PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM MENGENAI PERNIKAHAN

Menurut Hanafiyah “nikah adalah akad yang memberi faedah untuk melakukan mut’ah secara sengaja” artinya kehalalan seorang laki-laki untuk beristimta dengan seorang wanita selama tidak ada faktor yang menghalangi sahnya pernikahan tersebut secara syar’i. Menurut Hanabilah nikah adalah akad yang menggunakan lafaz inkah yang bermakna tajwiz dengan maksud mengambil manfaat untuk bersenang-senang. 5 Selanjutnya al-Malibari mendefinisikan perkawinan sebagai akad yang mengandung kebolehan ibahat melakukan persetubuhan yang menggunakan kata nikah atau tazwij. 6 Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-Ahwal al-Syakhsiyyah, mendefinisikan nikah sebagai akad yang menimbulkan akibat hukum berupa halalnya melakukan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan, saling tolong-menolong serta menimbulkan hak dan kewajiban di antara keduanya. 7 Dengan redaksi yang berbeda, Iman Taqiyuddin di dalam Kifayat al- akhyar mendefiniskan nikah sebagai, ibarat tentang akad yang masyhur yang terdiri dari rukun dan syarat, dan yang dimaksud dengan akad adalah al-wat bersetubuh. 8 4 Syihab al-Din Ahmad bin Ahmad bin Salamah al-Qalyubi, Hasiyatani, Cairo: Al- Maktabah Al-Taufikiyah, 2003., h. 312. 5 Abdurrahman al-Jaziri Kitab ‘ala Mazahib al-Arba’ah, t.tp. Dar Ilhya al-Turas al- Arabi, 1986, h. 3. 6 Muhammad Syata’ al-Dimyati, I’anat al-Talibin, t.tp Dar Ilhya al-Kutub al- ‘Arabiyyah, tt, h. 256. 7 Muhammad Abu Zahra, al-Ahwal al-Syakhsiyyah, Qahirah: Dar al-Fikr al-Arabi, 1957, h. 19 Definisi yang diberikan oleh ulama-ulama fikih di atas, sebagaimana akan hanya sebagai akad yang menyebabkan kehalalan melakukan persetubuhan. Hal ini semakin tegas karena menurut al-Azhari makna asal kata nikah bagi orang Arab adalah al-wat’ persetubuhan. 9 Definisi beberapa pakar Indonesia juga akan dikutipkan di sini. Menurut Sajuti Thalib, perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia 10 . Hazairin menyatakan bahwa inti dari sebuah perkawinan adalah hubungan seksual. Menurutnya tidak ada nikah perkawinan bila tidak ada hubungan seksual 11 . Senada dengan Hazairin, Mahmud Yunus mendefinisikan perkawinan sebagai hubungan seksual. Sedangkan Ibrahim Hosein mendefinisikan perkawinan sebagai akad yang dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita. Secara lebih tegas perkawinan juga dapat didefinisikan sebagai hubungan seksual bersetubuh. 12 Definisi lain dapat dikemukakan di sini sebagaimana yang dinyatakan oleh Lord Penzance seperti yang dikutip Lili Rasjidi dalam Disertasinya : 8 Imam Taqiyuddin, kifayat al-Akhyar fi Hal Ghayat al-Ikhtiyar, Bandung: Al-Ma’arif, t.t, h. 36 9 Imam Taqiyuddin, kifayat al-Akhyar fi Hal Ghayat al-Ikhtiyar, h. 36. 10 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang- Undangan No, 1 Tahun 1974 dan kompilasi hukum islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 2. 11 Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional Indonesia Jakrta: Tintamas, 1961, h. 61. 12 Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Dalam Masalah Nikah, Talak dan Rujuk Jakatra: Ihya Ulumuddin, 1971, h. 65.