suatu  daerah  menjadi  orientasi  ke  luar;  2  perubahan  pandangan  masyarakat mengenai  jumlah  anak  dalam  keluarga,  yaitu  dari  menginginkan  banyak  anak
menjadi  keluarga  kecil;  3  perubahan  dalam  kegiatan  investasi  masyarakat,  dari melakukan  investasi  yang  tidak  produktif  menjadi  investasi  yang  produktif;  4
perubahan  sikap  hidup  dan  adat  istiadat  yang  terjadi  kurang  merangsang pembangunan  ekonomi  misalnya  penghargaan  terhadap  waktu,  penghargaan
terhadap prestasi perorangan, dan sebagainya.
2.6 Konsep Pembangunan Wilayah Daerah
Suparmoko  1999  menyatakan  bahwa  pembangunan  ekonomi adalah  usaha-usaha  untuk  meningkatkan  taraf  hidup  suatu  bangsa  yang  sering
diukur  dengan  tinggi  rendahnya  pendapatan  riil  per  kapita.  Jadi  pembangunan ekonomi  selain  untuk  meningkatkan  pendapatan  riil  juga  untuk  meningkatkan
produktivitas.  Banyak  faktor  yang  mempengaruhi  perkembangan  ekonomi  suatu wilayah atau daerah. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor ekonomi dan faktor
non ekonomi seperti hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintah, dan lain- lain.
Syarat  utama  bagi  pembangunan  ekonomi  adalah  bahwa  proses pertumbuhannya  harus  bertumpu  pada  kemampuan  perekonomian  di  dalam
negeri.  Hasrat  untuk  memperbaiki  nasib  dan  prakarsa  untuk  menciptakan kemajuan  material  harus  muncul  dari  warga  masyarakatnya  sendiri  dan  tidak
dapat dipengaruhi atau diidentifikasi oleh daerah luar Jhingan, 2002.
Tambunan  2001  menyatakan  ada  beberapa  teori  yang  dapat menerangkan  kenapa  ada  perbedaan  dalam  tingkat  pembangunan  ekonomi  antar
daerah. Teori yang umum digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Teori Basis Ekonomi Teori  basis  ekonomi  ini  menyatakan  bahwa  faktor  penentu  utama
pertumbuhan  ekonomi  suatu  daerah  adalah  berhubungan  langsung  dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Proses produksi di sektor industri di
suatu  daerah  yang  menggunakan  sumber  daya  produksi  lokal,  termasuk  tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya di ekspor akan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi,  peningkatan  pendapatan  per  kapita,  dan  penciptaan  peluang  kerja  di daerah tersebut.
2. Teori Lokasi
Inti  pemikiran  teori  ini  didasarkan  pada  sifat  rasional  pengusaha  atau perusahaan  yang  cenderung  mencari  keuntungan  setinggi  mungkin  dengan  biaya
serendah  mungkin.  Oleh  karena  itu,  pengusaha  memilih  lokasi  usaha  yang memaksimumkan  keuntungannya  dan  meminimalisasikan  biaya  usaha  atau
produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan pasar. 3.
Teori Daya Tarik Industri Dalam  upaya  pengembangan  ekonomi  daerah  di  Indonesia  sering
dipertanyakan  jenis-jenis  industri  apa  saja  yang  tepat  untuk  dikembangkan.  Ini adalah  masalah  membangun  portofolio  industri  suatu  daerah.  Dalam  menjawab
pertanyaan  tersebut,  ada  sejumlah  faktor  penentu  pembangunan  industri  di  suatu daerah,  yang  terdiri  atas  :  1  Faktor-faktor  daya  tarik  industri  yang  mencakup
nilai  tambah  yang  tinggi  per  pekerjaproduktivitas,  industri-industri  kaitan,  daya saing  di  masa  depan,  spesialisasi  industri,  potensi  ekspor,  dan  prospek  bagi
permintaan domestik; dan 2 Faktor-faktor daya saing daerah, meliputi penilaian kemampuan  industri  suatu  daerah  dan  pembangunan  kemampuan  industri  suatu
daerah.
2.7 Tinjauan Studi Terdahulu