Syarat dan Rukun Nikah

c. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah memberi hukuman fisik dengan cara memukulnya. Penting untuk dicatat, yang boleh dipukul hanyalah bagian yang tidak membahayakan si istri seperti betisnya. 30 2. Nusyuz suami terhadap istri Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari isteri tetapi dapat juga datang dari suami. Selama ini sering disalah pahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak istri saja. Padahal al-Quran juga menyebutkan adanya nusyuz dari suami seperti yang terlihat dalam al-Quran surah al-Nisa’ ayat 128 31 .                                  Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz, atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian sebenarrnya, dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengatahui apa yang kamu kerjakan. Q.S al-Nisa: 128. Kemungkinan nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya pada istri, baik nafkah lahir maupun nafkah batin. Berkenaan dengan tugas suami berangkat dari hadis Rasul SAW, ada dinyatakan, di antara kewajiban suami terhadap istri adalah, 30 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 269-272. 31 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 269-272. Pertama, memberi sandang dan pangan. Kedua, tidak memukul wajah jika terjadi nusyuz, ketiga, tidak mengolok-ngolok mengucapkan hal-hal yang dibencinya. Keempat, tidak menjauhi istri atau menghindari istri atau menghindari kecuali dalam rumah. Inti hadis ini adalah suami harus memperlakukan istrinya dengan cara yang baik dan dilarang menyakiti istrinya baik lahir maupun batin, fisik dan mental 32 . Jika ini terjadi dapat dikatakan satu bentuk nusyuz suami kepada istri. Jika suami melalaikan kewajibannya dan istrinya berulang kali mengingatkannya namun tetap tidak ada perubahan, maka al-Quran seperti yang terdapat dalam surah al-Nisa’ 4128 menganjurkan perdamaian di mana istri diminta untuk lebih sabar menghadapi suaminya dan merelakan hak-haknya dikurangi untuk sementara waktu. Semuanya ini bertujuan agar perceraian tidak terjadi. Inilah ayat yang menurut Sayuti Talib yang dijadikan dasar untuk merumuskan tata cara dan syarat-syarat bagi ta’lik talak sebagai untuk perjanjian perkawinan. Maksudnya untuk mengantisipasi dan sekaligus sebagai cara untuk menyelasaikan apabila suami melakukan nusyuz. 33 Sedangkan menurut Muhammad Syatlut, taklik talak adalah jalan terbaik untuk melindungi kaum wanita dari perbuatan tidak baik dari pihak suami. Sekiranya seorang suami telah mengadakan perjanjian itu telah disepakati 32 Forum Kajian Kitab Kuning, Wajah Baru Relasi Suami-Istri Telah Kitab ‘Uqud al- Lujjain, Yogyakarta: LKiS, FK3, 2001, h. 16-17. 33 Forum Kajian Kitab Kuning, Wajah Baru Relasi Suami-Istri Telah Kitab ‘Uqud al- Lujjain h. 16-17. bersama, maka perjanjian taklik talak dianggap sah untuk semua bentuk taklik. Apabila suami melanggar perjanjian telah disepakati itu maka isteri dapat meminta cerai kepada hakim yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang. 34 3. Terjadinya syiqaq Jika dua kemungkinan yang telah disebut di muka menggambarkan satu pihak yang lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya telibat dalam syiqaq percekcokan, misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga keduanya sering bertengkar. Tampaknya alasan untuk terjadinya perceraian lebih disebabkan oleh alasan syiqaq dalam penjelasan UU No. 7 tahun 1989 dinyatakan bahwa syiqaq adalah perselisihan yang tajam dan terus-menerus antara suami isteri. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa suami isteri tidak dapat lagi didamaikan harus dilalui beberapa proses. Dalam ayat suci al-Qur’an surah al-Nisa’: 4 35 ada dinyatakan:                         Artinya: Bila kamu khawatir terjadinya perpecehan antara mereka berdua, utuslah seorang penengah masing-masing dari pihak keluarga istri. Jika keduanya menghendaki kerukunan, Allah akan memberikan jalan kepada mereka, Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. QS. al-Nisa: 35. Dari ayat di atas, jelas sekali aturan Islam dalam mengenai problema kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya hakam arbitrator dari masing-masing pihak dikarenakan para perantara itu akan lebih mengetahui kerakter, sifat 34 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Yayasan al-Hikmah, 2001, h. 278.