KESIMPULAN DAN SARAN A.
Proses pembelajaran pendidikan IPS dijenjang persekolahan, baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaharuan yang
serius, karena pada kenyataannya selama ini masih banyak model pembelajaran yang masih bersifat konvensional, tidak terlihat adanya improvisasi dalam
pembelajaran, jauh dari model pembelajaran yang modern sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi lingkungan sekitar dimana siswa berada.
7
Pembaruan pembelajaran IPS tersebut ditandai oleh beberapa ciri seperti yang dikemukakan oleh somantri 2001: 2, yaitu: 1 bahan pelajaran lebih banyak
memperhatikan kebutuhan dan minat anak; 2 bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan masalah-masalah sosial; 3 bahan pelajaran lebih banyak
memperhatikan keterampilan; 4 bahan pelajaran lebih memberikan perhatian terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam sekitar. Oleh sebab itu,
para pengajar hendaknya berupaya mewujudkan proses pembelajaran IPS yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan PAIKEM, sesuai dengan ciri-
ciri pembaharuan pembelajaran IPS yang berorientasi pada pembelajaran kontekstual tersebut.
8
Namun kenyataan yang ada sampai saat ini masih banyak guru yang masih menerapkan model pembelajaran konvensional, khususnya dalam pembelajaran
IPS. Masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan IPS, sekalipun berbagai inovasi telah dilakukan tetapi hasilnya belum
memuaskan. Beberapa kelemahan dari model pembelajaran konvensional ini diantaranya, guru kurang mengikutsertakan peserta didik dalam proses
pembelajaran, namun guru lebih cenderung mengunakan ceramah yang hanya menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan hafalan kejadian-kejadian serta nama-
nama tokoh, tanpa mengembangkan wawasan berpikir dan penyelesaian masalah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih aktif.
9
7
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, cet.1, h. 2
8
Ibid.
9
Ibid., h. 3
Dalam proses pembelajaran IPS di SDN Pisangan 03 Ciputat Tangerang Selatan, khususnya di kelas IV ditemukan beberapa masalah, yaitu hanya sedikit
siswa yang tertarik untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru di kelas. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran IPS,
diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS biasanya beliau menggunakan metode pembelajaran ceramah. Kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah
baik, tetapi metode yang digunakan guru belum bervariasi, sehingga proses pembelajaran terlihat membosankan dan kurang menarik bagi siswa, sebagian
besar siswa pasif dalam belajar, ada yang mengantuk, bicara dengan teman, ada juga yang melamun dikelas. Hanya sebagian siswa kecil siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran di kelas.
10
Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan pembelajaran
dengan konsep atau pendekatan baru. Pembelajaran kooperatif membawa konsep inovatif dan menekankan keaktifan siswa, juga diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan siswa lainnya dalam suasana yang harmonis dan saling bekerja sama, serta memiliki banyak kesempatan untuk
mengubah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
11
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match, metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran
1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
12
Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe make a match, diantaranya dapat menciptakan suasana kegembiraan dalam proses pembelajaran sebab siswa
akan bergerak untuk mencari pasangan dari kartu yang dimilikinya dengan bergerak juga akan mengatasi kejenuhan siswa. Berdasarkan penjelasan di atas,
10
Hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03 Ciputat Tangerang Selatan, 17 dan 24 Oktober 2016
11
Ahmad Susanto, op. cit., h. 199
12
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014, cet.5, h. 223
model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan model pembelajaran yang sesuai jika diterapkan pada pembelajaran IPS, dengan ini
siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran, keterlibatan ini penting dalam melahirkan hasil belajar yang sukses.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hickmah yang berjudul peningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a
match dikelas V MI Soebono Mantofani Ciputat Tangerang Selatan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 didapatkan hasil pada siklus I yang mendapat
nilai melebihi KKM yaitu 70 sebanyak 13 siswa dengan rata-rata hasil belajar sebesar 70,27, sedangkan pada siklus II yang mendapat nilai melebihi KKM yaitu
70 sebanyak 22 siswa dengan rata-rata hasil belajar sebesar 80,73.
13
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan Hickmah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa sebesar 80,73. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti
bermaksud mengadakan penelitian tentang
“Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03
”. B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah
penelitian antara lain:
1. Pembelajaran IPS yang tidak kreatif akan membuat siswa pasif selama proses
pembelajaran. 2.
Kurang keterlibatan siswa berdampak pada penurunan hasil belajar IPS di kelas.
13
Hickmah, “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
dikelas V MI Soebono Mantofani Ciputat Tangerang Selatan”, Skripsi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah, Jakarta,
2015, h.63, tidak dipublikasikan.