11
7. Konsumsi daging bagi nonvegetarian tidak berlebihan terutama untuk daging yang diawetkan
sosis, salami, bacon, ham, dll dan juga daging merah daging sapi, daging babi, daging domba. Ternak unggas dan ikan kecuali poin 5 di atas telah dipelajari dan tidak ditemukan adanya
hubungan dengan meningkatnya risiko kanker 8.
Jangan mengonsumsi makanan atau minuman yang sangat panas.
E. Organ Hati
Menurut Wilson dan Lester 1994 hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 g, atau sekitar 2.5 dari berat badan orang dewasa normal. Hati terletak di rongga perut
sebelah kanan, tepat di bawah diafragma, dan berwarna merah kecoklatan. Hati terdiri atas beberapa lobus gelambir yang berbentuk silindris bergantung pada spesiesnya. Hati memiliki dua lobus utama,
yaitu: lobus kanan dan kiri. Lobus hati dibalut oleh dua macam kapsula, yaitu: kapsula fibrosa Glisson dan kapsula serosa. Di dalam lobus hati terdapat sel-sel hati yang disebut dengan hepatosit.
Jaringan hati juga bisa diamati di bawah mikroskop seperti halnya jaringan lainnya. Hati merupakan organ yang berperan dalam metabolisme tubuh, detoksifikasi, dan produksi garam empedu. Menurut
Hodgson dan Levi 2000, hati memiliki tiga fungsi utama, yaitu penyimpanan, metabolisme, dan biosintesis. Glukosa dikonversi menjadi glikogen dan disimpan. Ketika dibutuhkan untuk energi,
glikogen dikonversi kembali menjadi glukosa. Lemak, vitamin larut lemak, dan zat gizi lainnya juga disimpan di hati. Asam lemak dimetabolisme dan dikonversi menjadi lipid, yang kemudian
dikonjugasikan dengan protein yang disintesis di hati, dan selanjutnya dibebaskan ke aliran darah sebagai lipoprotein. Hati juga mensintesis sejumlah protein fungsional seperti enzim dan faktor
koagulasi darah. Di samping itu, hati merupakan tempat utama metabolisme xenobiotik karena mengandung banyak enzim yang diperlukan untuk proses tersebut.
Sel-sel yang terdapat pada organ hati antara lain: sel-sel hati hepatocytes, epitel saluran empedu, endothel pada pembuluh darah, endothel pada sinusoid, endothel pada pembuluh limfatik,
stellat, kupffer, limfosit yang terkait dengan hati, saraf, dan sel-sel jaringan ikat. Secara umum sel-sel yang memiliki fungsi bermacam fungsi metabolisme adalah sel hepatosit dan sel von Kuppfer.
Hepatosit jumlahnya hampir 60 jumlah sel yang terdapat di hati dan memiliki masa hidup selama 200 hari. Banks 1993 mengatakan bahwa sel hepatosit adalah sel yang memiliki potensi mitosis
tinggi terutama pada saat: 1 sintesis gula, protein plasma, clotting factors, lipid, urea, dan ketone body
; 2 sekresi garam dan asam empedu; 3 ekskresi pigmen empedu; 4 biotransformasi dari senyawa-senyawa toksik, termasuk obat-obatan dan hormon; dan 5 metabolisme lipid, protein, dan
karbohidrat. Sel hepatosit memiliki bentuk polihedral dengan batasan-batasan yang biasanya jelas. Inti sel hepatosit berbentuk bulat seperti gelembung dengan nukleolus yang tampak menonjol di bagian
tengah inti. Inti sel dikelilingi oleh sitoplasma yang bersifat asidofilik dan mengandung material yang bersifat basofilik. Sel Kuppfer berfungsi menghancurkan sel darah putih leukosit, sel darah merah
yang rusak, bakteri, dan benda asing lainnya. Sel Kupffer berperan menelan dan menghancurkan benda-benda seperti partikel padat, bakteri, sel darah merah yang telah mati, dan sebagainya Hodgson
dan Levi 2000. Menurut Porth 2005 hati mendapatkan suplai darah dari dua sumber, yaitu: arteri hepatika yang
berisi darah kaya oksigen dan dari vena porta yang berisi darah deoksigenasi. Sekitar 300 ml darah per menit masuk ke dalam hati melalui arteri hepatika dan sekitar 1050 ml per menit melalui vena porta
yang membawa darah dari perut, usus halus, dan usus besar, pankreas, dan limpa. Meskipun darah dari vena porta lebih sedikit mengandung oksigen, vena porta mensuplai 60-70 kebutuhan oksigen
pada hati. Darah deoksigenasi berisi nutrisi, obat-obatan, mikroba, dan terkadang bahan toksin yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinalis. Cabang dari arteri hepatika maupun vena porta membawa
12
darah ke sinusoid yang kaya oksigen, nutrisi, dan beberapa substansi toksik yang diterima oleh hepatosit Ariawan 2008. Berdasarkan fungsi anatomi hati, bisa ditentukan hipotesis mengenai
penyakit-penyakit patogenesis yang terkait. Hati seringkali menjadi target penyakit-penyakit yang dipicu oleh bahan kimia. Menurut Hodgson dan Levi 2000 ada dua faktor penting yang menjadi
alasannya, yaitu 1.
sebagian besar xenobiotik memasuki tubuh melalui saluran pencernaan dan setelah absorpsi diangkut oleh vena portal hepatik hepatic portal vein menuju hati sehingga hati menjadi organ
pertama yang meyerap bahan kimia yang diserap usus. Proses detoksifikasi melibatkan hubungan antara dua organ penting, yaitu: hati dan usus. Komponen pangan yang telah diserap
usus kemudian diangkut ke hati untuk mengalami proses lebih lanjut. Untuk melakukan fungsi detoksifikasi, hati harus berada dalam kondisi baik. Berfungsinya hati dengan baik menjadi
penentu utama tingkat kesehatan individu 2.
di hati banyak terdapat enzim-enzim yang digunakan dalam metabolisme xenobiotik. Meskipun sebagian besar proses biotransformasi dimaksudkan sebagai reaksi detoksikasi, tetap dihasilkan
sejumlah metabolit reaktif yang dapat merusak hati
Gambar 3. Hati dan organ pencernaan di sekitarnya Gylys dan Wedding 2009 Selain ginjal, hati memang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengikat senyawa
kimia. Oleh karena itu, organ hati memiliki peranan penting di dalam eliminasi toksikan dalam tubuh. Hal tersebut didukung dengan adanya protein hati yang memiliki afinitas tinggi terhadap berbagai
senyawa kimia, termasuk asam organik. Contoh protein hati yang memiliki sifat tersebut adalah metallothionein yang memiliki kapasitas tinggi dalam mengikat kadmium dan seng Omaye 2004.
Sebagai suatu organ, hati memiliki kemampuan regenerasi jaringan secara cepat setelah rusak akibat hepatektomi parsial atau kerusakan hati akut. Gangguan patologis yang terjadi secara umum pada hati
antara lain:
13
1. Degenerasi
Menurut Price dan Wilson 1994 sel yang mengalami cedera tetapi tidak mati sering menunjukkan perubahan-perubahan morfologis yang sudah dapat dikenali. Secara potensial
perubahan-perubahan subletal ini bersifat dapat balik. Jika rangsangan yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, sel dapat kembali sehat seperti semula. Walaupun setiap sel dalam tubuh dapat
menunjukkan perubahan-perubahan semacam itu, tetapi pada umumnya sel-sel yang terlibat adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, seperti: sel hati, sel ginjal, dan sel jantung. Menurut
Price dan Wilson 1994 perubahan-perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nukleus tetap mempertahankan integritasnya selama sel tidak mengalami cedera fatal.
Walaupun agen-agen yang menimbulkan luka atau yang menyerang sel sangat banyak, kelainan morfologis yang diperlihatkan oleh sel agak terbatas. Menurut Aziza 2010 degenerasi sel
diartikan sebagai kehilangan struktur normal sel sebelum kematian sel. Degenerasi sel merupakan indikasi gangguan metabolisme yang meluas. Degenerasi sel hati dapat berupa
degenerasi hidropis, degenerasi berbutir, dan degenerasi lemak. Menurut Sinaga 2009 jenis degenerasi pada hati yang lainnya yaitu: degenerasi glikogen dan degenerasi hialin. Degenerasi
terjadi karena gangguan biokimiawi yang disebabkan iskemia, anemia, metabolisme abnormal, dan zat kimia yang bersifat toksik. Degenerasi sel yang berlangsung secara terus menerus akan
menyebabkan kematian sel yang bersifat tidak dapat balik irreversible. 2.
Nekrosis Nekrosis bisa terjadi pada beberapa hepatosit saja focal necrosis atau menyebar ke seluruh
lobus hati massive necrosis. Kematian sel terjadi sepanjang terjadinya kerusakan membran plasma. Perubahan morfologis yang umumnya terjadi antara lain: sitoplasma yang mengalami
edema, pembesaran retikulum endoplasma, pemisahan polisom, pengakumulasian trigliserida, pembengkakan mitokondria, serta kacaunya organel dan nukleus Hodgson dan Levi 2000.
Kematian sel dapat terjadi melalui proses apoptosis dan nekrosis. Kematian secara apoptosis memiliki ciri-ciri morfologik, yaitu: sel-sel menyusut membentuk masa hipokromik dan terjadi
fragmentasi secara cepat sehingga terbentuk badan-badan apoptotik. Sedangkan nekrosis merupakan kematian sel-sel akibat kerusakan akut. Nekrosis hati merupakan suatu manifestasi
toksikan yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena hati memiliki kapasitas pertumbuhan kembali yang luar biasa Aziza 2010. Berdasarkan penyebabnya nekrosis pada hati disebabkan
oleh dua hal, yaitu: toksopatik yang disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik, seperti insektisida metofluthrin, imiprothrin, dan permethrin, dan trofopatik yang
disebabkan oleh kekurangan oksigen, zat-zat makanan, dan sebagainya Vinandhita 2008. 3.
Steatosis perlemakan hati Menurut Basaranoglu dan Neuschwander-Tetri 2009 stetatosis pada hati diakibatkan oleh
peningkatan kandungan asam lemak bebas oleh hati. Asam lemak bebas tersebut lebih banyak masuk ke dalam hati dibandingkan ke dalam jaringan adiposa. Secara patologis hal yang dapat
mengakibatkan perlemakan di hati adalah hipoksemi yang diakibatkan oleh ketidakmampuan hati membakar lemak atau adanya toksin yang menyebabkan penurunan fungsi lipolitik hati.
Toksin yang dapat menyebabkan perlemakan toksik antara lain: antimony, arsen, alkohol, dan racun lain yang memerlukan banyak oksigen sehingga lemak tinggal tidak terbakar Aziza 2010.
4. Sirosis hati
Sirosis merupakan penyakit yang dicirikan dengan adanya endapan kolagen di seluruh bagian hati. Penyakit ini umumnya terjadi pada manusia yang sering mengonsumsi minuman beralkohol
Hodgson dan Levi 2000. Menurut Porth 2005 sirosis pada hati merupakan tahap akhir dari penyakit kronis hati. Sirosis menggambarkan sebagian besar jaringan hati normal yang telah
14
digantikan dengan jaringan fibrosa. Jaringan fibrosa ini menyebabkan terganggunya fungsi jaringan hati dan menimbulkan penghalang yang mengganggu pembuluh-pembuluh hati dan
saluran empedu. Sirosis hati sering disebut sebagai pengerasan hati. Hal tersebut disebabkan hati yang mengalami sirosis memiliki ciri-ciri konsistensinya yang keras. Tidak cukupnya aliran
darah dalam hati menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya sirosis hati. 5.
Hepatitis Hepatitis merupakan penyakit hati yang mengalami inflamasi dan biasanya disebabkan oleh
virus. Walaupun demikian, beberapa senyawa kimia tertentu seperti obat-obatan dapat menginduksi terjadinya hepatitis juga Hodgson dan Levi 2000.
6. Karsinogenesis
Jenis kanker yang sering terjadi pada hati adalah hepatocellular carcinoma. Tipe lain dari kanker pada hati antara lain: cholangiocarcinoma, angiosarcoma, dan glandular carcinoma. Senyawa
kimia yang dapat menginduksi terjadinya kanker hati sangat banyak. Senyawa-senyawa karsinogen alami yang sering ditemui antara lain: aflatoksin, sikasin, dan safrole. Senyawa-
senyawa kimia sintetik yang dapat menimbulkan kanker hati antara lain: dialkilnitrosamin, dimetilbenzathracen, senyawa amina aromatik, dan vinil klorida Hodgson dan Levi 2000.
F. Hematoksilin-Eosin