23
Gambar 6. Grafik berat badan mencit pada akhir perlakuan Apabila mencit tidak bisa beradaptasi dengan stressor yang ada, mencit akan mengalami
respon fisiologis atau tingkah laku yang abnormal atau dalam kondisi distress. NAS 1996 menambahkan bahwa tanda-tanda secara klinis dan perubahan tingkah laku menjadi abnormal
yang diakibatkan oleh adanya luka dan distress dapat mempengaruhi konsumsi pakan dan air minum, akumulasi eksudat berwarna coklat kemerahan di sekeliling mata dan lubang hidung,
hilangnya berat badan, penurunan aktivitas, postur yang membungkuk, piloereksi, poor grooming habits
, pernafasan yang sulit, vokalisasi, meningkat atau menurunnya keagresifan, dan self- mutilation
. Selain itu, dilihat dari grafik profil berat badan mencit kontrol negatif dan perlakuan setelah transplantasi cenderung berada di bawah mencit kelompok kontrol positif. Hal ini
membuktikan bahwa kondisi mencit bertumor mampu membuat berat badan mencit cenderung turun. Sindrom seperti ini yang sering terjadi pada penderita kanker dinamakan kakeksia. Kakeksia
bisa dicirikan dari profil berat badan yang menurun dan lebih dari 80 pasien yang menderita kanker mengalami kakeksia sebelum kematiannya. Menurut Setiawati 2003 kakeksia pada
mencit diduga akibat metabolit abnormal yang dihasilkan selama perkembangan tumor baik oleh sistem imun maupun oleh tumor itu sendiri. Interaksi tumor dengan inangnya juga dapat
memengaruhi metabolisme di dalam tubuh. Sel-sel tumor juga membutuhkan asupan nutrisi untuk terus bertahan hidup. Asupan nutrisi tersebut diperoleh dari inangnya. Oleh karena itu, di dalam
tubuh penderita kanker tentu terjadi gangguan metabolisme baik makronutrien maupun mikronutrien. Gangguan tersebut mungkin meliputi gangguan pada metabolisme karbohidrat,
oksidasi lipid, peningkatan katabolisme protein otot, atau penurunan sintesis protein otot. Dengan demikian, hal ini sejalan dengan Setiawati 2003 bahwa meski kecukupan gizi mencit telah
terpenuhi dengan baik ternyata banyak faktor lain yang dapat menyebabkan mencit mengalami kekurangan gizi dan terjadi kakeksia.
B. Masa Laten
Data masa laten secara jelas disajikan dalam lampiran 7a dan 7b. Masa laten waktu pertumbuhan tumor dari awal transplantasi sampai tumor mulai dapat diraba dengan menggunakan
kepekaan tangan Chalid 2003. Masa laten bisa berbeda-beda di setiap individu. Pada penelitian 0.0
5.0 10.0
15.0 20.0
25.0 30.0
1 2
3 4
5 6
7
B er
a t
b a
d a
n g
Pengukuran ke-
A B
C D
E
24
ini jumlah masa laten yang terdeteksi merupakan rata-rata dari perkiraan waktu pertama kali terasa munculnya benjolan tumor pada mencit dalam hitungan hari. Oleh karena pengukuran tumor
dilakukan dua kali seminggu, perabaan untuk mengetahui munculnya benjolan tersebut pada minggu-minggu pertama juga mulai dilakukan pada hari pertama pengukuran tumor tersebut. Oleh
karena itu, hasil pengamatan akan berbeda bila dibandingkan dengan penelitian sejenis yang mendeteksi masa laten mulai dari hari pertama setelah transplantasi sel tumor dilakukan.
Pada penelitian ini masa laten tumor pada kelompok B adalah 4.6 hari. Tumor pada mencit kelompok C memiliki masa laten 5.4 hari, tumor pada kelompok D memiliki masa laten 4 hari, dan
tumor pada kelompok E memiliki masa laten 4.8 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum bubuk daun cincau hijau Premna oblongifolia Merr yang diberikan pada mencit memiliki
kemampuan menghambat munculnya pertumbuhan tumor pada mencit, terutama dosis 0.88 dan 2.64. Meskipun demikian, secara statistik masa laten tumor pada tiap kelompok mencit
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0.05. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Chalid 2003 yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pula.
C. Volume tumor
Rata-rata volume tumor secara berturut-turut dari mencit B, C, D, dan E adalah 0.55±0.69 cm
3
, 0.21±0.11 cm
3
, 0.15±0.08 cm
3
, dan 0.20±0.06 cm
3
. Pertumbuhan tumor secara umum cenderung naik, kecuali pada mencit kelompok E. Hal ini sejalan dengan Setiawati 2003 yang
menunjukkan bahwa walaupun mencit telah mengonsumsi cincau ternyata tumor pada mencit juga tetap tumbuh. Hal ini dikarenakan interaksi tumor di dalam tubuh sangatlah kompleks. Namun,
apabila dibandingkan dengan kontrol negatif mencit B terdapat perbedaan yang cukup signifikan jika dilihat dari grafik yang ditampilkan. Volume tumor mencit B meningkat secara drastis 11 hari
setelah tranplantasi sel tumor. Menurut Pranoto 2003 sel tumor yang ditransplatasikan dari mencit donor sudah berada dalam tahap propagasi atau mungkin metastase. Pada tahap tersebut sel
tumor mampu menyebar melalui pembuluh darah sehingga sulit untuk dicegah. Data pertambahan volume tumor disajikan dalam lampiran 6a dan 6b.
Gambar 7. Grafik ukuran volume tumor 0.0000
0.2000 0.4000
0.6000 0.8000
1.0000 1.2000
1.4000 1.6000
1.8000
1 2
3 4
5 6
u k
u ra
n v
o lu
m e
tu m
o r
c m
3
Pengukuran ke-
E D
C B
A
25
Data tersebut memperlihatkan kemungkinan adanya pengaruh cincau hijau terhadap pertumbuhan tumor pada mencit secara in vivo. Analisis statistik menunjukkan bahwa
pertambahan volume tumor pada mencit perlakuan C, D, dan E tidak berbeda nyata p0.05. Sementara itu, pertambahan volume tumor pada mencit kelompok kontrol negatif B
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kelompok perlakuan. Hal ini merupakan data yang menggembirakan karena adanya kemungkinan pengaruh konsumsi bubuk daun cincau hijau
terhadap terhambatnya pertambahan volume tumor pada mencit perlakuan. Dengan demikian, bubuk daun cincau hijau kemungkinan mengandung senyawa atau komponen yang mampu
menyebabkan pertumbuhan tumor terganggu atau menghambat pertambahan volume tumor. Komponen atau senyawa kimia seperti antioksidan, termasuk fitokimia pada tanaman,
menunjukkan kemampuan selektif dalam hal membunuh sel kanker dengan cara apoptosis sementara tetap mencegah terjadinya apoptosis pada sel normal secara in vitro dan in vivo, serta
mengambat angiogenesis tumor dan metastasis Borek 2004. Sebagai contoh, misalnya alkaloid yang dikandung tomat baik hijau maupun merah juga menunjukkan kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan sel tumor. Ekstrak tomat hijau aktif melawan semua galur sel kanker dan lebih mampu menghambat sel kanker dibandingkan tomat merah. Komponen alkaloid yang
diduga bertanggung jawab dalam efek antikarsinogenik pada tomat hijau adalah glikoalkaloid, yang memiliki mekanisme antikanker berbeda dengan likopen pada tomat Friedman et al. 2009.
Selain itu, reaksi biokimia komplek mempengaruhi metabolisme seperti enzim pencernaan, senyawa pembawa untuk absorbsi, sistem transportasi, dan gangguan metabolisme pada penderita
kanker Almatsier 2001. Oleh karena itu, tampak wajar bila terdapat data yang menggambarkan pertumbuhan tumor terganggu.
D. Berat jaringan tumor