dasarnya penyakit apapun yang menyebabkan penderitaan bagi salah satu pihak, yang berakibat tidak mampu lagi menjalankan bagi suami isteri dengan baik,
maka dianggap sah dan dibolehkan untuk menuntut cerai ke Pengadilan Agama. Dengan demikian homoseksual dapat menjadi pemicu perceraian akan tetapi tidak
bisa menjadi alasan perceraian. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur dalam memutus perkara cerai gugat dalam kasus ini mengacu pada
pasal 39 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, dan pasal 116 huruf f KHI Inpres RI No. 2 Tahun 1991.
Menurut hakim dengan adanya kelainan seks yang diderita suami maka akan mengakibatkan ketidak harmonisan dalam rumah tangga, dan sehingga sering
terjadi pertengkaran, dan masalah tersebut menjadi tidak sesuai dengan tujuan perkawinan yaitu membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah dan
rahmah. Penelitian selanjutnya Kelainan Seks Pada Suami Sebagai Pemicu
Terjadinya Perceraian yang ditulis oleh Jamilah, Program Studi Peradilan Agama 2010. Skripsi ini menyimpulkan bahwa kelainan seks seperti suami suka
mengintip orang mandi dan orang yang sedang berhubungan seksual dapat dijadikan sebagai alasan perceraian karena dengan adanya kelainan seks terhadap
suami dapat menyebabkan perselisihan dan pertengkaran antara suami isteri. Pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara ini mengacu pada pasal 116
KHI huruf f dan Q.S Arrum ayat 20 serta PP No 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
Dari skripsi yang telah diuraikan, penulis berpendapat bahwa skripsi yang akan ditulis ini berbeda dengan skripsi di atas. Jika di skripsi pertama fokus
pembahasannya mengenai pengaruh biseksual terhadap perceraian dan skripsi kedua fokus pembahasannya mengenai pengaruh homoseksual terhadap
perceraian dan skripsi ketiga fokus pembahasannya mengenai kelainan seks pada suami sebagai pemicu perceraian. Dalam penelitian ini penulis akan
memfokuskan permasalahan tentang Implikasi crossdresser terhadap pernikahan.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan empiris,
dalam hal ini penulis melakuakan penelitian lapangan dengan mewawancarai kaum crossdresser untuk menegetahui bagaimana kaum crossdresser menanggapi
fenomena yang terjadi.
10
2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Data Primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan kaum crossdresser, kitab-kitab fiqih, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
10
Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian,, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992, h. 10.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai dokumen yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yang didapat dari buku-buku,
artikel ilmiah, berita-berita di media masa, dan lainnya.
11
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara yakni proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan dengan
menggunakan instrument pengumpulan data yang dinamakan interviem guide panduan wawancara.
12
Selain itu peneliti akan melakukan kajian kepustakaan yaitu upaya pengidentifikasian secara sistematis dan melakukan analisis terhadap
dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian yang akan dilakukan.
13
4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca atau mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang lain.
14
Pada tahapan analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa hingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk
11
J.Moelang, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosada Karya, 1997, h. 112-116.
12
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, h. 234.
13
Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010, h. 17-18.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung: Alfabeta, 2004, h. 244.
menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun data-data tersebut dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode
menganalisis dan menjelaskan suatu permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas sehingga menemukan jawaban yang diharapkan.
5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulisan mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud
tulisan ini. Pembagian ke dalam beberapa bab dan sub bab adalah bertujuan untuk memudahkan pembahasan terhadap isi penulisan ini. Adapun pembagiannya
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB I meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERNIKAHAN
BAB II meliputi pengertian pernikahan, dasar hukum pernikahan, syarat dan rukun pernikahan, serta faktor penyebab putusnya
sebuah pernikahan.
BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI CROSSDRESSER
BAB III ini meliputi pengertian crossdresser, sejarah crossdresser ciri dan faktor penyebab seseorang menjadi crossdresser, serta
hukum crossdresser.
BAB IV ANALISIS IMPLIKASI CROSSDRESSER TERHADAP
PERNIKAHAN
BAB IV ini meliputi analisis hukum pernikahan crossdresser, analisis hukum hubungan seksual
yang dilakukan oleh
crossdresser, analisis hukum perceraian dengan alasan crossdresser .
BAB V PENUTUP YANG MELIPUTI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam BAB V ini penulis mengakhiri penulisan ini dengan memberikan beberapa kesimpulan dan juga menyampaikan
beberapa saran yang berhubungan dengan kajian penulisan.