dalam penyembuhan atau terbukti berakibat terhada
sekresi lipoprotein oleh h endoplasma dan apparatu
sebagai VLDL very low VLDL oleh hati ke dalam
dalam kasus kekurangan molekul-molekul fosfatid
dalam hati. Menurut Hod dengan cedera pada hati b
dari hati. Peningkatan lem karena itu, analisis biokim
Seperti halnya degen menjadi degenerasi lema
kerusakan hepatosit yang tersebut akan menyebabka
apoptosis dan secara nekro dilakukan sel dan sudah
kematian sel dalam jumlah
Gamb Nilai lesio nekrosis
P0.05. Nilai tersebut kelompok A dan C. Perse
adalah 5.31, 5.51, d kelompok A 1.51, k
tambahan cincau hijau menunjukkan bahwa deng
persentase sel nekrosis p
D, 5.51
tau pemulihan. Nocianitri 2006 menyatakan bahwa dap akumulasi lemak di dalam hati tikus. Kolin diperl
hati. Lipoprotein diproduksi dari lemak dan protein d atus golgi hati. Lipoprotein kemudian ditransportasika
ow density lipoprotein yang mengandung banyak tria
am darah membutuhkan biosintesis fosfatidilkolin aktif an kolin hepatosit mengalami keterbatasan kapasitas
tidilkolin yang baru. Oleh karena itu, terjadi akumula odgson dan Levi 2000 peranan penimbunan lemak di
ti belum jelas. Selain itu, penimbunan lemak di hati buk emak di hati dapat dihubungkan dengan perubahan biok
imiawi darah dapat digunakan sebagai alat bantu diagno enerasi hidropis yang bersifat dapat balik reversible da
mak, degenerasi lemak pada hepatosit juga dapat ng bersifat permanen. Pada akhirnya kerusakan yang
bkan kematian sel. Kematian sel bisa terjadi melalui dua krosis. Kematian sel secara apoptosis merupakan tindak
h diprogram oleh sel tersebut. Kematian sel secara n lah besar hingga menguasai sebagian jaringan Ariawan
mbar 15. Persentase hepatosit yang mengalami nekrosis sis pada mencit kelompok B, D, dan E cenderung ti
t berbeda nyata apabila dibandingkan dengan nilai l rsentase nekrosis pada mencit kelompok B, D, dan E se
, dan 6.89. Apabila dibandingkan dengan persent kelompok mencit B yang disuntikkan tumor dan t
u dalam ransumnya cenderung lebih besar 5.31 ngan kondisi yang sama tanpa ada tambahan cincau da
pada kelompok B lebih besar dibandingkan dengan
A, 1.51 B, 5.31
C, 11.05 E, 6.89
32
wa kekurangan kolin erlukan dalam proses
n di dalam retikulum ikan ke dalam serum
iasilgliserol. Sekresi tif. Sementara itu, di
as dalam mensintesis ulasi triasilgliserol di
di hati dan kaitannya ukan berarti disfungsi
okimiawi darah. Oleh nosis lebih lanjut.
dan berpotensi lanjut at berlanjut menjadi
ng bersifat permanen ua cara, yaitu: secara
akan bunuh diri yang nekrosis merupakan
an 2008.
tidak berbeda nyata i lesio nekrosis pada
secara berturut-turut tase nekrosis pada
n tidak mendapatkan .31. Hal tersebut
dalam ransum pakan an kelompok A. Hal
33
tersebut mungkin terkait dengan kondisi metabolisme mencit B yang terganggu dengan adanya tumor di dalam tubuh mencit, sehingga mengakibatkan sebagian hepatosit mengalami kematian
nekrosis. Meski demikian, kejadian nekrosis pada hepatosit juga merupakan hal yang normal. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya nilai persentase hepatosit yang mengalami nekrosis pada
kelompok A. Kejadian nekrosis pada kelompok D, dan E yang mendapat ransum cincau hijau tidak berbeda dengan mencit kelompok kontrol negatif p0.05. Hal tersebut menggambarkan
bahwa kejadian nekrosis pada kelompok perlakuan bukan disebabkan oleh adanya komponen toksik pada bubuk daun cincau hijau. Persentase nekrosis pada kelompok C menunjukkan nilai
tertinggi yaitu 11.05. Persentase hepatosit normal pada kelompok C menunjukkan nilai terendah dibanding kelompok lainnya, yaitu 0.27. Tingginya persentase nekrosis dan rendahnya
persentase sel normal pada kelompok C mungkin disebabkan oleh adanya jaringan tumor yang memperberat kerja hati. Rata-rata berat jaringan tumor pada kelompok C adalah 1.18±0.12 gram.
Nilai tersebut tidak berbeda dengan nilai rata-rata berat tumor pada kelompok B. Kejadian nekrosis pada hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis
karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang luar biasa Wulandari 2008. Degenerasi hepatosit yang lebih tinggi pada mencit kelompok perlakuan bisa diakibatkan
oleh adanya saponin pada tanaman. Saponin apabila tertelan dapat bersifat racun, menyebabkan urtikaria, bila diinjeksikan menyebabkan hemolisis eritrosit, dan menjadi alasan penyebab
kerusakan hepatosit Ariawan 2008. Pemberian ekstrak Patah Tulang Euphorbia tirucalli L. juga mengakibatkan kejadian degenerasi di semua kelompok perlakuan Wahyuningsih, 2004. Daun
cincau hijau yang ditambahkan di dalam ransum pakan mengandung alkaloid Aryudhani 2010 dalam proses. Zat fitokimia yang diduga terkandung dalam daun cincau hijau secara kualitatif
antara lain: alkaloid, saponin, fenol hidrokuinon, dan flavonoid lampiran 15. Di dalam bidang pengobatan alkaloid digunakan secara luas meskipun seringkali beracun bagi manusia. Penelitian
yang dilakukan oleh Ismiyatun 2006 menyebutkan bahwa ekstrak sidaguri yang dikonsumsi setiap hari kemungkinan akan merusak fungsi hati karena adanya senyawa-senyawa kimia
terutama alkaloid dari daun sidaguri yang harus dinetralisir secara terus menerus. Ekstak daun sidaguri beserta zat-zat yang terkandung di dalamnya jika dikonsumsi akan mengalami
detoksifikasi di hati. Alkaloid juga merupakan senyawa antitumor yang aktivitasnya bergantung pada dosis perlakuan.
Kandungan fitosterol pada tanaman dapat meningkatkan glikogen dan perputaran turnover karbohidrat dalam hati. Peningkatan penyimpanan berbagai macam substansi di dalam sel secara
berlebihan juga bisa diakibatkan secara genetik yaitu adanya keterbatasan enzim lisosom. Hal tersebut mengakibatkan degradasi dari substansi-substansi tersebut tidak terjadi dan terjadi
akumulasi di dalam sel. Fitosterol juga menaikkan level serum LDL kolesterol pada kuskus dan menurunkan aktivitas enzim lipase esterase pada hati kuskus Nieminen 2002. Friedman et al.
2009 menambahkan bahwa berbagai macam zat aktif yang terdapat dalam buah tomat termasuk alkaloid, bertanggung jawab atas hasil penelitian yang bervariasi, seperti kemungkinan dalam
menstimulasi pertumbuhan sel. Sel hati merupakan sasaran utama dari peningkatan konsentrasi radikal bebas karena hati merupakan tempat terjadinya metabolisme senyawa senobiotik.
Terbentuknya ROS Reactive Oxygen Species dan peroksidasi lipid akibat stress oksidatif dapat menyebabkan terbentuknya xenobiotik yang akan menginduksi terjadinya kematian hepatosit
Prayitno 2009. Long dan Li 2005 menyatakan bahwa aktivitas antitumor dari senyawa alkaloid yang berasal dari Oxytropis ochrocephala bergantung pada dosis perlakuan dan tidak berefek
toksik pada berat badan, ginjal, dan hati. Data epidemiologis mendukung adanya korelasi antara tingginya konsumsi buah-buahan dan sayuran segar dengan menurunnya risiko penyakit
34
degeneratif kronis termasuk kanker, sekaligus menginduksi sifat kemopreventif. Buah dan sayuran segar merupakan sumber yang kaya akan berbagai macam nutrient, termasuk vitamin,
antioksidan, mineral mikro, fitosterol, enzim-enzim baru, serat pangan, dan berbagai macam kemoprotektan biologis lainnya Bagchi et al. 2007.
Efek komponen aktif tanaman terhadap kerusakan hepatosit bergantung pada dosis perlakuan dan lama pemberian. Konsumsi jumlah pakan yang mengandung bubuk daun cincau hijau pada
kelompok perlakuan C, D, dan E tidak berbeda p0.05, baik pada masa awal perlakuan maupun setelah akhir perlakuan. Mencit kelompok perlakuan mengonsumsi ransum pakan yang
mengandung bubuk daun cincau hijau dalam jumlah yang relatif tetap baik pada masa awal perlakuan maupun setelah ditransplantasi sel tumor kelenjar susu. Oleh karena itu, timbulnya
degenerasi pada mencit diduga disebabkan karena adanya jaringan tumor yang berkembang dan memperberat kerja hati. Belum efektifnya dosis 0.88 dalam memberikan proteksi terhadap
kerusakan hati mungkin disebabkan oleh faktor jumlah konsumsi pakan yang relatif sama, baik pada awal perlakuan maupun akhir perlakuan, dan faktor adanya jaringan tumor.
35
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan