8
yang sama dengan efek penghambatan obat antialergi dietilkarbamazin sitrat Rachmini 2000, ekstrak batang, ekstrak gel daun cincau hijau, kombinasi ekstrak batang dan gel, serta ekstrak daun cincau
hijau kering tidak bersifat toksik pada sel limfosit dan mampu memberikan perlindungan terhadap sel limfosit yang diberi oksidan berupa H
2
O
2
10
-3
M Koessitoresmi 2001, bubuk gel daun cincau hijau tidak bersifat toksik bagi tubuh, mampu meningkatkan aktivitas enzim Glutation S-Transferase GST,
dan tidak menginduksi sitokrom P-420 atau P-450 Arisudana 2003. Selain itu, penelitian tentang ketersediaan hayati komponen fitokimia yang memiliki sifat antikanker dari daun cincau hijau seperti
klorofil, karotenoid, dan flavonoid telah dilakukan menggunakan hewan coba. Menurut Hendriyani 2003 penyerapan klorofil bubuk daun cincau hijau menunjukkan persentase yang beragam dan
dipengaruhi oleh kecukupan vitamin A. Penyerapan klorofil bubuk daun cincau hijau terjadi lebih besar di dalam hati dibandingkan dengan plasma darah tikus. Hendriyani 2003 menduga ada
kemungkinan klorofil bubuk daun cincau hijau terakumulasi di dalam hati. Karotenoid bubuk daun cincau hijau juga terakumulasi di dalam hati tikus dengan nilai faktor akumulasi sebesar 113.21, yang
artinya 13.21 µg β-karoten yang dikonsumsi akan diakumulasikan sebanyak 1 µg retinol di dalam hati Wylma 2003. Wylma 2003 menduga bahwa faktor akumulasi karotenoid bubuk daun cincau hijau
dalam hati tikus dipengaruhi oleh adanya serat di dalam bubuk daun cincau hijau dan di dalam ransum, banyaknya penggunaan retinol dalam tubuh, sera kondisi tubuh yang berbeda-beda. Menurut
Raharjo 2004, flavonoid juga terdeteksi di dalam hati dan plasma tikus setelah pemberian diet bubuk gel daun cincau, baik yang diberikan tambahan vitamin A maupun tidak di dalam ransum. Penyerapan
flavonoid dari bubuk gel daun cincau hijau di dalam hati dan plasma tikus tidak dipengaruhi oleh defisiensi vitamin A.
C. Mencit C3H
Mencit C3H merupakan mencit yang dihasilkan dari perkawinan jantan-betina yang berasal dari satu induk selama minimum dua puluh generasi berturut-turut inbred mice. Mencit yang dihasilkan
melalui cara seperti ini hampir identik satu sama lain dalam satu galurnya. Galur-galur yang biasa dihasilkan dengan menggunakan cara inbreding antara lain ; C57BL6, BALBc, C3H, FVB, DBA,
dan CBA Suckow et al. 2001.
Gambar 2. Foto mencit galur C3H
9
Salah satu penyebab dari timbulnya tumor ini adalah penularan virus dari air susu induk mencit kepada anaknya. Virus tersebut dinamakan Mouse Mammary Tumour Virus MMTV. MMTV
merupakan tipe B dari virus RNA yang menyebabkan adenokarsinoma pada kelenjar susu dengan kejadian 80-100 pada mencit C3H betina. Mencit C3H merupakan strain yang sensitif terhadap
tumor kelenjar susu 99 Schrauzer 2008. Oleh karena urutan gen dari MMTV-ENV atau retrovirus semacamnya juga telah dideteksi dalam persentase yang signifikan pada tumor payudara
manusia, maka mencit galur C3H memungkinkan untuk merepresentasikan model hewan pengerat terdekat yang mungkin untuk percobaan kanker payudara manusia. Mencit yang dimodifikasi secara
genetik merupakan alat yang sangat berfungsi dalam karakterisasi gen dan juga sebagai model penyakit manusia Adams 2007. Selain itu, ada kemungkinan juga bahwa sel manusia kompatibel
atau cocok sebagai inang dari MMTV Mouse Mammary Tumor Viruses. MMTV secara cepat mampu berkembang di dalam sel payudara manusia. Hal tersebut menunjukkan kemungkinan bisa
terjadinya cross-species transmission dan memperkuat bukti bahwa MMTV mungkin menjadi agen etiologis di dalam karsinogenesis payudara manusia Indik et al. 2007.
D. Tumor Payudara
Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar susu, dan jaringan penunjang payudara. Kejadian kanker payudara sulit diketahui pada awal timbulnya penyakit. Umumnya
penderita kanker payudara baru mengetahui kanker tersebut setelah timbul rasa nyeri pada payudara atau setelah benjolan tumbuh semakin membesar pada jaringan payudaranya. Penderita yang
mengalami kondisi tersebut sebenarnya sudah berada pada kanker stadium lanjut Murdiana 2007. Kanker payudara dimulai pada jaringan payudara yang tersusun dari kelenjar-kelenjar untuk
memproduksi susu. Umumnya tumor yang terjadi pada payudara bersifat jinak sehingga tidak semuanya menimbulkan kanker. Kanker payudara yang bersifat in situ umumnya tidak berkembang
menjadi tumor yang lebih invasif dan pada awal kejadiannya masih bisa disembuhkan. Beberapa jenis kanker lainnya bersifat invasif dan infiltrasi dari kanker ini dimulai dari lobulus atau duktus pada
payudara Putra 2010. Kanker payudara adalah salah satu kanker yang sering terjadi pada wanita. Data diagnosis yang
diambil dalam jangka panjang pada tahun 1975-2005 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kejadian kanker payudara terbanyak terjadi pada wanita usia 20-59 tahun Jernal et al. 2009.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara antara lain: 1 perubahan lingkungan makro dengan membuat atau menambah kondisi yang berkontribusi pada risiko
penyakit ini, misal: migrasi dari daerah berisiko rendah ke daerah berisiko tinggi serta akulturasi di negara tersebut 2 mengatur atau mengubah kondisi pertumbuhan seluler, misal: paparan karsinogen,
merokok, diet, pengalaman reproduksi, dan terapi penggantian hormon, dan 3 intrinsik pada penderita atau inang, misal: usia, riwayat kanker payudara pada keluarga, dan gen BRCA1BRCA2
yang rentan Hunter 2005. Kanker payudara juga memiliki kaitan dengan fungsi hormon-hormon ovarium. Selain itu, pola makan dengan kandungan lemak yang tinggi, faktor keturunan hereditas,
penggunaan terapi hormon, belum pernah melahirkan, dan mengalami menstruasi terlalu awal atau menopause terlalu terlambat akan berpotensi meningkatkan kejadian kanker payudara Gylys dan
Wedding 2009. Selain itu, ada kemungkinan juga bahwa kanker payudara disebabkan oleh virus. Hal tersebut
disebabkan adanya kemungkinan sel manusia kompatibel atau cocok sebagai inang dari MMTV Mouse Mammary Tumor Viruses. MMTV disebabkan oleh RNA virus famili Retroviridae. Empat
varian utama dari virus ini telah diidentifikasi, yaitu MMTV-S Standard: Bittner virus, MMTV-L low oncogenic, MMTV-P pregnancy-dependent, dan MMTV-O overlooked. MMTV-S
10
ditransimisikan melalui air susu induk mencit dan bersifat sangat onkogenik. MMTV-L ditransmisikan melalui sel-sel bakteri dan sifat onkogeniknya lemah. MMTV-P ditransmisikan baik
melalui air susu induk maupun sel bakteri dan bersifat sangat onkogenik. MMTV-O dianggap sebagai virus endogen dalam genom dari kebanyakan mencit. Kerentanan mencit terhadap MMTV ditentukan
secara genetik, sementara perkembangan tumornya ditingkatkan melalui penggunaan estrogen pada mencit jantan maupun betina, perkawinan buatan, dan paparan karsinogen. Tumor kelenjar susu pada
umumnya terbatas, berbentuk bulat, berwarna abu-abu keputihan, dan bertempat di jaringan subkutan NAS 1991. MMTV secara cepat mampu berkembang di dalam sel payudara manusia. Hal tersebut
menunjukkan kemungkinan bisa terjadinya cross-species transmission dan memperkuat bukti bahwa MMTV mungkin menjadi agen etiologis di dalam karsinogenesis payudara manusia Indik et al.
2007. Pengobatan kanker payudara pada umumnya melibatkan radioterapi setelah dilakukan operasi
untuk meminimalisir risiko kambuhnya kanker payudara dan dinilai efektif seperti operasi pemotongan jaringan payudara Fisher et al. 2002. Pengobatan kanker secara kemoterapi juga umum
dilakukan. Akan tetapi, setiap metode akan memiliki kekurangan dan kelebihan. Pengobatan kanker payudara secara radioterapi mengakibatkan terjadinya rekonstruksi endothelium yang bergantung
kepada dosis radiasi, dan proses yang berjalan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kendala pengobatan tumor dengan kemoterapi adalah mengakibatkan imunosupresi yang mengarah kepada
risiko terjadinya infeksi sekunder maupun menjadi faktor meningkatnya keganasan tumor. Hal tersebut disebabkan obat-obatan yang digunakan dalam kemoterapi memiliki efek sitosidal sehingga
tidak hanya merusak sel tumor saja namun juga sel-sel normal lainnya. Karena radioterapi menggunakan efek sitotoksik dalam merusak sel, protein, dan DNA, kapasitas individu dalam
memperbaiki kerusakan DNA mungkin membatasi atau mengubah respon dari jaringan yang normal Claude et al. 2009. Dengan kata lain, pengobatan atau terapi kanker pada umumnya berpotensi dan
terbukti bisa mengakibatkan kematian sel tubuh yang normal. Selain itu, tumor memiliki heterogenitas dalam hal subpopulasi sel-sel yang masing-masing mempunyai perbedaan dalam sifat dan ekspresi.
Oleh karena itu, respon dari subpopulasi-subpopulasi tersebut terhadap obat-obatan tertentu menjadi berbeda, begitu juga dengan zat-zat antitumor lainnya. Zat antitumor dapat mempengaruhi sel pada
fase sintesis atau mitosis dengan mudah, sedangkan sel dalam keadaan istirahat lebih resisten terhadap banyak zat. Tumor jinak secara khas mempunyai banyak sel dalam keadaan istirahat, sehingga
kemoterapi relatif tidak responsif dalam hal ini Syafni 2004. Salah satu usaha dalam mencegah timbulnya kanker adalah melalui modifikasi diet atau pola
makan. WHO 2002 menganjurkan agar masyarakat mengonsumsi diet yang cukup gizi dan bervariasi, terutama didasarkan pada pangan berbasis tumbuh-tumbuhan. Berikut merupakan anjuran
dari WHO bagi setiap individu dalam usaha mencegah timbulnya kanker: 1.
Tetap menjaga Body Mass Index BMI pada kisaran 18.5-25 kgm2 dan menghindari pertambahan berat badan pada usia dewasa
2. Teratur berolahraga atau aktivitas fisik lainnya
3. Tidak direkomendasikan mengonsumsi minuman beralkohol; jika mengonsumsi maka tidak
melebihi 2 unithari, yang mana 1 unit setara kira-kira dengan 10 gram alkohol yang disajikan dalam bentuk segelas bir, anggur, atau minuman keras lainnya
4. Meminimalisasi paparan aflatoksin pada bahan pangan
5. Ikan asin Cina dikonsumsi secara terbatas terutama semasa kanak-kanak. Secara keseluruhan
konsumsi pangan yang diawetkan dengan garam dan juga konsumsi garam seharusnya tidak berlebihan terbatas
6. Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran sekurang-kurangnya 400 gramhari
11
7. Konsumsi daging bagi nonvegetarian tidak berlebihan terutama untuk daging yang diawetkan
sosis, salami, bacon, ham, dll dan juga daging merah daging sapi, daging babi, daging domba. Ternak unggas dan ikan kecuali poin 5 di atas telah dipelajari dan tidak ditemukan adanya
hubungan dengan meningkatnya risiko kanker 8.
Jangan mengonsumsi makanan atau minuman yang sangat panas.
E. Organ Hati