PDRB
n-1
= Perkiraan PDRB pada tahun ke
n-1
Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat perkembangan dan
struktur perekonomian di suatu daerah. Nilai PDRB disajikan berdasarkan harga berlaku, yaitu dengan memperhitungkan pengaruh harga, dan atas dasar harga
konstan, yaitu tanpa memperhitungkan pengaruh harga.
2.3 Penerimaan Pemerintah Daerah
Menurut Halim 2007 pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan undang- undang No 33 Tahun 2004 Pasal 66 ayat 1. Keuangan daerah harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat. Oleh karena itu pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada output dengan
menggunakan konsep nilai uang value for money serta prinsip tata pemerintahan yang baik good governance.
Pengelolaan anggaran adalah suatu tindakan penyeimbangan berbagai kebutuhan. Kebutuhan dibidang pendidikan, sosial, dan kesehatan menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan di sektor publik tersebut pemerintah mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan
daerahnya sendiri. Sehingga dengan otonomi daerah pemerintah daerah akan semakin mampu mencukupi kebutuhan pembangunannya.
Pendapatan Asli Daerah PAD diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak, retribusi daerah, laba perusahaan milik daerah dan pendapatan asli
daerah lainnya yang sah. Undang-undang tersebut merupakan perubahan atau perbaikan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997.
2.3.1 Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan sumber penerimaan keuangan daerah yang digali dari potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah PAD tersebut terdiri dari ; 1 Hasil pajak daerah; 2 Hasil retribusi daerah; 3 Hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah; serta 4 Pendapatan asli daerah lain-lain yang sah UU Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 79.
Dengan berlakunya Undang-undang otonomi daerah maka pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatannya dan menjalankan
pembangunan serta kewenangan yang luas dalam mendapatkan sumber-sumber pembiayaan, baik berasal dari daerah itu sendiri maupun dana yang berasal dari
APBN. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatannya dan menjalankan pembangunan
serta kewenangan yang lebih luas dalam mendapatkan sumber-sumber pembiayaan baik yang berasal dari daerah tersebut maupun dana yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN Elmi, 2002.
2.3.1.1. Pajak Daerah
Secara umum pajak adalah pungutan dari masyrakat oleh Negara pemerintah berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan
terutang oleh wajib yang membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali kontra prestasibalas jasa secara langsung. Hasil pajak digunakan untuk
membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan Siahaan,2006.
Pajak daerah di Indonesia berdasarkan undang-undang No. 34 Tahun 2000 terbagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak Kabupatenkota. Pembagian
ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing- masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi provinsi atau Kabupatenkota
yang bersangkutan.
2.3.1.2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara
perseorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar jasa retribusi yang menikmati balas jasa dari Negara.
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini penarikan hanya dapat dipungut oleh perintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut
di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh perintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan usaha. Jasa yang dimaksud adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha
dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya dapat dinikmati oleh pribadi atau badan usaha.
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tidak banyak mengubah ketentuan tentang retribusi daerah dalam UU Nomor 18 Tahun 1997. Retribusi ditetapkan ke
dalam tiga golongan, yaitu retribusi umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan tertentu.
2.3.1.3. Laba Badan Usaha Milik Daerah BUMD
Selain pajak daerah dan retribusi daerah, bagian laba perusahaan milik daerah BUMD merupakan salah satu sumber yang potensial untuk
dikembangkan. Menurut Elmi 2002 perusahaan daerah seperti perusahaan air bersih PDAM, bank pembangunan daerah BPD, hotel, bioskop, percetakan,
perusahaan bis kota, dan pasar adalah jenis-jenis BUMD yang memiliki potensi sebagai sumber-sumber PAD, menciptakan lapangan kerja atau mendorong
pembangunan ekonomi daerah.
2.3.1.4. Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Sah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 6, yang termasuk pendapatan asli daerah lainnya yang sah adalah hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan ataupun
bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal
dari Pendapatan Asli Daerah PAD lebih penting dibandingkan dengan sumber- sumber diluar pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat
dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah non PAD sifatnya lebih terikat. Dengan penggalian dan
peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah.
2.3.2 Dana Alokasi Umum DAU
Dana perimbangan adalah salah satu sumber penerimaan daerah, maka perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah hendaknya diarahkan
pada upaya untuk meningkatkan kemandirian keuangan daerah. Upaya tersebut diharapkan dapat menciptakan independensi pemerintah daerah dibidang
keuangan, disamping mengurangi ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat Halim, 2007
Menurut Sidik et al. 2002 Dana Alokasi Umum DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah dengan memperhatikan
potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan masyrakat didaerah sehingga perbedaan antar daerah yag maju dengan
daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. Penggunaan dana alokasi umum ditetapkan daerah termasuk didalamnya pengertian pemerataan kemampuan
keuangan daerah adalah jaminan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah
daerah dalam penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat dan merupakan satu satuan penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD. Penggunaan dana alokasi umum dan penerimaan umum lainnya dalam APBD, harus tetap dalam kerangka pencapaian tujuan pemberian kepada daerah
yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan dibidang pendidikan dan kesehatan.
2.4 Investasi