkan antara lain sebagai media pendidikan, observasi dan riset. Sesuai dengan ajaran Islam manusia dipersilahkan untuk memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan fital manusia dan akan dipertanggungjawabkan perbuatan di atas bumi. Diantara cara terbaik yakni mengintegrasikan sains dengan al Qur’an, atau dikenal dengan istilah integrasi

ilmiah ilahiah. Dengan cara mengamati dan memahami langsung gejala alam

yang terjadi, sehingga bisa mendapatkan media belajar yang bermutu dan murah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-khafi ayat 109 : Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".(QS. Al Kahfi:109).

Proses pembelajaran Sekolah Alam menyandarkan pada 4 (empat) pilar a. Pengembangan akhlak yang baik (akhlaqul Karimah)

b. Pengembangan logika dan daya cipta melalui percobaan (Expreriental Learning)

c. Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training

d. Pengembangan kemampuan berwirausaha (Entrepreneurship)

Berdasarkan hal tersebut, sangatlah penting untuk mengkonsep sebuah pendidikan yang menyelenggarakan sistem belajar mengajar yang menghargai setiap potensi yang ada. Dalam pembelajaran dapat diselaraskan dengan kondisi psikologis siswa, sehingga otak mereka akan sangat mudah untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran dan proses belajar pun akan menjadi sangat optimal dan efektif.

Siswa sekolah alam merupakan anak usia sekolah yang disesuaikan dengan jenjangnya, sehingga tidak membeda-bedakan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Dalam praktiknya anak diberikan kebebasan dalam keinginan kreatifnya sehingga akan menemukan sendiri bakat dan kemampuan yang dimilikinya dengan berbasis alam sekitarnya. Kondisi fisiologis mereka


(13)

4

ketika belajar di alam terbuka juga akan sangat berpengaruh terhadap keefektifan cara belajar mereka. Suasana dan kondisi lingkungan yang menyenangkan (Fun Learning), akan sangat mendukung dalam proses pembelajaran ini.

Sesuatu yang menarik dari sekolah alam, tidak hanya siswa yang belajar guru pun dituntut untuk terus belajar, bisa dari murid atau guru-guru lain bahkan orang tua juga belajar dari guru dan anak-anak. Yang sangat penting dalam pembelajaran adalah penanaman dasar bahwa semua makhluk berkewajiban untuk belajar, belajar dalam konteks toleransi sosial. Bahkan yang lebih dalam proses pelajaran, bukanlah hanya mengejar nilai, namun bagaimana memahami seberapa jauh proses belajar dapat dinikmati dan diterapkan dengan baik. Dengan kata lain, antara kurikulum, toleransi sosial, dan pemanfaatan kehidupan keseharian dapat ditarik benang merah transformasi ilmu secara teknis, moral, kemanusiaan dan lain–lain.

Di Sekolah Alam, anak-anak tidak hanya belajar secara teori. Mereka belajar di mana saja dan pada siapa saja. Mereka belajar tidak hanya dari buku tapi dari apa saja yang ada di sekelilingnya. Dan yang jelas mereka belajar tidak untuk mengejar nilai, tapi untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Dan di Sekolah Alam keseragaman bukan pada apa yang dikenakan, tapi pada akhlaknya.

Menurut Silberman, active learning merupakan proses belajar padi peserta didik yang lebih dari sekadar mendengarkan dan melihat guru menjelaskan sesuatu atau menjelajahi sesuatu dalam benak peserta didik tetapi peserta didik sendirilah yang menata apa yang mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermakna, dan membangun sendiri pengetahuannya perlu suatu kegiata yang dapat menstimulus peserta didik untuk mengolah dan memahami suatu pengetahuan. Sedangkan menurut Priyatmojo active learning adalah aktivitas yang dikerjakan oleh peserta didik di dalam maupun di luar kelas, tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan fasilitator. Active learning adalah proses dimana peserta didik terlibat banyak di dalam penugasan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Active learning mengacu pada teknik dimana peserta didik melakukan banyak aktivitas, dan bukan hanya mendengarkan fasilitator. Peserta


(14)

5

didik melakukan beberapa hal termasuk menemukan, mengolah, dan menerapkan informasi. Pembelajaran aktif diturunkan dari dua asumsi dasar : 1. Pembelajaran dilaksanakan secara alami melalui usaha secara aktif, dan 2. Peserta didik yang beragam belajar dengan gaya belajar yang beragam pula.1

Hasil wawancara dengan salah satu guru matematika SMP Sekolah Citra Alam, diketahui bahwa sebagian besar siswa yang mendasar kurang memahami perkalian pecahan matematika. Akibatnya siswa tidak mampu mengerjakan soal matematika khususnya yang berhubungan dengan konsep bilangan pecahan karena siswa tidak menguasai dan memahami perkalian pecahan, mereka menjadi cuek dan tidak mau terlibat aktif dalam pembelajaran di alam terbuka. Misalnya kurangnya siswa mengajukan pertanyaan selama pembelajaran matematika.

Disisi lain orang tua menginginkan anaknya memiliki kemandirian dan keinginan berpikir ilmiah dan bisa memanfaatkan ilmunya dengan baik tidak terdapat pada sekolah umum. Terlebih dengan hasil Ujian Nasional juga mengalami penurunan di tahun sebelumnya.

Pembelajaran active learning pada materi perkalian pecahan di sekolah menengah pertama citra alam mengalami kesulitan bagi siswa dan sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar matematika. Maka dari itulah untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar matematika pada materi perkalian pecahan yang baik, aspek–aspek tersebut perlu dikaji secara mendalam. Oleh sebab itu untuk membangkitkan semangat dan kontribusi siswa dalam pembelajaran matematika dipilih strategi pembelajaran active learning untuk meningkatkan kemampuan perkalian pecahan matematika.2

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka penulis mengambil judul penelitian “Pembelajaran Active Learning Pada Materi Perkalian Pecahan Di Sekolah Menengah Pertama Citra Alam Ciganjur Jakarta

Selatan” dan hasil penelitian ini mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi

1Furghon Zendy Halim., et al., “Model Pembelajaran

Cooperative dengan Pendekatan

Active Learningpada Materi Aljabar”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, April 2013, h.5.

2

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan


(15)

6

positif terhadap kemajuan serta perkembangan dunia pendidikan saat ini dimana penelitian ini akan dapat memberikan kita gambaran tentang bagaimana proses/kegiatan pembelajaran matematika khususnya di sekolah alam Ciganjur pada materi pecahan serta peneliti memilih Sekolah Alam dikarenakan keunikan mempelajari matematika di Sekolah Alam bagaimana cara pengajaran dialam terbuka. Dibelum diteliti sebelumnya khususnya pada materi perkalian pecahan. Peneliti menggunakan active learning karena pada peneliti sebelumnya (Zulfah Fikriah) juga menggunakan active learning juga untuk mengamati proses pembelajaran di Sekolah Alam.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penulisan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Dalam proses pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam memahami perkalian pecahan.

b. Pada alam terbuka siswa kurang memahami bentuk perkalian pecahan. c. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika.

d. Siswa kurang paham dengan perkalian pecahan yang diberikan oleh guru. e. Siswa tidak suka untuk menghafal rumus matematika.

f. Dalam proses pembelajaran siswa kurang mengajukan pertanyaan selama pembelajaran matematika.

Bahwa pembelajaran matematika di Sekolah Alam menggunakan active learning, tujuannya untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pecahan yang diberikan guru sehingga dapat membantu siswa dalam pembelajaran matematika.

C. PembatasanMasalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan masalah yang sedang diteliti, perlu adanya pembatasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Penulis memaparkan masalah yang di dapat dari identifikasi masalah berupa pembelajaran active learning di sekolah alam dan


(16)

9

bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan perkalian pecahan matematika menggunakan active learning di sekolah alam.

D. Perumusan Masalah

Agar siswa dapat berpikir kritis dan aktif dalam mempelajari pelajaran matematika di sekolah alam maka pembelajaran aktif (active learning) merupakan pilihan yang tepat untuk memahami kesulitan belajar pada materi perkalian pecahan. Sehingga berdasarkan Pembatasan Masalah diatas maka penulis pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pembelajaran active learning

pada materi perkalian pecahan di Sekolahalam ?

Secara umum pertanyaan penelitian ini adalah “Bagaimanakah implementasi pembelajaran active learning dalam mata pelajaran matematika materi perkalian pecahan di Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Memaparkan antusias belajar aktif matematika siswa Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan.

2. Memaparkan dinamika aktivitas belajar aktif matematika siswa Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan dibandingkan dengan sekolah formal. 3. Memaparkan kebiasaan belajar aktif matematika siswa Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan yang membedakan dengan sekolah pada umumnya.

4. Meningkatkan hasil belajar matematika di SMP Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan pada Materi Perkalian Pecahan.

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perkalian pecahan siswa dalam pelajaran matematika khususnya di Sekolah Citra Alam Ciganjur.


(17)

9

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru pada umumnya dan guru matematika pada khususnya tentang pembelajaran aktif (active learning) pada materi perkalian pecahan matematika siswa.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapatdijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya penyelesaian masalah–masalah siswa yang timbul akibat rendahnya kemampuan perkalian pecahan siswa dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti selanjutnya,hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.


(18)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Active Learning

a. Pengertian Pembelajaran Active Learning

Kata active diadopsi dari bahasa Inggris dengan kata sifat yang aktif, gesit, giat, bersemangat dan learning berasal dari kata learn yang berarti mempelajari.3 Dari dua kata tersebut, yaitu active dan learning

dapat diartikan dengan mempelajari sesuatu dengan active atau bersemangat dalam hal belajar.

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari–hari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari–hari.

Active Learning dikembangkan oleh Mel Silberman, seorang guru besar kajian psikologi pendidikan di Temle Universitas yang berspesialisasi dalam psikologi pengajaran. Tujuan dari metode ini adalah untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Active Learning ini dikembangkan dari pernyataan Konfucius 2400 tahun menyatakan yaitu:

3


(19)

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya kerjakan, saya pahami4

Pernyataan Konfucius mengemukakan bahwa dalam memahami tidaklah cukup hanya mendengar dan melihat saja. Jika siswa dapat “melakukan sesuatu” dengan informasi yang diperoleh, siswa dapat memperoleh umpan balik mengenai seberapa bagus pemahamannya. Maka siswa akan mendapat pengetahuan dan keterampilan. Untuk dapat menyerap informasi yang diberikan, seseorang harus berkonsentrasi. Kenyataannya, siswa sulit untuk berkonsentrasi dan siswa cenderung bosan bila hanya melakukan aktifitas mendengar dalam waktu lama, untuk itu siswa haruslah diberi kesempatan untuk “melakukan sesuatu” disamping mencatat dan mendengar seperti mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, bekerja, dan bahkan mungkin mengajarkan rekan sesama siswa. Jika siswa dapat “melakukan sesuatu” dengan informasi yang diperoleh, siswa dapat memperoleh umpan balik mengenai seberapa bagus pemahamannya.5

Pendapat ini diperkuat oleh penyataan John Holt yang mengatakan bahwa pelajaran dapat di perkuat bila siswa diminta untuk melaukan hal berikut ini:

a. Mengungkapan informasi dengan bahasa mereka sendiri. b. Memberikan contoh-contoh.

c. Mengenalnya dengan berbagai alat peraga.

d. Melihat hubungan antara fakta atau gagasan dengan yang lain. e. Menggunakan dalam berbagai cara.

f. Memperkirakan beberapa konsekuensinya.

4

Melvin L. Silberman, active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia, 2014), Cet XI, h. 23.

5

Febrianda Y. S., et al., “Metode Active Learning Tipe Starts With a Question Pada Pembelajaran Matematika Di SMPN 33 Padang”, Jurnal Pendidkan Matematika, Vol. 1, 2012, h. 2.


(20)

g. Mengungkapkan lawan atau kebalikannya.6

Keterlibatan mental dan fisik dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa. Silberman menyatakan “ketika belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan”. Dalam pembelajaran, siswa memiliki kemampuan belajar berbeda-beda. Belajar aktif juga mengakomodir perbedaan kemampuan belajar siswa, karena pembelajaran metode ceramah hanya akan menarik bagi siswa bermodalisasi auditori. Berdasarkan peneliti Grinder dalam Silberman menyatakan “Pada setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar secara efektif selama pengajar menyediakan visual, auditori, dan aktifitas kinesthetik”.7

Dalam model pembelajaran aktif, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.8

Karakteristik belajar yang dituntut saat ini adalah model pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara aktif yang total sesuai dengan potensi dan perkembangan siswa. Hal ini berarti bahwa guru harus dapat mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran berkadar aktivitas siswa yang tinggi. Untuk mencapai kea rah itu bukan berarti guru cukup hanya dapat memilih dan melaksanakan strategi pembelajaran yang diklasifikasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

6

Melvin L. Silberman, op. cit., h. 26

7

Ibid., h. 28.

8

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/MATERI_PENMETTEK_SMP.pdf


(21)

Melainkan, guru harus mampu mulai dari; 1) mendesain pembelajaran yang berkarakteristik pada pengembangan belajar siswa aktif; 2) memotivasi siswa dalam belajar; 3) mengelola kelas sehingga menghasilkan aktivitas yang total; 4) memberikan latihan, praktek atau tugas esensial di sekolah maupun di rumah yang tepat sehingga dapat mendorong siswa aktif; 5) memilih dan menggunakan strategi belajar yang memiliki karakteristik aktivitas siswa yang tinggi; 6) mampu memilih dan menerapkan pemberdayaan media dan sumber belajar dalam mendukung aktivitas siswa dalam belajar, dan; 7) mampu melakukan penilaian secara komprehensif maupun spesifik sesuai kebutuhan sistem penilaian. Dengan kemampuan tersebut, guru akan mengembangkan pembelajaran siswa aktif (active learning) secara maksimal.9

Untuk dapat mencapai kompetensi lulusan tersebut di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dinyatakan bahwa strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Salah satu bentuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah pembelajaran aktif (active learning) adalah proses belajar dimana mahasiswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupaya hubungan interaktif dengan materi pelajaran diberikan.

9

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/active_learning.pdf


(22)

Menurut Meyer & Jones mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring kearah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide – ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.

Beberapa aktivitas pembelajaran khas yang terjadi di dalam pembelajaran aktif di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat dan mengetahui.

2. Refleksi yang dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru potensial mengundang dialog di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru. 3. Pemecahan masalah yang disajikan memungkinkan siswa berada di

dalam kondisi higher – order thinking.

4. Diskusi melatih anak untuk menganalisis, menilai, membandingkan, dan memecahkan masalah adalah metode belajar kooperatif dan interaktif.

5. Self explanation adalah suatu proses menjelaskan mengenai

pemahaman anak, baik kepada temannya maupun guru

memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih kuat.

6. Vicarious learning yang diperoleh pada saat anak menyaksikan perdebatan mengenai topik tertentu.10

Ini berarti bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas sebagian besar siswa memperoleh pengetahuan tentang apa yang dia katakan dan lakukan. Dengan demikian, guru harus memahami perbedaan kecerdasan setiap individu, sehingga dengan presisi karakteristik cara untuk mengajar anak-anak mampu memfasilitasi berbagai jenis kecerdasan yang memiliki

10


(23)

implikasi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa siswa dalam matematika.11

Menurut Bonwell, pembelajaran aktif memiliki karakteristik – karakteristik sebagai berikut:

1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyimpanan informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. 2. Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi pelajaran secara pasif

tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran. 3. Penekanan pada elaborasi nilai – nilai dan sikap – sikap berkenaan

dengan materi pelajaran.

4. Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi.

5. Umpan – balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.12

b. Pembelajaran Matematika Di Sekolah Alam

Sekolah alam adalah sekolah yang menggunakan alam semesta sebagai pembelajaran. Dalam sekolah alam rasa keingintahuan anak dapat tersalurkan. Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi oleh ruang kelas, pakaian, peraturan sekolah yang “mematikan” daya kreativitas maupun guru yang terlalu mengatur sehingga mereka dapat menemukan sesuatu yang penting dan berarti tentang mereka dan dunia yang mengelilinginya dalam kegiatan belajar mereka.

Siswa tidak hanya belajar dari teori–teori belaka yang diberikan oleh guru, mereka justru memperoleh pengetahuan dari apa yang mereka

11

Kadir., et al., “The Implementation Of Multiple Intelligences Based Learning To Improve Students’ Learning Activities, Response, And Learning Outcome In Mathematics”, Proceeding, Juli 2011, h. 2.

12

Tejo Nurseto, “Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Aktif Learning dalam Pelajaran Ekonomi pada SMU Negeri di Yogyakarta” Jurnal Ekonomi & Pendidikan, V.6 Nomor 2, November 2009, h.169-170


(24)

amati dan mereka perhatikan melalui proses belajar mereka. Kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam adalah kemampuan membangun jiwa, keinginan melakukan observasi, membuat hipotesa, serta kemampuan berfikir ilmiah.

Belajar di alam terbuka secara naluriah akan menimbulkan suasana senang, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah pun menjadi identik dengan kegembiraan. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran.

Di dalam sekolah alam anak juga di arahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan di pahami kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di mana guru berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi untuk memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metode action learning dan diskusi. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya.

Konsep Teori Penerapan pada Sekolah Alam adalah:

a.Determinis resiprokal

Anak-anak melalui sekolah alam akan belajar melalui lingkungan , diajarkan untuk mengenal dan mencintai alam sehingga mereka akan menghargai dan menjaga alam.

b. Tanpa reinforcement

Anak-anak belajar melalui observasi di dalam secara langsung, yang membuat mereka mendapatkan kesenangan dalam belajar dan tidak membutuhkan reinforcement dari luar untuk memacu mereka untuk belajar.


(25)

lingkungan sekitar dan mengatur cara belajarnya sendiri.13

c. Kurikulum Sekolah Alam

Umumnya kurikulum di Indonesia disusun secara nasional, namun begitu guru juga dapat diikutsertakan dalam penyusunan kurikulum atau memberikan saran serta masukan-masukannya. Sehingga dengan demikian, pengembangan kurikulum dapat disesuaikan dengan kebutuhan oendidikan di daerah, sesuai lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu dalam proses pendidikan sekolah diperlukan adanya kurikulum muatan local, sesuai dengan kekayaan masing-masing daerah, baik secara sosial maupun alam.

Dalam penerapannya, kurikulum muatan lokal dilaksanakan dengan strategi yang tepat, dengan pertimbangan faktor-faktor: tujuan, materi, guru, siswa, metode, media, dan evaluasi. Dari semua faktor tersebut, guru merupakan sosok yang paling bertanggung jawab dan menentukan keberhasilan pembelajaran.

Tabel 2.1

Perbedaan Kurikulum Sekolah Nasional dengan Sekolah Alam

Standar Isi Tujuan dan Kompetensi Strategi dan Metodologi

Kurikulum

Nasional: Kurikulum 2013

 Siswa mencapai kompetensi belajar berdasarkan visi dan misi SCA

 Siswa memiliki social life skill, berkepribadian dan berkarakter positif, serta memiliki

kegamaan yang kuat  Siswa mencapai standar

kompetensi sesuai  Melalui pembelajaran tematik integrative  Menerapkan beragam metodologi pembelajaran yang tepat dan variatif

13

Tjipto Subadi., “Penelitian Kolaborasi Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Alam (Studi Situs Sekolah Alam Ar Ridho Semarang)”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, Juli 2013, h. 7.


(26)

kurikulum nasional  Siswa memiliki sikap

dan kearifan hidup dalam beinteraksi dengan alam dan lingkungan sekitar

Kurikulum Lokal ; Karakter dan Alam

 Mempersiapkan siswa dengan nilai-nilai karakter, agama dan budaya yang luhur dan penuh kearifan terhadap alam semesta

 Mempersiapkan siswa dengan semangat, sikap dan keterampilan belajar yang efektif dan bermakna

 Menanamkan sikap

mandiri dan

bertanggung jawab

 Pembiasaan dan budaya sekolah  Internalisasi dalam

interaksi sehari-hari

 Integrasi dalam setiap kegiatan belajar di sekolah  Beberapa metode

dan kegiatan;  Membuat aturan

kelas berdasarkan

class believe yang ditentukan

 Refleksi dan Performance

Kurikulum yang diterapkan Di Sekolah Citra Alam berupa Kurikulum yang berintegrasi antara kurikulum alam, karakter, dan dinas. Pada intinya dalam menyikapi pemberlakuan kurikulum 2013 ini seorang guru dituntut betul-betul meningkatkan kompetensi atau kemampuan yang dapat menunjang dan mengantarkan peserta didik berhasil mencapai tujuan pendidikan. Pertama, kompetensi pedagogik. Kedua, kompetensi akademik. Ketiga, kompetensi sosial. Keempat, kompetensi kepemimpinan.14

d. Pengertian Pecahan

Kata pecahan berasal dari bahasa Latin yaitu “fractio” yang berarti memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau bagian dari

14


(27)

keseluruhan. Sebuah pecahan mempunyai 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut yang menulisannya dipisahkan oleh garis lurus (–) dan bukan garis miring (/). Contoh …. dan seterusnya, bukan 1/2, 2/3.

Pecahan merupakan suatu bilangan yang merupakan hasil bagi antara bilangan bulat dan bilangan asli dimana bilangan yang dibagi (pembilang) nilainya lebih besar dari bilangan pembaginya (penyebut). Pecahan juga merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Pecahan terdiri dari pembilang dan penyebut. Pecahan dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan senilai sebagai:

Hakikat transaksi dalam bilangan pecahan adalah bagaimana cara menyederhanakan pembilang dan penyebut. Penyederhanaan pembilang dan penyebut akan memudahkan dalam operasi aritmatika sehingga tidak menghasilkan angka yang terlalu besar tetapi mempunyai nilai yang sama. Contohnya: Bila dibandingkan antara

dan maka lebih mudah dan sederhana melihat angka .

terlihat sebagai “angka raksasa” yang kelihatannya lebih kompleks dibandingkan padaha sebenarnya kedua angka ini tetap memiliki nilai yang sama.

Pada opersi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan selain disederhanakan juga penyebutnya harus disamakan dengan bilangan yang sama, sedangkan pada operasi perkalian caranya adalah pembilang dibali pembilang, penyebut dikali penyebut.

Macam-macam Pecahan

Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu bentuk dari: (1) pecahan biasa, (2) Pecahan Decimal, (3) Persen, (4) Pecahan Campuran.


(28)

Yang dimaksud pecahan biasa adalah pecahan murni atau sejati yang terdiri dari atas pembilang dan penyebut, baik pembilang lebih kecil dari penyebut maupun sebaliknya penyebut lebih kecil dari pembilang. 2. Pecahan desimal

Pecahan desimal adalah bilangan yang terdiri dari bilangan bulat utuh dan bilangan pecahan biasa. Pecahan desimal ditulis dengan cara mendatar. Bilangan ini menggunakan tanda titik atau koma sebagai pemisah antara bilangan yang utuh dan tidak utuh. Bilangan decimal juga merupakan bilangan yang menggunakan dasar atau basis 10, dalam arti memeliki 10 digit yang berbeda yaitu memiliki nilai 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,0.

Misalnya: 0,1 (dibaca nol koma satu), merupakan hasil pembagi dari 1 : 10.

3. Persen

Pecahan persen adalah pecahan yang merupakan hasil pembagian suatu bilangan dengan seratus (100). Persen artinya perseratus. Sehingga nama pecahan biasa yang penyebutnya seratus diberi nama persen dengan lambangnya %. Untuk mengubah pecahab biasa menjadi persen, dicari lebih dahulu pecahan senilainya yang berpenyebut 100. Pecahan decimal dibicarakan saat pembelajaran pecahan desimal yang berpenyebut 100.

Misalnya: 5 % artinya 4. Pecahan campuran

Yang dimaksud pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri dari campuran bilangan bulat dengan bilagan pecahan murni/sejati.

5. Pecahan senilai

Pecahan senilai adalah pecahan yang mempunyai nilai yang sama dengan pecahan lain. Menyederhanakan suatu pecahan prinsipnya sama dengan mencari pecahan yang senilai.

Misalkan: nilainya sama dengan nilainya sama dengan


(29)

Perkalian adalah bentuk lain dari penjumlahan berulang dengan bilangan yang sama. Perkalian juga adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain. Operasi ini adalah salah satu dari empat operasi dasar di dalam aritmatika dasar (yang lainnya adalah penjumlahan, pengurangan, dan pembagian).

e. Perkalian Bilangan Pecahan

Kemampuan siswa di dalam menentukan hasil perkalian dari materi bilangan pecahan yang akan dikalikan tergantung dari pemahaman dan keaktifan siswa terhadap materi pecahan yang akan diajarkan oleh guru dan cara guru mengajar. Kemampuan menghitung dan menentukan hasil kali dari bilangan pecahan adalah bagaimana siswa mengeluarkan ide-ide tentang pemahaman materi yang telah dipelajarinya.

Di dalam menentukan hasil kali dari materi pecahan terlebih dahulu harus memperhatikan pecahan apa yang akan di kalikan, seperti: 1. Perkalian pecahan biasa dengan bilangan asli

Contoh:

2. Perkalian pecahan biasa Contoh:

3. Perkalian pecahan desimal dengan pecahan desimal Contoh: 3,5 x 2,5 = 8,75

4. Perkalian persen dengan persen Contoh: 5% x 6% = 30%

5. Perkalian persen dengan pecahan desimal Contoh: 15% x 2,4 = 0,15 x 2,5 = 0,36

6. Perkalian pecahan campuran dengan bilangan asli

Contoh: 3 x 3 x

7. Perkalian pecahan biasa dengan pecahan campuran

Contoh:

8. Perkalian pecahan campuran dengan pecahan campuran

Contoh:


(30)

Setelah semua bilangan pecahan yang akan dikalikan sudah dipahami dengan benar, lalu dilakukan operasi perkalian sampai menemukan hasil yang benar.

Kemampuan siswa di dalam menentukan hasil perkalian pecahan dapat dilihat dari lembar kerja siswa. Indikator kemampuan siswa di dalam menentukan hasil perkalian pecahan di Sekolah Citra Alam SMP Ciganjur, Jakarta Selatan adalah:

1. Kemampuan menganalisa konsep perkalian 2. Kemampuan memahami soal perkalian pecahan

3. Kemampuan menentukan hasil perkalian pecahan biasa, campuran, desimal, dan persen.

Perkalian bilangan pecahan menyangkut perkalian (1) bilangan bulat dengan bilangan pecahan (asli) dan campuran, (2) bilangan pecahan dengan bilangan pecahan, dan (3) bilangan pecahan campuran dengan bilangan pecahan campuran. Perkalian bilangan pecahan dapat mengikuti model perkalian bilangan bulat.

Pertama bilangan bulatan dikalikan bilangan pecahan asli dan campuran disajikan dalam penjumlahan berulang, misalkan 3 x ⁄ =

⁄ ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ . Kedua bilangan pecahan asli dikalikan dengan bilangan pecah asli dijelaskan dengan melipat kertas.15

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun peneliti beranggapan ada penelitian yang mirip namun tidak serupa yang menjadi sebuah pembelajaran dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:

a. “Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Alam Indonesia” oleh Zulfah Fikriah tahun 2013, Universitas Islam Negeri Jakarta.

15

J.Tombokan Runtukahu, et al, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) Cet I h. 137-138.


(31)

Dari penelitian tersebut dapat menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga pada jenjang sekolah dasar mampu memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa maupun peningkatan pemahaman konsep matematika dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika di Sekolah Alam Indonesia memenuhi karakteristik model pembelajaran tematik/terpadu, yaitu berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran bersifat fleksibel, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip sambil bermain serta menyenangkan. Pada prinsipnya, model pembelajaran tematik/terpadu yang dilaksanakan di Sekolah Alam Indonesia menggunakan jenis jarring laba-laba (webbing/spider web), namun dalam pengembangan pelaksanaannya juga menggunakan jenis keterpaduan (intergrated) seperti pada pelaksanaan Belajar diluar (outing), market day, dan EHB (Evaluasi hasil belajar).

b. “Sekolah Alam: Paradigma Baru Pendidikan Islam Humanis” oleh Rohinah tahun 2014, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dari penelitian tersebut dapat menyimpulkan bahwa alam tidak lagi menjadi sebuah fenomena yang menakutkan, penuh mistis dan gaib, sehingga dunia anak didik dijauhkan dari alam. Melainkan pendidikan Islam justru akan berubah jika mampu mendekatkan paradigma fungsionalis pada diri anak didik. Alam justru mempunyai fungsi yang sangat luar biasa terhadap dunia pembelajaran anak didik. Alam juga memberikan pengaruh yang luar biasa bagi pengembangan sains dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pembelajaran agama berbasis sekolah alam sesungguhnya akan menghasilkan pengetahuan yang luar biasa jika mampu menjadikan paradigma fungsionalis sebagai paradigma pembelajaran yang mengarah kepada inovasi dan kreativitas belajar anak didik.

c. “Penelitian Kolaborasi Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Alam (Studi Situs Sekolah Alam Ar Ridho Semarang)” oleh Tjipto Subadi, tahun 2013, Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(32)

Dari penelitian tersebut dapat menyimpulkan bahwa strategi pengorganisasian interaksi pembelajaran berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, peran guru sebagai organisator, motivator, konselor, moderator, motor, pelopor, katalisator dan evaluator, terjadi hubungan interaksi timbal balik-baik di dalam dan di luar kelas. kerjasama antar siswa terjadi saat ada siswa yang mengalami kesulitan, teman yang lain berlaku sebagai guru membantu mangajari teman yang mengalami kesulian sehingga terjadi diskusi dan semangat belajar.

Sedangkan peneliti ingin mengeksplorasi lebih dalam pembelajaran aktif di Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan pada pembelajaran matematika khususnya materi perkalian pecahan. Berbeda dengan sebelumnya yang meneliti pada jenjang dasar kelas IV (Empat) sedangkan peneliti ingin meneliti pada jenjang menengah kelas VII (Tujuh). Walaupun pada latar yang sama yakni sama-sama di Sekolah Alam akan tetapi peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana siswa untuk dapat aktif dalam pembelajaran matematika khusunya pada materi perkalian pecahan. Pada peneliti sebelumnya membahas mengenai materi matematika tentang satuan panjang dan peneliti ingin menggali lebih jauh mengenai materi perkalian pecahan dimana siswa diupayakan harus aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Jika peneliti sebelumnya membahas mengenai model pembelajaran pada jenjang dasar dibidang matematika maka peneliti akan membahas mengenai pembelajaran aktif (active learning) pada jenjang menengah dibidang matematika juga.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka teori, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pembelajaran active learning yang dilakukan guru pada materi perkalian pecahan di Sekolah Citra Alam ?

2. Bagaimana aktivitas siswa dalam kegiatan active learning pada pembelajaran matematika di Sekolah Citra Alam ?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran active learning di Sekolah Citra Alam ?


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII Sekolah Pemengah Pertama di Sekolah Citra Alam Indonesia yang berlokasi di Jl. Anda 7X Ciganjur, Jagakarsa Jakarta Selatan pada bulan Mei 2016. Sekolah Alam Indonesia merupakan sekolah regular yang berbasis alam dan tetap berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Serta sekolah yang telah meluluskan empat alumni untuk sekolah menengah pertama.

B.Latar Penelitian

I. Profil Sekolah

Penelitian ini berlatar dengan nama Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan dan berdiri Tahun 2000. Dengan nama Yayasan Citra Nurul Falah KHA. beralamat Lengkap : Jl. Damai II No. 54 Ciganjur Jakarta Selatan 12630. Telp 7272164 Faks 7272164. Email : sekolah@citraalam.sch.id.

Sekolah Alam Indonesia (SAI) adalah sekolah alam pertama dan menjadi pionir bagi sekolah berbasis alam dan komunitas di Indonesia. Sejak kehadirannya, SAI telah menarik begitu banyak perhatian. SAI dalam lima tahun terakhir mengalami perkembangan pesat termasuk eksperimen bagaimana menjalankan sekolah berbasis komunitas. Sebagai sekolah alternatif (alternative

dibanding sekolah konvensional yang ada), SAI telah memberikan alternative bagi para orangtua yang ingin mendapatkan penyegaran dan mempunyai pilihan yang lain dalam metode dan cara mendidik anak-anak mereka.

Di sekolah tersebut memiliki ruang kelas berupa sanggar yang menjadi tempat belajar siswa dan memiliki area bermain dan belajar yang luas. Siswa pun tidak tertinggal dengan adanya ruang lab komputer. Bagi yang beragama Islam juga tersedia Masjid untuk melakukan Ibadah Sholat. Dan tak lupa ruangan Perpustakaan yang terbuka untuk menambah sumber pengetahuan siswa.


(34)

Di sana juga memiliki Green House bagi siswa yang suka menanam pohon. Untuk masalah jajan siswa juga tersedia kantin sehat agar siswa terjaga dari pola makannya. Dan sarana olah raga jua menyediakan lapangan footsal dan baset. Berikut fasilitias yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama Citra Alam diantaranya:

1. Gedung Sekolah

Gambar 3.1. Gedung Sekolah SMP Citra Alam

Terdapat ruang kelas VII dengan ukuran 10x15 meter. Ruangan tersebut digunakan untuk belajar di dalam kelas da nada pula bisa belajar di luar kelas di lorong kelas dengan ukuran 1,5x15 meter.

2. Area Bermain dan Olah Raga


(35)

Ada kalanya siswa belajar di lapangan untuk mata pelajaran seni (art) menggambar dengan mengamati sekelilingnya dan untuk bermain bola sepak, bola basket, dan bola kasti yang mempunyai ukuran 28x15 meter. Para siswa sangat hobi berolahraga karena mereka berolahraga selain pada jam pelajaran olahraga tetapi juga pada jam di luar jam perlajaran olahraga. Bahkan pada jam istirahat juga para siswa terdapat yang melakukan berbagai macam jenis olahraga seperti bermain bolak sepak, bola bakset dan lain-lain. Dengan ukuran 28x15 meter lapangan olahraga dapat dibangun.

3. Ruang lab IPA

Gambar 3.3. Ruang lab IPA

Di Sekolah Citra Alam memperhatikan betul tentang kemajuan sain dan teknologi sehingga disediakannya ruang lab IPA dengan ukuran 10x15 meter. Antusiasme para siswa juga bagus dengan adanyanya lab IPA tersebut.


(36)

4. Masjid

Gambar 3.4. Masjid

Mayoritas di Sekolah Citra Alam ini beragama Islam sehingga dibuatlah sarana untuk melaksanakan ibadah shalat dengan didirikan sebuah masjid. Masjid tersebut tidak hanya digunakan oleh Sekolah Citra Alam saja melainkan masyarakat juga ikut berpartisipasi dengan mengadakan berbagai macam kegiatan. Kegiatan tersebut seperti Majelis Ta’lim ibu-ibu yang tinggal disekitar masjid dan jika hari Jumat para siswa dan juga dewan guru melaksanakan shalat jumat di masjid tersebut. Tidak kala pentiingnya antusiasme masyarakat melaksanakan shalat jumat juga di masjid tersebut. Ukuran masjid tersebut 20x20 meter.

5. Green House


(37)

Adalah sebuah rumah dengan ukuran 5x15 meter yang digunakan untuk tempat bercocok tanam para siswa. Rumah tersebut terbuka karena tidak terdapat pembatas untuk menutupinya sehingga siapa saja dapat pergi ke sana. Isinya merupakan hasil harya para siswa Sekolah Citra Alam yang gemar bercocok tanam sehingga mempunyai berbagai macam tanaman.

6. Perpustakaan

Gambar 3.6. Perpustakaan

Buku adalah gudang ilmu. Itulah motivasi para siswa untuk dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Hanya dengan ukuran 10x15 perpustakaan tersebut dibangun untuk mengeksplorkasi siswa yang pandai membaca di kala waktu pembelajaran atau pada saat jam istirahat.


(38)

7. Kantin Sehat

Gambar 3.7. Kantin Sehat

Pihak Sekolah Citra Alam sangat memperhatikan para siswanya untuk mengkonsumsi makanan yang hendak ia makan. Kecerdasan sangat memperngaruhi dengan apa yang para siswa konsumsi. Sehingga dengan ukuran 2x5 meter dibangunlah sebuah kantin sehat untuk para siswa dan guru yang didatangi pada waktu istirahat.

8. Ruang seni (art)

Gambar 3.8. Ruang art

Terdapat hasil karya siswa Sekolah Citra Alam berupa lukisan-lukisan dan barang-barang untuk membuat lukisan serta alat angklung yang digunakan pada


(39)

pelajaran art dan musik. Pada pelajaran tersebut sekolah telah menyediakan khusus guru tersebut sehingga fokus untuk siswa yang gemar menggambar dan melukis serta bermain musik. Ukuran ruangannya 10x20 meter.

9. Ruang serba guna

Gambar 3.9. Ruang serba guna

Ruangan tersebut mempunyai ukuran 10x20 meter dibangunlah ruangan serba guna. Ruangan ini terletak dilantai 2 di atas ruangan perpustakaan. Sehingga para siswa jika ingin membaca buku di ruang terbuka dapat mengunjungi ruang serba guna.

10. Area Parkir


(40)

Untuk area parker ukurannya cukup luas 25x35 meter. Dominasi di isi dengan mobil pribadi untuk mengantar jemput siswa. diujung area parker terdapat pos untuk berkumpul para supir.

II. Profil Siswa

Bagi siswa yang suka melukis sekolah menyediakan ruang art. Dan memiliki area parker yang cukup luas dengan suansa alam yang terbuat dari bambu. Jumlah siswa kelas VII (tujuh) di sekolah alam tersebut berjumlah 26 siswa terdiri dari 2 rombel yaitu VII A dan VII B. Satu kelas maksimal 20 siswa. Begitu juga dengan kelas VIII terdiri dari 2 rombel yang berjumlah 38 siswa. Dan kelas IX juga sama terdiri dari 2 rombel yang berjumlah 29 siswa sehingga total seluruh SMP memiliki 93 siswa.

III.Profil Guru

Nama guru yang mengajar bernama Boby Charles. Ia berasal dari Provinsi Sumatera Barat, tepatnya di kota Padang. Beliau mengajar matematika kelas VII A dan B. Pendidikan terakhirnya memperoleh gelar sarjana (S1) dengan jurusan Teknik Elektro pada tahun 2005. Sudah banyak pengalaman yang ia dapatkan hingga 11 tahun lamanya untuk tetap mengabdi menjadi pahlawan tanpa tanda jasa di sekolah sehingga, ia belum mengajar di tempat lain.

Sistem pendidikan yang unik dan menantang menjadikan ia sebagai alasan menginginkan mengajar di sekolah ini. Dengan bermotivasi ingin mencari pengetahuan tentang pendidikan yang tepat bagi siswa. Ide merupakan kendala yang ia alami dalam pembuatan media pembelajaran. Dan kesulitan dalam menyampaikan materi yakni rentan kemampuan anak yang tidak seragam. Sehingga untuk menjadi siswa sika belajar matematika dengan cara menjadi pribadi guru yang menyenangkan dan memulai dengan sesuatu yang mudah. Serta dengan menggunakan beberapa variasi pendekatan menjadikan siswa aktif belajar matematika. Ia mempunyai dua siswa berlatar belakang berkelakuan khusus.


(41)

C. Metode Penelitian

Untuk mengeksplorasi pembelajaran aktif pada Sekolah Citra Alam yang akan diteliti digunakan jenis metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan

snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.16

Berkaitan dengan tujuan penelitian di atas, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus sehingga penelaah terhadap fokus penelitian dapat dilakukan secara intensif, mendalam, detail, dan komprehensif. Selain studi kasus memberikan akses peluang yang lebih luas kepada peneliti untuk menelaah, studi kasus juga dapat menyajikan data-data dan temuan yang berguna untuk memperoleh keterangan-keterangan empiris yang detail secara akurat dari suatu analisis penelitian.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam pelaksanaan di lapangan peneliti berusaha memahami fenomena yang terjadi dengan bersikap menyesuaikan diri dengan keseharian kegiatan Sekolah Alam Indonesia tanpa menjaga jarak dengan informan. Sehingga dalam pengambilan data, baik dari dokumen dan informan melalui teknik wawancara dapat berjalan dengan baik dengan suasana yang hangat dan bersahabat.Yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika dan siswa kelas VII Sekolah Alam Indonesia, departemen litbang serta kepala Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan. Kemudian data-data tersebut disajikan dengan kata-kata tertulis sebagai

16

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2015), h. 15


(42)

bentuk dari deskriptif yang menggambarkan siswa berpikir kritis dan penggunaan pembelajaran aktif di Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan.

Adapun disain penelitian menggunakan studi kasus adalah dapat fokus pada kasus-kasus dan menarik. Keunikan Sekolah Alam Indonesia khusunya sekolah menengah pertama adalah merupakan sekolah menengah pertama dan siswa belajar di alam terbuka dengan berbagai macam permainan (games) yang menarik serta metode pembelajaran yang menyenangkan di alam terbuka tanpa mengurangi standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satuan pendidikan nasional setempat dan merupakan sekolah yang menjadikan proses pembentukan logika berpikir kritis dan ilmiah dengan cara yang membebaskan.

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Pengamatan (Observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana ynag mereka saksikan selama penelitian.17 Melakukan pengamatan secara menyeluruh pelaksanaan pembelajaran aktif di Kelas VII sekolah menengah pertama Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan.

Hal ini meliputi observasi mengenai aspek rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, suasana belajar, alat peraga dan keadaan siswa dalam proses pembelajaran matematika.

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk Tanya-jawab dalam hubungan tatap muka,

17


(43)

sehingga gerak dan mimic responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.18

Melakukan wawancara kepada pihak guru, dan siswa Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran. Wawancara kepada pihak Kepala Sekolah dan departemen litbang bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai landasan proses pembelajaran. Wawancara terhadap guru dan siswa bertujuan untuk memperoleh pengetahuan faktual dan akurat mengenai proses pembelajaran. Wawancara terhadap orang tua siswa bertujuan untuk menemukan fakta-fakta yang dapat mendukung informasi lainnya.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah mencatat tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu lalu.19

Melakukan pengamatan dan pengumpulan data tertulis, gambar grafik, dan rekaman dengan didukung media yang sesuai.

Berdasarkan prosedur di atas, instrument yang digunakan pada penelitian pada alam terbuka siswa kelas VII sekolah menengah pertama Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Pengamatan dilakukan dengan mengikuti langsung proses pembelajaran pada alam terbuka siswa kelas VII sekolah menengah pertama Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini observasi dilakukan kepada guru mata pelajaran matematika dan siswa kelas VII Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan.

18

W. Gulo.Op.Cit h. 119

19

W. Gulo.Op.Cit h. 123


(44)

Indikator pedoman observasi siswa:

a. Pembelajaran matematika di luar kelas b. Aktivitas belajar matematika di luar kelas c. Alat Peraga

d. Apersepsi

Indikator pedoman observasi guru: a. Materi perkalian pecahan

b. Pembelajaran matematika di luar kelas c. Alat Peraga

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai landasan wawancara yang dilakukan kepada para responden. Dalam hal ini pedoman wawancara menggunakan angket. Indikator pedoman wawancara untuk siswa:

a. Pembelajaran di luar kelas b. Aktif belajar di luar kelas c. Materi perkalian pecahan

d. Media pembelajaran di sekolah alam e. Kesulitan dalam mengerjakan soal Indikator pedoman wawancara untuk guru:

a. Latar belakang/profil guru yang mengajar b. Wawancara secara langsung di SMP Citra Alam c. Wawancara secara tertulis di SMP Citra Alam

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data sebagai kelengkapan data dan pendukung dari data tertulis yang dideskripsikan mengenai proses pembelajaran matematika di Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Jakarta Selatan.

Adapun dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: a. Proses pembelajaran berlangsung di alam


(45)

b. Silabus mata pelajaran matematika

c. Data siswa kelas VII Sekolah Alam Indonesia

d. Data hasil belajar siswa dan daftar rekapitulasi UAN 2014/2015 e. Jadwal pelajaran

f. Rencana pembelajaran g. Media pembelajaran

E.Teknik Analisis Data

Analisis yang dimaksud merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang persoalan yang ada dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain.

Proses pencarian informasi melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada siswa, guru yang terkait, departemen litbang, dan kepala sekolah serta orang tua.

Proses analisis data dapat dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data dan dilanjutkan setelah pengumuman data selesai. Oleh karena itu secara teoritik analisis dan pengumpulan data dilaksanakan secara berulang-ulang, guna memecahkan masalah dengan mencocokkan data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis, interpretasi secara logis demi keabsahan dan kredebilitas data yang diperoleh peneliti.

Proses pengumpulan dan penganalisaan data peneliti ini berpedoman kepada langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Pertama, reduksi data meliputi proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, pengabstraksian, dan pengkatagorian data untuk memudahkan pengorganisasian data.

Kedua, penyajian data merupakan rakitan organisasi informasi ataupemaparan data yang tersusun secara sistematis dengan memperlihatkan kaitan alur data dan menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi sehingga


(46)

memudahkan peneliti menarik kesimpulan. Secara umum penyajian dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk teks naratif.

Ketiga, penarikan kesimpulan yang dilakukan sejak tahap pengumpulan data dengan cara mencatat dan memaknai fenomena menunjukan keteraturan, kondisi yang berulang-ulang, serta pola-pola yang dominan. Pada tahapan ini kesimpulan yang diperoleh biasanya kurang jelas, menyeluruh, bersifat sementara, tetapi selanjutnya akan semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat setelah makna teruji kebenaran dan keabsahan. Verifikasi data yang dimaksud dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, dan pengecekan keanggotaan.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data.

Pemeriksaan terhadap keabsahan data ini, pada dasarnya dapat digunakan untuk menyanggah tuduhan akan ketidakilmiahan penelitian kualitatif. Untuk menjaga keabsahan data peneliti mengikuti empat kriteria yang disarankan Nasution Moleong, yaitu kredebilitas atau derajat kepercayaan, transferabilitas atau keteralihan, dependibilitas atau kebergantungan, dan konfirmabilitas atau kepastian.20

a. Kredebilitas

Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan dan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dari informan, data hasil pengamatan dengan isi dokumen yang berkaitan, dan data hasil wawancara mengenai isi dokumen yang berkaitan.

Pengecekan anggota (member cek) dilakukan dengan cara menunjukan data atau informasi kepada informan agar dapat dikomentari setuju atau tidak dan dapat ditambah informasi lain jika dianggap perlu.

20


(47)

Perpanjangan kehadiran peneliti dapat menguji kebenaran informasi yang diperoleh secara distorsi baik berasal dari peneliti sendiri maupun dari pihak Ssekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan yang tidak disengaja.

Diskusi teman sejawat atau dosen pembimbing, cara ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran sekaligus memberikan kesempatan awal bagi orang lain (teman Sejawat) untuk memulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.

Pengamatan terus menerus atau kontinyu, peneliti dapat memperhatikan sesuati secara lebih cermat, terinci, dan mendalam.

Bahan referensi digunakan sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan hasil rekaman dan bahan dokumentasi berupa foto-foto kegiatan dilokasi penelitian. Bahan referensi dapat digunakan peneliti sebagai patokan untuk menguji data saat analisis dan penafsiran data.

b. Transferabilitas

Suatu hasil penelitian dianggap memiliki tranferabilitas tinggi apabila pembaca laporan memiliki pemahaman yang jelas tentang fokus penelitian. Peneliti mengupayakan dengan membuat laporan hasil penelitian secara teliti, cermat, dan rinci yang menggambarkan konteks tempat diselenggarakan penelitian, serta dalam mencapai hasil penelitian ini peneliti tetap mengacu pada fokus penelitian.

c. Dependibilitas

Dependibilitas berkaitan dengan pernyataan apakah penelitian dapat diulang atau direflikasi oleh peneliti lain dan menemukan hasil yang sama bila menggunakan metode yang sama.

Konsistensi peneliti dalam keseluruhan proses penelitian menyebabkan dependibilitas tinggi yang dipercaya hasilnya.


(48)

d. Konfirmabilitas

Lebih focus pada pemeriksaan dan pengecekan (checking and audit) kualitas hasil penelitian. Audit konfirmabilitas umumnya bersamaan dengan audit

dependibilitas. Untuk memeriksa dependibilitas dan konfirmabilitas data ini, peneliti melalui cara “audit trial”. Dalam konteks penelitian kualitatif “audit trial” dilakukan oleh orang yang ahli dalam penelitian yang dilakukan pembimbing.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning yang Dilakukan Guru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2016, Berikut hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran active learning meliputi sembilan aktivitas antara lain: 1) Penguasaan materi perkalian pecahan; 2) Penggunaan alat peraga; 3.) Memberikan pertanyaan; 4) Pembuatan apersepsi; 5) Tugas/latihan di luar kelas; 6) Menguasai alat peraga; 7) Menerangkan materi perkalian pecahan; 8) Menerapkan pendekatan pada materi perkalian pecahan; dan 9) Mereview materi perkalian pecahan.

Temuan hasil observasi terhadap sembilan pernyataan observasi disajikan sebagai berikut.

a. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning oleh Guru di Kelas

Tabel 4.1.

Hasil Observasi Kegiatan Active Learning oleh Guru di Kelas

Pertemuan Pernyataan Rekapitulasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Y T

I 0 1 1 1 0 1 0 0 0 44% 56%

II 0 1 1 1 0 1 0 0 0 44% 56%

III 0 0 1 1 0 0 0 0 0 22% 78%

IV 1 0 1 1 0 0 1 1 1 56% 44%

V 1 0 1 1 0 0 1 1 1 56% 44%

Jumlah 2 2 5 5 0 2 2 2 2 - -

Rata-rata 40% 40% 100% 100% 0% 40% 40% 40% 40% 49% 51%

Keterangan : 1 = ya; 0 = tidak

Berdasarkan hasil pada tabel 4.1. maka, secara keseluruhan sebanyak 49% kegiatan pembelajaran active learning yang dilakukan oleh guru sedangkan 51% kegiatan active learning yang belum dilakukan guru.


(50)

Dengan kata lain bahwa penerapan kegiatan pembelajaran active learning

yang dilakukan guru tergolong masih kurang. Secara detail kegiatan active learning yang dilakukan guru meliputi 40% memberi penugasan, 40% menggunakan alat peraga, 100% memberikan pertanyaan, 100% membuat apersepsi, 0% tidak memberikan tugas/latihan di luar kelas, 40% menguasai alat peraga, 40% menerangkan materi perkalian pecahan, 40% melakukan pendekatan (kelompok belajar dan Bertukar pendapat) pada materi perkalian pecahan, 40% memberikan materi perkalian pecahan.

Temuan di atas, sesuai dengan hasil wawancara dengan informan pertama21

“Melalui pengkondisian diawal pembelajaran dengan humor dan cerita. Lalu penggunaan kelompok belajar dengan gambar berwarna yang menarik. Penggunaan kelompok belajar dan lembar kerja, digunakan guru untuk menjelaskan konsep pecahan. Hal ini dilakukan untuk memberi pemahaman yang kuat dan benar tentang pecahan, yang mulai dari konsep perkalian pecahan menggunakan balok pecahan lalu menemukan polanya maka dari situ baru, kemudian disimpulkan cara yang tepat untuk mengalikan pecahan.”

Temuan penelitian di atas menunjukkan pembelajaran active learning

dilakukan guru di sekolah alam tergolong masih rendah. Hal ini terlihat dengan masih kurangnya aktivitas pada aspek: memberi penugasan, menggunakan alat peraga, tidak memberikan tugas/latihan di luar kelas, menerangkan materi perkalian pecahan, melakukan pendekatan (kelompok belajar dan Bertukar pendapat) pada materi perkalian pecahan, dan mereview materi perkalian pecahan.

b. Hasil Observasi Kegiatan Active Learning Siswa dalam KBM

Selanjutnya, selain mengobservasi guru, peneliti juga melakukan observasi kegiatan siswa selama lima pertemuan. Berikut hasil observasi yang diberikan selama aktivitas siswa dalam pembelajaran active learning meliputi enam pertanyaan aktivitas antara lain: 1.) Kegiatan pembelajaran matematika di luar

21

Wawancara, informan pertama, dilaksanakan pada hari jumat tanggal 02 September 2016


(51)

kelas pada saat peneliti melaksanakan observasi; 2.) Minat siswa dalam pembelajaran di luar kelas; 3.) Antusias siswa dalam apersepsi; 4.) Antusias siswa pembelajaran oleh guru; 5.) Alat peraga yang digunakan; 6.) Cara menjawab soal menggunakan alat peraga dengan konsep sendiri.

Temuan hasil observasi terhadap enam pernyataan observasi active learning yang dilakukan siswa disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2.

Hasil Observasi Kegiatan Siswa KBM

Pertemuan Pernyataan Rekapitulasi

1 2 3 4 5 6 Y T

I 0 0 1 1 1 1 67% 33%

II 0 0 1 1 1 1 67% 33%

III 0 0 1 1 0 1 50% 50%

IV 0 0 1 1 0 1 50% 50%

V 0 0 1 1 0 1 50% 50%

Jumlah 0 0 5 5 2 5 - -

Rata-rata 0% 0% 100% 100% 40% 100% 57% 43%

Keterangan : 1 = ya; 0 = tidak

Berdasarkan hasil pada tabel 4.2. maka, sebanyak 57% pembelajaran

active learning yang dilakukan siswa dan 43% tidak melakukan pembelajaran

active learning. Temuan penelitian di atas menunjukan bahwa kegiatan active learning dalam pembelajaran matematika di Sekolah Alam yang dilakukan oleh guru dan siswa masih tergolong rendah.

Secara detail kegiatan active learning meliputi 0% kegiatan pembelajaran matematika di luar kelas, 0% minat dalam pembelajaran di luar kelas, 100% antusias dalam kegiatan apersepsi, 100% antusias dalam pembelajaran, 40% menggunakan alat peraga, 100% dapat menjawab soal menggunakan alat peraga dengan konsep sendiri. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas yang menonjol dalam kegiatan active learning adalah antusiasme siswa mengikuti


(52)

aperesepsi yang diberikan guru, juga antusiasme siswa mengikuti pembelajaran dan menjawab soal dengan menggunakan alat peraga.

2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika

Respon atau pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika dijaring melalui angket. Pemberian angket dilakukan setelah pembelajaran selesai. Item

pertanyaan dalam angket meliputi hal: (1) Menyukai pembelajaran matematika; (2) Menyukai pembelajaran di dalam kelas; (3) Menyukai pembelajaran di luar kelas; (4) Menyukai menggunakan media pembelajaran; (5) Menenemukan kesulitan dengan menggunakan media pembelajaran; (6) Menguasai materi perkalian pecahan; (7) Mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran; (8) Mengerjakan semua soal yang diberikan oleh guru; (9) Memberikan tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Respon siswa terhadap pembelajaran matematika disajikan tabel berikut.

Tabel 4.3.

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Metematika (n=10 siswa)

Pertanyaan Pertemuan Rekapitulasi

1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata %

Pertama 10 10 9 9 8 46 9,2 92

Kedua 7 6 4 5 4 26 5,2 52

Ketiga 8 7 8 6 7 36 7,2 72

Keempat 9 6 7 6 7 35 7,0 70

Kelima 3 6 5 3 2 19 3,8 38

Keenam 8 9 7 8 9 41 8,2 82

Ketujuh 5 8 8 7 8 36 7,2 72

Kedelapan 9 9 8 9 7 42 8,4 84

Kesembilan 10 10 9 10 9 48 9,6 96

Jumlah 69 71 65 63 61 329 65,8 -

Rata-rata 7,67 7,89 7,22 7,00 6,78 36,56 7,31 73,11

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.3, menunjukkan bahwa respon positif siswa terhadap pembelajaran sebesar 73,11%. Secara detail temuan penelitian berkaitan respon siswa, adalah sebanyak 92% respon siswa menyukai


(1)

Berikut hasil wawancara ketiga peneliti kepada narasumber3 di Saung Apung

WAWANCARA GURU

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA CITRA ALAM CIGANJUR, JAKARTA SELATAN

Pertemuan Ke : 3

Pertanyaan Jawaban

1. Pada kesempatan hari ini bagaimana perencanaan pembelajaran active learning pada materi perkalian pecahan di Sekolah Alam ?

Hari ini kita akan mengerjakan lembar kerja tentang operasi hitung pecahan.

2. Pendekatan atau metode active learning apa saja yang

digunakan hari ini pada pembelajaran matematika di Sekolah Alam ?

Kita menggunakan pendekatan

branistrooming (curah gagasan) tentang cara menjumlahkan dan mengurangi pecahan.

3. Pada pembelajaran hari ini Bagaimana cara siswa mau aktif dalam pembelajaran matematika ?

Mulai dengan contoh yang mudah ke sulit.

4. Menurut anda, cara yang tepat agar siswa lebih paham tentang konsep penjumlahan dan pengurangan ?

Menggunakan lembar kerja yang menarik dan mudah ke sulit serta penekanan untuk menyamakan penyebut. Untuk pengurangan

kitatekankan pengurangan penjumlahan dengan lawannya.

5. Menurut anda, cara yang tepat agar siswa lebih cepat paham tentang menentukan

penjumlahan dan pengurangan pecahan ?

Dalam pengerjaan lembar kerja guru membimbing siswa dengan pendekatan personal.

3


(2)

Berikut hasil wawancara keempat peneliti kepada narasumber4 di Saung Apung

WAWANCARA GURU

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA CITRA ALAM CIGANJUR, JAKARTA SELATAN

Pertemuan Ke : 4

Pertanyaan Jawaban

1. Pada kesempatan hari ini bagaimana perencanaan pembelajaran active learning pada materi perkalian pecahan di Sekolah Alam ?

Hari ini kita akan membahas konsep perkalian pecahan menggunakan metode ceramah (brainstrooming) dan lembar kerja.

2. Pendekatan atau metode active learning apa saja yang

digunakan hari ini pada pembelajaran matematika di Sekolah Alam ?

Pendekatan yang digunakan adalah brainstrooming dan latihan soal bertahap

3. Pada pembelajaran hari ini Bagaimana cara siswa mau aktif dalam pembelajaran matematika ?

Pembawaan guru yang santai dan penuh humor bisa mengurangi beban mental siswa.

4. Menurut anda, cara yang tepat agar siswa lebih paham tentang konsep perkalian pecahan seperti apa ?

Dimulai dengan diskusi kelas tentang simulasi konsep perkalian lalu mencari pola dan kesimpulan yang tepat, lalu pemberian contoh secara bertahap. 5. Menurut anda, cara yang tepat

agar siswa lebih cepat paham tentang perkalian pecahan seperti apa ?

Menggunakan lembar kerja bertahap. Siswa diberi simulasi konsep perkalian disertai contoh yang sederhana.

4


(3)

Berikut hasil wawancara keempat peneliti kepada narasumber5 di Saung Apung

WAWANCARA GURU

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA CITRA ALAM CIGANJUR, JAKARTA SELATAN

Pertemuan Ke : 5

Pertanyaan Jawaban

1. Pada kesempatan hari ini bagaimana perencanaan pembelajaran active learning pada materi perkalian pecahan di Sekolah Alam ?

Hari ini kita akan review konsep pecahan menggunakan mind mapping.

2. Pendekatan atau metode active learning apa saja yang

digunakan hari ini pada pembelajaran matematika di Sekolah Alam ?

Metode yang digunakan adalah diskusi dan latihan soal.

3. Pada pembelajaran hari ini Bagaimana cara siswa mau aktif dalam pembelajaran matematika ?

Kenyamanan siswa dengan komunikasi yang pasti serta pola pertanyaan yang memicu minat dan penghargaan. 4. Menurut anda, cara yang tepat

agar siswa lebih paham tentang konsep perkalian pecahan ?

Dengan mind mapping maka akan terlihat gambaran umum dan

menyeluruh tentang konsep pecahan. 5. Menurut anda, cara yang tepat

agar siswa lebih paham

tentang review materi pecahan ?

Latihan soal yang terstruktur akan melatih siswa memahami masalah secara komprehensif

5


(4)

85 Lampiran 4 : Hasil Analisis Repon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9

S001 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

S002 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1

S003 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1

S004 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1

S005 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1

S006 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

S007 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1

S008 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1

S009 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0

S010 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1

10 7 8 9 3 8 5 9 10 10 6 7 6 6 9 8 9 10 9 4 8 7 5 7 8 8 9 9 5 6 6 3 8 7 9 10 8 4 7 7 2 9 8 7 9

Jumlah Siswa 10 orang

keterangan1 = Siswa Menjawab "Ya" 0 = Siswa Menjawab "Tidak"

Kode Siswa

Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-3 Pertemuan Ke-4 Pertemuan Ke-5

Tabel 4.3


(5)

Tabel 4.4.

Hasil Belajar Matematika pada Materi Perkalian Pecahan

Hasil Belajar Siswa (n = 8).

No. Kode Siswa Nilai

1 S001 87

2 S002 80

3 S003 73

4 S004 93

5 S005 93

6 S006 93

7 S008 93

8 S010 93

Jumlah 705


(6)

DATA SISWA KELAS VII A Sekolah Menengah Pertama Citra Alam

Ciganjur Jakarta Selatan

No. Nama

1. Aliya

2. Keysha Azlia Ngabito 3. Kayla A.

4. Didan Alzaky 5. Saamii 6. Nathan

7. Alif Fadillah Aryatama 8. M. Rifqi Aimar

9. Rafa

10. Galam Nurutama 11. Faros Manuzia Ulhaq

12. Ghiyas Akhtar Razi Ramadhan 13. Troy

14. Mazaya H. 15. Sarah I.