17
III. BAHAN DAN METODE
A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, sealer, impulse sealer, pembolong 5 mm, lemari es refrigerator,
colortech colormeter , rheometer, cawan petri, labu erlenmeyer, inkubator
dan colony counter.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah seledri daun jenis lokal dengan tinggi antara 18 – 25 cm. Seledri diperoleh dari PT. Saung Mirwan. Kantong
plastik yang digunakan adalah jenis PE dan PP dengan tebal 0,089 mm dan berukuran 15 x 30 cm.
B. METODE PENELITIAN A. Penanganan Pendahuluan
Penanganan pendahuluan yang dilakukan pada seledri segar adalah sortasi. Seledri yang dipilih adalah yang berbentuk sempurna, masih segar,
tidak cacat atau luka, dicuci dengan air, sudah di desinfektasi dan ukurannya seragam. Bagian akar seledri dipotong dan disisakan sedikit. Seledri
dibersihkan dengan air mengalir agar bersih dari kotoran atau bagian sisa yang menempel. Setelah seledri dalam kondisi bersih, seledri didiamkan
selama ± 2 menit agar kering.
B. Pengemasan
Sebanyak 50 gram seledri dimasukkan ke dalam kemasan dengan jenis plastik polipropilen dan polietilen yang berukuran 15 x 30 cm. Kondisi
atmosfer diatur dengan pemberian lubang berukuran diameter 0,5 cm sebanyak 2 lubang, 4 lubang, 8 lubang, tanpa lubang dan vakum pada
kemasan. Cara menutup kemasan adalah dengan cara mengkelim
18
menggunakan alat sealer dan vacuum packer. Posisi lubang dalam kemasan dapat dilihat pada Lampiran 2.
C. Penyimpanan
Seledri yang sudah dikemas disimpan di lemari es dan meja di dalam ruangan. Suhu penyimpanan seledri adalah 0 – 5
°C, 10 – 15 °C dan suhu
ruang. Seledri disimpan selama 25 hari penyimpanan. Analisa yang dilakukan adalah susut bobot, kadar air, tingkat kerusakan, perubahan warna
dan ketegaran daun yang dilakukan setiap hari dan dilakukan sebanyak dua kali ulangan. Selain itu, analisa Total Plate Count dilakukan pada hari ke-0
dan ke-12 dan Organoleptik dilakukan pada hari ke-6, 12, 18 dan 24.
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
19
Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari tiga faktor yaitu A, B dan C, yaitu: A = faktor plastik
A1 = plastik PP A2 = plastik PE
B = faktor kondisi atmosfir dalam kemasan B1 = vakum
B2 = tanpa lubang B3 = 2 lubang
B4 = 4 lubang B5 = 8 lubang
C = faktor suhu C1 = 0 – 5 °C
C2 = 10 – 15 °C C3 = suhu ruang
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 jenis, yaitu RAL 3 faktor, RAL 2 faktor dan RAL 1 faktor Walpole, 1988.
Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. RAL 3 faktor dengan faktor jenis plastik, kondisi atmosfer dan suhu.
Y
ijk
= µ + α
i
+ β
j
+ γ
k
+ αβ
ij
+ αγ
ik
+ βγ
jk
+ αβγ
ijk
+ ε
ijk
Keterangan : Y
ijk
= nilai pengamatan pengaruh perlakuan jenis plastik pada waktu ke-i, pengaruh perlakuan suhu pada waktu ke-j, pengaruh
kondisi atmosfir dalam kemasan ke-j pada ulangan ke-l. µ
= rataan umum α
i
= pengaruh plastik pada waktu ke-i. β
j
= pengaruh kondisi atmosfer pada waktu ke-j. γ
k
= pengaruh plastik pada waktu ke-k. αβ
ij
= pengaruh dari interaksi antara plastik pada waktu ke-i dan kondisi atmosfer pada waktu ke-j.
αγ
ik
= pengaruh dari interaksi antara plastik pada waktu ke-i dan suhu pada waktu ke-k.
βγ
jk
= pengaruh dari interaksi antara kondisi atmosfer pada waktu ke- j dan suhu pada waktu ke-k.
20
αβγ
ijk
= pengaruh dari interaksi antara plastik pada waktu ke-i, kondisi atmosfer pada waktu ke-j dan suhu pada waktu ke-k.
ε
ijk
= pengaruh acak perlakuan plastik pada waktu ke-i, kondisi atmosfer pada waktu ke-j dan suhu pada waktu ke-k.
2. RAL 2 faktor dengan jenis plastik dan kondisi atmosfer. Model yang digunakan yaitu :
Y
ij
= µ + α
i
+ β
j
+ αβ
ij
+ ε
ij
Keterangan : Y
ij
= nilai pengamatan pengaruh perlakuan jenis plastik pada waktu ke- i dan pengaruh perlakuan suhu pada waktu ke-j.
µ = rataan umum α
i
= pengaruh plastik pada waktu ke-i. β
j
= pengaruh kondisi atmosfer pada waktu ke-j. αβ
ij
= pengaruh dari interaksi antara plastik pada waktu ke-i dan kondisi atmosfer pada waktu ke-j.
ε
ij
= pengaruh acak perlakuan plastik pada waktu ke-i dan kondisi atmosfer pada waktu ke-j.
3. RAL 1 faktor dengan jenis plastik. Model yang digunakan yaitu :
Y
i
= µ + α
i
+ ε
i
Keterangan : Y
i
= nilai pengamatan pengaruh perlakuan jenis plastik pada waktu ke-i. µ = rataan umum
α
i
= pengaruh plastik pada waktu ke-i. ε
i
= pengaruh acak perlakuan plastik pada waktu ke-i.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SUSUT BOBOT
Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut
bobot seledri mengalami peningkatan untuk semua perlakuan. Data susut bobot selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Uji ragam menunjukkan bahwa
kondisi atmosfer berpengaruh nyata dari hari ke-1 sampai hari ke-22. Hasil uji ragam selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.
Besarnya susut bobot sesuai dengan adanya transpirasi dan respirasi. Kondisi atmosfer dapat mempengaruhi kandungan O
2
, CO
2
dan uap air di dalam kemasan. Kondisi pengemasan tanpa lubang mampu mempertahankan
kualitas seledri lebih baik daripada kondisi pengemasan lainnya sehingga umur simpan lebih panjang. Selain itu, kondisi pengemasan tanpa lubang mampu
mencegah susut bobot dengan lebih baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya lubang di kemasan menyebabkan O
2
di dalam kemasan lebih sedikit daripada kondisi lainnya sehingga pada akhirnya laju respirasi dapat dihambat. Semakin
banyak lubang, susut bobot menjadi semakin besar karena memberikan peluang masuknya O
2
lebih banyak sehingga proses respirasi meningkat. Selain itu, dengan adanya lubang pada kemasan memungkinkan uap air di dalam
kemasan bergerak keluar. Jenis plastik yang digunakan berpengaruh nyata pada hari ke-1 sampai
hari ke-24. Artinya, perbedaan jenis plastik memberikan pengaruh terhadap respon yang dihasilkan. Jenis plastik terbaik untuk mempertahankan susut
bobot adalah jenis PP. Pada Lampiran 4, jenis plastik PP mampu mencegah susut bobot lebih baik daripada jenis PE. Hal ini dikarenakan permeabilitas O
2
plastik PP lebih kecil daripada plastik PE. Menurut Gunadya 1993, pada suhu 25
°C jenis koefisien permeabilitas plastik PP terhadap O
2
sebesar 229 ml.milm
2
.jam.atm sementara itu pada jenis plastik PE sebesar 1002 ml.milm
2
.jam.atm. Pada film kemasan jenis PE dan PP memiliki permeabilitas CO
2
3 – 5 kali lebih besar dengan permeabilitas O
2
sehingga mampu mempertahankan umur simpan dengan lebih baik. Banyaknya O
2
yang masuk