50 diadakan. Pengadaan barangjasa dilakukan dengan dua cara yakni dengan
pembelian barangjasa secara tunai dan pembelian barangjasa secara rutin.
1. Pembelian barangjasa secara tunai
Pemohon mengisi form BPB Bon Permintaan Barang dan RPBS Rencana Penggunaan Bon Sementara untuk pengadaan barangjasa. Kepala
Bagian dan Kepala Bidang menelaah BPB dan RPBS yang telah dibuat dan apabila setuju maka dilakukan penandatanganan dan diserahkan kepada Kepala
Seksi Keuangan. Kepala Seksi Keuangan mengecek ketersediaan uang kas, apabila tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi ke Kepala Seksi taman dan
kebersihan Tampan kapan barang akan digunakan dan bagian pengadaan untuk mengadakan barang. Setelah itu melakukan penandatanganan persetujuan oleh
Kepala Bagian Keuangan, Manager Umum Keuangan dan General Manager serta dilakukan pencatatan pemakaian dan sisa anggaran pada RBPS. Kepala
Seksi Keuangan menerima BPB dan RPBS yang telah disetujui untuk membuat dan menandatangani Bukti Kas Kecil Sementara BKKS. Penyerahan uang
kepada pemohon dilakukan untuk membeli barangjasa, setelah itu menerima barang dan faktur pembelian kuitansi serta menyerahkan faktur pembelian
kuitansi dan uang kembalian bila ada pada Kepala Seksi Keuangan. Cara yang dilakukan termasuk kedalam Transaksi Dalam Proses, dimana sebelum pembelian
barangjasa melalui kasbon permohonan pencairan dana terlebih dahulu.
2. Pembelian barangjasa secara rutin
Kepala Seksi pemohon mengidentifikasi karakteristik barangjasa yang dibutuhkan melalui surat permintaan dari hasil opname. Dalam pemenuhan
barangjasa yang dibutuhkan, Kepala Seksi pemohon membuat BQ Bill of Quantity atau SPP Surat Permohonan Permintaan Lampiran 6 dan 7.
Kemudian dilakukan penyerahan BQ atau SPP kepada Kepala Bagian pemohon untuk meminta persetujuan, yang nantinya akan dilakukan pengecekan anggaran
dan spesifikasi barang oleh Kepala Bidang. Persetujuan tersebut dilanjutkan ke penyerahan BQ atau SPP kepada QS Quantity Supplier administrasi bidang
terkait. Kepala Bagian QS Quantity Supplier akan membuat OE Owner Estimate dari permintaan barangjasa. Fungsi OE itu sendiri yaitu sebagai
51 penyeimbang harga. Selanjutnya Kepala Seksi QS menyerahkan berkas BQSPP
kepada pengadaan dan dilakukan pekerjaan tender pengadaan. Bagian pengadaan mencari beberapa kontraktorsupplier, minimal 3tiga
kontraktor yang memenuhi syarat sesuai dengan bidang dan keahliannya. Kontraktor membuat Surat Penawaran Harga SPH sesuai dengan BQ yang
tertera. Apabila 3 tiga kontraktor tidak terpenuhi, maka dilakukan penunjukan satu kontraktor dengan membuat Surat Penunjukan Langsung SPL. SPL dibuat
ketika kontraktor tersebut telah terbukti layak dan dipercaya oleh pihak pengelola. Setelah mendapatkan kontraktor dilakukan klarifikasi dan negoisasi hingga
mencapai kesepakatan persetujuan dari harga. Proses selanjutnya penandatangan SPP oleh Kepala Seksi pemohon, Kepala Bagian, Kepala Bidang dan Kepala
Departemen Utilitas Kebersihan untuk persetujuan anggaran oleh Departemen Treasure Kebendaharaan TIJA melihat dari nominal yang akan dikeluarkan.
Setelah mendapat persetujuan dari Departemen Treasure, dilakukan pembuatan PO Purchasing Order untuk pengadaan barang atau SPK Surat Perintah Kerja
untuk pekerjaan. Penandatanganan POSPK dilakukan oleh Kepala Bidang dan Kepala Departemen. Untuk pekerjaan kontrak, masa waktu proses pembayaran
dilakukan setiap bulan dengan membuat Berita Acara pengadaanpekerjaan yang telah dilakukan. Berita Acara maupun dokumen-dokumen pekerjaan disetujui
terlebih dahulu oleh Kepala Bagian Umum Keuangan dan Kepala Bidang untuk diserahkan kepada Departemen Treasure untuk proses pembayaran.
4.3.2 Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan
Menurut Sternloff dan Warren 1984, terdapat tiga sistem pelaksanaan pemeliharaan yaitu sistem pemeliharaan unit Unit Maintenance, sistem
pemeliharaan khusus Specialized Maintenance Crew dan sistem pemeliharaan dengan kontrak Maintenance by Contract. Sistem pelaksanaan pemeliharaan
yang diterapkan oleh Departemen Utilitas Kebersihan TIJA yaitu sistem pemeliharaan dengan kontrak Maintenance by Contract. Sistem seperti ini
merupakan sistem yang umum yang biasa dilakukan oleh para pengelola lanskap atau taman dalam skala luasan yang besar. Pelaksanaan pemeliharaan lanskap
Tampan diserahkan sepenuhnya kepada pihak kontraktor. Pihak kontraktor
52 menyediakan alat kerja dan tenaga kerja dengan mengkoordinasikan di lapangan
tentang alokasi tugas dan jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan luasan area pemeliharaan. Cakupan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor telah
terdapat pada SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan Tampan sesuai dengan masing-masing wilayah pemeliharaannya. Digunakannya sistem
pemeliharaan dengan kontraktor agar dapat memperingan pekerjaan pemeliharaan, mengurangi masalah dalam pengelolaan tenaga kerja pemeliharaan,
dan pekerjaan pemeliharaan dapat terlaksana dengan efisien. Namun dalam hal ini perlu pengawasan yang baik dari pihak pengelola Departemen Utilitas
Kebersihan terhadap kinerja kontraktor agar pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan Tampan.
4.3.2.1 Pembagian Wilayah Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan taman dan kebersihan Taman Impian dilakukan oleh tiga pihak, yaitu oleh pihak kontraktor, pihak pelaksana harian dominan
warga sekitar ancol dan pihak pengelola taman dan kebersihan Departemen Utilitas Kebersihan. Hal ini bertujuan untuk kerjasama dalam memudahkan
pengawasan proses pemeliharaannya. Wilayah pemeliharaan Taman Impian dibagi menjadi 3 tiga, yaitu Taman Impian Tampan Barat, Tampan Timur, dan
Pantai Karnaval Gambar 17. Pembagian wilayah pemeliharaan bertujuan memudahkan untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan
SOP kerja pemeliharan taman dan kebesihan Tampan yang telah ditetapkan. Wilayah Tampan Barat membagi area pelaksanaan pemeliharaan menjadi 4
empat zona, wilayah Tampan Timur membagi menjadi 3 tiga zona, dan wilayah Pantai Karnaval membagi menjadi 3 tiga zona Tabel 9. Pembagian
zona tersebut berdasarkan pada jarak antar lokasi yang berdekatan. Pada masing- masing wilayah pemeliharaan di tangani oleh masing-masing kontraktor. PT Multi
Cipta Grahamas bertanggung jawab pada wilayah pemeliharaan Tampan Barat, PT Total Landscape Persada bertanggung jawab pada wilayah pemeliharaan
Tampan Timur, dan PT Citra Mutia Mandiri bertanggung jawab pada wilayah pemeliharaan Pantai Karnaval. Masa kontrak pelaksanaan pemeliharaan dalam
periode 1 Mei 2011 - 30 April 2012. Pengawasan pemeliharaan dari pihak
53 Departemen Utilitas dan Kebersihan TIJA diawasi langsung oleh 2 dua orang
Kepala Seksi Taman dan Kebersihan Tampan, yakni Tampan Barat berada dibawah pengawasan Kepala Seksi A, sedangkan Tampan Timur dan Pantai
Karnaval berada dibawah pengawasan Kepala Seksi B. Sedangkan dari pihak kontraktor, pengawasan pemeliharaan dilakukan oleh pengawas mandor.
Adanya pembagian zona kerja dan penempatan seorang pengawas pada setiap wilayah pemeliharaan dimaksudkan untuk membantu kelancaran kerja dan
mencapai efektivitas yang baik Arifin dan Arifin 2005. Pembagian zona juga dibuat untuk mempermudah perencanaan dari jadwal pemeliharaan, jumlah dan
posisi tenaga kerja pemelihara yang dibutuhkan, rencana anggaran biaya, serta kebutuhan alat dan bahan.
Tabel 9. Pembagian Zona pada Tiap Wilayah Pemeliharaan
No Wilayah
Pemeliharaan Pembagian Zona
Zona 1 Zona 2
Zona 3 Zona 4
1 Tampan Barat
• Depan Hailai- Gerbang Marina
• BNI • Parkir motor
Dufan-sisi parkir Ecopark
• Pinggir kali- pertigaan Pasar
Seni • Gerbang Marina-
sisi jalan Dufan • Jalur jalan area
Pantai Festival • Panggung
Festival-bundaran • Pantai Indah
depan halilintar • Jalur depan
halilintar-Putri Duyung dan
sekitarnya • Sisi kiri pagar
Atlantis • Jalur belakang
Atlantis • Pasar Seni dan
sekitarnya • Gerbang
tengah • Taman burung
dan taman patung
2 Tampan Timur
• Masjid Baiturrahman
• Gerbang pemadam
pinggir sungai dan posko
• Gondola parking bis ex
drive in • Taman lumba-
lumba dan Putri Duyung
• Jalur danau • Area Top One
• Bandar Jakarta- Miroso
• Kapal pecah • Mc Donald-Laris
• Jalur sepatu roda- sirkuit
• Beach Pool • Planet baso-
jalur bende
3 Pantai Karnaval
• Mushola • Gong Bende
• Track sepeda samping Dermaga
One • Segara resto
• Jimbaran resto • Lapangan mata
elang jalur keluar rukindo
• Police Academy
• Shelter bus loket Karnaval
• Gerbang Karnaval
Sumber: Departemen Utilitas Kebersihan TIJA 2012
54 Gambar 17. Wilayah Pemeliharaan Taman Impian
55 Luasan kawasan TIJA yang terbagi menjadi 3 tiga wilayah dengan luas
area taman soft material dan kebersihan hard material yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap perencanaan jadwal pemeliharaan, jumlah
peralatan pemeliharaan, perhitungan jumlah tenaga kerja, dan anggaran biaya tiap area pemeliharaan. Area kebersihan terdiri dari jalan aspal, pedestrian, parkir,
trotoar, plaza, pasir pantai, laut, kali, saluran, batu dan tanggul. Sedangkan area taman terdiri dari lapangan rumput, semak, perdu, pohon pelindung, pohon
kelapa. Setiap kontraktor bertanggung jawab atas wilayah pemeliharaan serta tenaga kerjanya sehingga jumlah tenaga kerja pemeliharaan disesuaikan dengan
luasan area pemeliharaannya Tabel 10. Tabel 10. Luasan Area Taman Soft Material dan Kebersihan Hard Material
No Kontraktor
Wilayah pemeliharaan
Luas Area Luas
Total m2
Tenaga Kerja
Orang Taman
soft material
m2 Kebersihan
hard material
m2
1 PT Multi Cipta
Grahamas Tampan Barat
113.155 293.528
406.683 94
2 PT Total
Landscape Persada
Tampan Timur 38.555
333.995 372.550
96 3
PT Citra Mutia Mandiri
Pantai Karnaval 49.360
100.617 149.977
32
Sumber: Departemen Utilitas Kebersihan TIJA 2012
Menurut Carpenter et.al 1975, kawasan rekreasi TIJA memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaan pemeliharaan karena lanskap yang
membentuknya bervariasi. Penggunaan beragam jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, semak, perdu, palem, dan pohon dapat dikategorikan dalam tingkat
kesulitan yang tinggi, sedangkan area alami berupa pantai dan laut dikategorikan dalam tingkat kesulitan yang rendah. Hal ini berpengaruh pada pembagian tenaga
kerja di setiap wilayah pemeliharaan yang disesuaikan dengan tingkat pemeliharaannya.
4.3.2.2 Waktu kerja dan jadwal pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan secara rutin setiap hari termasuk hari libur nasional. Pengaturan waktu kerja dan pengalokasian tenaga kerja yang tepat
56 dapat membantu tercapainya target pemeliharaan. Waktu kerja kegiatan
pemeliharaan Taman Impian yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola dimulai dari jam 05.00-21.00 WIB yang diatur dengan sistem shift atau pergantian waktu.
Waktu bekerja setiap harinya sebanyak 8 jam untuk tiap tenaga kerja atau disesuaikan dengan kondisi di lapang. Waktu kerja kegiatan pemeliharaan
kebersihan dilakukan dengan sistem 2 shift, yakni shift 1 dimulai pada pukul 05.00-13.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 08.00-09.00 WIB, lalu dilanjutkan
dengan shift 2 dimulai pada pukul 13.00-21.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 17.30-18.30 WIB. Sedangkan waktu kerja kegiatan pemeliharaan taman dimulai
pada pukul 06.00-15.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Hari kerja tenaga pemeliharaan selama 6 hari dalam seminggu dan diberikan waktu
libur 1 kali dalam seminggu. Waktu libur masing-masing tenaga kerja berbeda- beda karena telah dipertimbangkan terlebih dahulu oleh tim pengawas, jika ada
kekosongan dari unit pekerjaan maka pekerja lain dapat menggantikannya. Hal ini bertujuan agar tenaga kerja akan dapat saling melengkapi mengisi sehingga
keadaan kawasan rekreasi tidak terlantar dan dapat ditangani. Bagi kontraktor Tampan Barat dan Tampan Timur memiliki 4 pengawas
mandor yakni 2 pengawas utama dan 2 pengawas cadangan, sedangkan untuk kontraktor Pantai Karnaval memiliki 2 pengawas mandor. Waktu kerja
pengawas utama diatur dengan sistem shift atau pergantian waktu, shift 1 dimulai pada pukul 05.00-13.00 WIB sedangkan shift 2 dimulai pada pukul 14.00-21.00
WIB. Dengan waktu kerja tersebut, pengawas diharapkan datang sebelum tenaga kerja pemeliharaan bekerja dan pulang setelah semua tenaga kerja pemeliharaan
selesai bekerja. Waktu libur pegawas berbeda-beda, apabila pengawas sedang dalam masa libur maka untuk pengawasan di lapang digantikan oleh pengawas
cadangan. Pengisian absen untuk tenaga kerja pemeliharaan dilakukan secara manual oleh masing-masing kontraktor dengan mengutus pengawas untuk
berkeliling wilayah pemeliharaan dengan sistem pencatatan di lapang sekaligus mengawasi pekerjaan pemeliharaan. Pada pengamatan di lapang sering ditemukan
keterlambatan kembali bekerja setelah istirahat. Hal ini dapat membuat waktu kerja yang tidak efektif atau pengurangan waktu kerja yang diakibatkan oleh
kelalaian dari tenaga kerja, namun pelaksanaan pemeliharaan masih dapat berjalan
57 dengan lancar. Agar kegiatan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan oleh tenaga
kerja berjalan dengan baik dan mecapai hasil yang optimal maka diperlukan pengawasan yang intensif oleh pengawas lapang terhadap tenaga kerja,
komunikasi yang baik antara pengawas lapang dengan tenaga kerja seperti dengan memberi motivasi serta membagi ilmu pengetahuan tentang cara pemeliharaan
yang baik di saat pekerja melakukan pekerjaan pemeliharaan. Salah satu langkah awal yang baik dalam merencanakan suatu pelaksanaan
pekerjaan taman untuk dapat mencapai hasil yang lebih optimal maka diperlukan penyusunan jadwal pemeliharaan. Seluruh kegiatan pemeliharaan di lapang harus
mengacu pada jadwal pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh Bagian Taman dan Kebersihan Taman Impian Tampan yang tertera dalam SOP kerja pemeliharaan
untuk menentukan standar penampilan dan pedoman perilaku kerja pertamanan. Menurut Arifin dan Arifin 2005 penyusunan jadwal pemeliharaan adalah
sebuah keputusan mengenai waktu dan pekerjaan yang harus dilakukan sehingga pengelolaan dan pemeliharaan taman dapat berjalan dengan baik. Jenis pekerjaan
pemeliharaan yang dijadwalkan adalah pemeliharaan soft material dan hard material. Terdapat ketidaksesuaian kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di
lapang dengan jadwal pemeliharaan yang telah ditetapkan. Contohnya pekerjaan pengendalian hama dan penyakit tanaman harusnya dilakukan setiap 1 kali dalam
2 minggu, namun kenyataannya kegiatan ini bersifat insidental yang dilakukan apabila terjadi serangan pada tanaman. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
rasa tanggung jawab dan tingkat disiplin dari pekerja, serta akibat cuaca dan iklim yang tidak menentu. Perbedaan antara jadwal frekuensi pemeliharaan taman dan
kebersihan Tampan berdasarkan SOP kerja pemeliharaan dan jadwal frekuensi pemeliharaan di lapang dapat dilihat pada Tabel 11.
Kontraktor menyusun jadwal pemeliharaan didasarkan pada implementasi di lapang dan setiap bulannya membuat laporan untuk diberikan kepada pihak
pengelola. Jadwal pemeliharaan yang telah disusun kurang dikomunikasikan secara jelas oleh kontraktor kepada tenaga kerja pemeliharaan. Namun pada
kenyataan di lapang masing-masing tenaga kerja sudah berpengalaman dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan yang sama dalam beberapa tahun sehingga
secara tidak langsung sudah mengetahui frekuensi pemeliharaan dan sudah
58 memiliki target dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Untuk itu, dalam
penyusunan jadwal pemeliharaan kontraktor harus didasarkan pada kebijakan dan prioritas yang benar serta penyampaian informasi yang jelas sehingga membuat
pekerja dapat bekerja lebih disiplin dan terarah.
Tabel 11. Jadwal Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Impian Tampan
No Kegiatan pemeliharaan
Frekuensi pemeliharaan SOP kerja Pemeliharaan
1
Pengamatan
2
1 Penyiraman
Harian Harian
2 Pemangkasan
a. Rumput
Mingguan Mingguan
b. Semak, border, tanaman pergola,
rambat 2 Mingguan
Bulanan c.
Pohon dan perdu Bulanan
Insidental d.
Pelepah dan buah kelapa 2 Mingguan
Mingguan 3
Pendangiran dan penyetikan Mingguan
Harian 4
Pemupukan 3 Bulanan
Insidental 5
Pengendalian hama dan penyakit 2 Mingguan
Insidental 6
Peyulaman Insidental
Insidental 7
Pengangkutan sampah Harian
Harian 8
Pembersihan jalan Harian
Harian
Sumber: 1. Departemen Utilitas Kebersihan TIJA 2012 2. Pengamatan Lapang 2012
4.3.3 Pengelolaan Tenaga Kerja Pemeliharaan 4.3.3.1 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Tenaga kerja terbagi menjadi 2 dua yaitu tenaga kerja
yang berasal dari pihak TIJA dan tenaga kerja yang berasal dari kontraktor. Tenaga kerja yang berasal dari TIJA terdiri dari General Manager, Kepala
Bidang, Kepala Bagian, Kepala Seksi, dan para staf. Sedangkan tenaga kerja dari kontraktor merupakan tenaga kerja harian pelaksanaan pemeliharaan di lapang
yang pada umumnya berasal dari warga sekitar Ancol. Tenaga kerja bertanggung jawab atas jalannya pelaksanaan pemeliharaan yang berasal dari pihak kontraktor.
Penggunaan tenaga kerja pelaksana biasanya tetap mengikuti tahun-tahun sebelumya, karena sudah dianggap berpengalaman pada pekerjaan tertentu selama
beberapa tahun. Bekerja berdasarkan pengalaman tersebut berguna untuk meningkatkan penguasaan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya
sehingga diharapkan akan mencapai efektivitas kerja yang lebih baik. Namun,
59 keputusan penggunaan tenaga kerja harian tergantung kebijakan dari kontraktor
masing-masing, biasanya hanya terjadi pemindahan posisi tenaga kerja pada tiap zona di wilayah pemeliharaan.
Hal yang perlu diperhatikan kontraktor apabila terjadi penggantian tenaga kerja seperti tenaga ahli, pengawas, supir, dan pelaksana maka kontraktor wajib
melaporkan tenaga kerja yang digantikan berikut penggantinya melampirkan foto dan fotocopy KTP kepada pihak pengelola. Demikian pula dengan tenaga kerja
yang tidak dapat hadir akibat sakit dan cuti harus menginformasikan kepada pengawas mandor dan pengawas staf, sehingga dapat langsung segera
mencarikan penggantinya. Penempatan tenaga kerja pelaksana di wilayah pemeliharaan dilakukan oleh pengawas lapang mandor yang berkoordinasi
terlebih dahulu dengan pihak pengelola. Setiap kontraktor memiliki seorang tenaga ahli yang memiliki kemampuan khusus dibidang perawatan taman dan
mampu mengatasi masalah serta mampu mengambil keputusan langsung di lapangan. Tenaga ahli dalam hal ini harus memiliki sertifikasi keahlian di bidang
lanskap. Pada masing-masing kontraktor memiliki jumlah tenaga kerja yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah Tenaga Kerja Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan
No Tugas Pemeliharaan
Jumlah tenaga kerja orang Tampan Barat
Tampan Timur Pantai Karnaval
1 Tenaga ahli
1 1
1 2
Pengawas 4
4 2
3 Pekerja perawatan taman dan
kebersihan 71
73 20
4 Pekerja pangkas rumput
3 3
3 5
Operator penyiraman 6
6 2
6 Operator pengangkutan
sampah 6
6 2
7 Tenaga nursery
3 3
2
Total 94
96 32
Sistem kerja pelaksana pada umumnya telah dibagi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Namun pekerjaan yang di lapang tidak semuanya rutin
dilaksanakan, sehingga tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan di lapang. Misalnya pekerjaan penyemprotan hama dilakukan apabila terjadi serangan hama
dan penyakit pada tanaman di lapang dan pekerjaan penyiraman yang tidak dilakukan pada musim hujan. Sementara tidak ada kegiatan penyemprotan hama
60 penyakit dan penyiraman, pekerja tersebut dialihkan pada pekerjaan penyapuan
atau pengeringan jalan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di lapang. Pembagian tugas yang tidak tetap dan kurang sesuai dengan keahliannya membuat
pekerja tidak fokus terhadap tugasnya sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan.
Untuk meningkatkan kinerja para pekerja tersebut, perlu adanya motivasi kerja. Menurut Herujito 2001 motivasi merupakan dorongan, hasrat, bahkan
kebutuhan, karena hal tersebut merupakan latar belakang yang melandasi kelakuan manusia. Pada kawasan rekreasi TIJA tenaga kerja lapang merupakan
tenaga kerja harian. Pembayaran gaji tenaga kerja dilakukan pada akhir bulan. Gaji tenaga kerja pemeliharaan disesuaikan dengan UMR Upah Minimum Rata-
rata pada tahun tersebut. Pemberian gaji yang tepat waktu sangat menjadi motivasi para tenaga kerja dalam bekerja. Hal ini terbukti di lapang ketika salah
satu dari kontraktor yang memberikan gaji telat sehingga menyebabkan kinerja tenaga kerja pemelihara menjadi menurun dan efek malas-malasan timbul. Hal ini
harus diperhatikan karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil kerja dari kegiatan pelaksanaan pemeliharaan.
4.3.3.2 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja
Kontraktor bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan akibat yang timbul oleh tenaga kerja. Dalam hal ini keselamatan kerja penting
untuk menjadi perhatian bagi setiap kontraktor dengan menyediakan peralatan penunjang keselamatan kerja. Peralatan penunjang keselamatan kerja hendaknya
berfungsi dengan baik untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan maupun dapat mencegah cidera akibat perilaku pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Selain berfungsi memberikan keselamatan, peralatan keselamatan sebaiknya memberikan kenyamanan juga saat digunakan dalam melaksanakan pekerjaan
oleh tenaga kerja. Peralatan penunjang keselamatan kerja meliputi sarung tangan, masker
penutup dan kacamata, sepatu boots, serta sabuk pengaman safety belt. Sarung tangan diberikan kepada seluruh tenaga kerja pemeliharaan, namun tidak semua
mengenakannya dengan alasan faktor ketidaknyamanan ketika melaksanakan
61 pekerjaan tertentu. Terlihat di lapang, salah satu tenaga kerja yang mengenakan
sarung tangan yakni tenaga kerja penyiangan dan pendangiran yang tujuannya untuk melindungi tangan dari bahaya terkena kape dan terluka oleh duri tanaman
atau gulma pada saat pencabutan. Masker penutup dan kacamata diberikan kepada tenaga penyemprotan hama dan penyakit tanaman serta tenaga kerja pemangkas
rumput. Penggunaan keselamatan kerja bagi tenaga kerja penyemprotan hama dan penyakit bertujuan untuk melindungi diri dari bahaya keracunan yang mungkin
terjadi dan diberikan susu untuk menetralisir apabila racun masuk ke tubuh. Sedangkan penggunaan keselamatan kerja bagi tenaga kerja pemangkas rumput
bertujuan untuk melindungi diri dari berbagai benda yang berbahaya terlempar ketika terkena mesin pangkas. Sepatu boots diberikan kepada seluruh tenaga kerja
pemeliharaan, namun tidak semua tenaga kerja menggunakan sepatu boots karena faktor ketidakyamanan ketika melaksanakan pekerjaan membuat ruang gerak
menjadi terbatas. Sabuk pengaman safety belt ini merupakan keselamatan kerja yang sangat penting untuk diberikan kepada tenaga kerja pemangkasan pohon.
Pepohonan yang berada di kawasan TIJA termasuk dalam kriteria pohon tinggi. Pemangkasan pohon biasanya dilakukan dengan memanjat pohon dalam
pemangkasan pohon peneduh, pemangkasan pelepah kering dan buah kelapa, serta pohon jenis palem. Pada pengamatan di lapang, sabuk pengaman safety belt
tidak digunakan oleh sebagian besar tenaga kerja saat memanjat pohon karena alasan tidak nyaman dalam menggunakan saat melaksanakan pekerjaan dan
pekerjaan ini sudah biasa dilakukan sehingga menurut pekerja ini tidak terlalu penting. Hal ini diperlukan perhatian dari pengawas mandor untuk mengarahkan
dan peningkatan kedisiplinan dari tenaga kerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat dari perilaku tenaga kerja itu sendiri.
Hal yang perlu dilakukan sebelum memulai semua pekerjaan pemeliharaan di lapang hendaknya pengawas lapangan melakukan briefing yang tujuannya
untuk menjelaskan sistem pemeliharaan dengan jelas dan benar, mengarahkan tenaga kerja dalam kedisiplinan yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan berlangsung. Sehingga dengan itu diharapkan tercapainya pemeliharaan yang optimal dan keselamatan tenaga kerja terjamin. Keselamatan
kerja ini didukung dengan adanya kesejahteraan yang diberikan oleh pihak
62 kontraktor dalam bentuk jaminan yaitu jaminan kesehatan sebesar 6 , jaminan
kecelakaan sebesar 0,89 , jaminan kematian sebesar 0,3 , dan jaminan hari tua sebesar 3,7 2 ditanggung oleh tenaga kerja. Jaminan yang diberikan oleh
kontraktor kepada tenaga kerja merupakan bentuk perhatian yang sangat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
4.3.3.3 Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor
Menurut Arifin dan Arifin 2005, seorang kontraktor taman harus berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan pihak pengelola baik
sebelum penawaran kontrak atau sesudahnya. Koordinasi dalam pemeliharaan lanskap sangat perlu mengingat pencapaian target dari standar pemeliharaan harus
terlaksana dengan optimal. Koordinasi antara pihak pengelola dan kontraktor Taman Impian terjalin cukup baik. Namun perlu adanya peningkatan terhadap
tanggung jawab yang telah diberikan dari masing-masing tugasnya. Koordinasi antara pengelola dengan kontraktor dalam kegiatan pemeliharaan dapat terlihat
pada Gambar 18.
63
Gambar 18. Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor
Keterangan gambar dari koordinasi antara pengelola dan kontraktor
sebagai berikut:
1. Kepala Departemen General Manager memberikan SPK pemeliharan taman
dan kebersihan dan segala hal mengenai standar penampilan di lapang kepada Kepala Bidang Manager;
2. Kepala Bidang Manager memberikan arahan kepada Kepala Bagian
mengenai jadwal kegiatan pekerjaan pemeliharaan yang sudah tertera dalam SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan;
Kepala Departemen Utilitas Kebersihan TIJA
Kepala Bidang Pemelihaaan, Kebersihan Taman dan Sipil Properti
Kepala Bagian Taman Kebersihan Tampan Kepala Seksi Taman Kebersihan Tampan
Pengawas Staf
Pihak pengelola Tampan Departemen Utilitas Kebersihan TIJA
1
2 3
4
Direktur Utama Kontraktor Penanggung Jawab Proyek
Tenaga Ahli Lanskap Administrasi Proyek
Pengawas Lapang Mandor Tenaga Kerja
Pelaksana Proyek Pemeliharaan Pihak Kontraktor
5 6
7
8 8
64 3.
Kepala Bagian memberikan wewenang kepada Kepala Seksi untuk menangani permasalahan di lapang dengan melakukan pengawasan dari setiap wilayah
pemeliharaaan yang menjadi tanggung jawabnya; 4.
Pihak Departemen Utilitas dan Kebersihan berkoordinasi dengan pihak kontraktor dengan melakukan rapat untuk mengevaluasi kinerja pekerjaan
pemeliharaan taman dan kebersihan kawasan rekreasi; 5.
Direktur memberikan wewenang sepenuhnya kepada penanggung jawab proyek dalam pengurusan pekerjaan proyek yang sedang dijalani dalam segala
bentuk pelaporannya; 6.
Penanggung jawab proyek memberikan pengarahan kepada pengawas lapang tentang pelaksanaan pekerjaan di lapang. Pengawas harus berkoordinasi dan
melaporkan dalam hal tenaga kerja di lapang, kebutuhan alat dan bahan, serta permasalahan yang terdapat di lapang. Pengawas memberikan informasi
tentang kondisi lanskap yang membutuhkan kegiatan peningkatan kualitas visual maupun pemulihan kondisi kepada tenaga ahli agar dapat
ditindaklanjuti. Penanggung jawab proyek memberikan tugas kepada administrasi proyek dalam pemyusunan pelaporan berita acara;
7. Pengawas lapang memantau tenaga kerja selama proses pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan berlangsung. Pengawas juga memberikan pengarahan langsung terhadap apa yang di kerjakan dan membantu dalam menyiapkan peralatan
dan bahan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja. Pendekatan sosial antara pengawas lapang dengan tenaga kerja dibutuhkan agar terjalin hubungan yang
baik sehingga berdampak kepada lancarnya pelaksanaan kerja; 8.
Koordinasi dalam penanganan segala permasalahan yang terdapat di lapang mengenai kondisi lanskap kawasan rekreasi seperti dalam hal mengatasi
segala protes yang dilakukan dari atasan maupun pengaduan pengunjung kawasan rekreasi.
4.3.4 Pengelolan Peralatan dan Bahan Pemeliharaan
Keberhasilan dalam pengelolaan pemeliharaan dapat ditunjang dengan peralatan dan bahan pemeliharaan yang memadai untuk pencapaian hasil kerja
yang bersih dan indah pada kawasan rekreasi. Penyediaan dan perawatan alat dan
65 bahan menjadi tanggung jawab dari kontraktor. Sesuai dengan BQ Bill of
Quantity, bahan yang disediakan oleh kontraktor meliputi bensin, oli, dan solar. Sedangkan bahan pemeliharaan seperti pupuk, zat perangsang akar rootone,
pestisida, herbisida, furadan, dan fungisida disediakan oleh pihak pengelola Tampan. Pengadaan bahan dari pihak pengelola dilakukan secara insidental yaitu
disediakan ketika pekerjaan pemeliharaan di lapang membutuhkannya. Hal ini dapat mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan menjadi
terhambat akibat menunggu tersedianya bahan pemeliharaan tersebut. Untuk alat- alat pemeliharaan disediakan sepenuhnya oleh kontraktor Tabel 13. Untuk
penyimpanan alat dan bahan pemeliharaan disediakan gudang di area pembibitan nursery. Namun alat-alat seperti cukilan dan kape dibawa pulang oleh tenaga
kerja setelah pekerjaan pemeliharaan selesai, tujuannya menghemat waktu pengambilan alat ke gudang untuk melakukan pekerjaan esok harinya. Hal ini
telah disetujui oleh pengawas dan memberi penekanan tanggung jawab terhadap tenaga kerja apabila alat tersebut hilang.
Kegiatan pengelolaan yang baik terhadap alat dan bahan harus dilakukan seperti melakukan penyimpanan yang benar, pembersihan dan pengeringan
sehingga dapat bertahan lama dalam penggunaannya. Menurut pengamatan di lapang, alat-alat yang digunakan setelah pekerjaan pemeliharaan tidak semua
membersihkan dengan cara dicuci. Untuk alat sprayer penyemprot hama dan penyakit dilakukan pencucian untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan
bahan yang sebelumnya digunakan. Namun untuk alat-alat lainnya seperti kape, cukilan, cangkul, dan kored hanya dibersihkan dari kotoran tanah yang menempel
tanpa melakukan pencucian, hal ini dapat menyebabkan karat dan tanpa sadar penyakit atau biji gulma yang menempel pada alat tersebut dapat menyebar ke
area taman hingga menyebabkan kerusakan kecil pada taman. Menurut Arifin dan Arifin 2005, agar peralatan menjadi awet maka setelah penggunaan hendaknya
segera dibersihkan, dicuci, dan di lap atau dikeringkan, kemudian disimpan dengan rapi dalam gudang peralatan. Hal ini perlu diperhatikan oleh kontraktor
untuk menjaga keawetan dari peralatan pemeliharaan. Pembersihan peralatan ini mampu menjaga lamanya tingkat efektivitas penggunaan alat pemeliharaan.
66 Tabel 13. Daftar Peralatan Pemeliharaan
No Peralatan Pemeliharaan
Wilayah Pemeliharaan Satuan
I II
III A
Peralatan Kebersihan
1 Sapu lidi + gagang
1200 1450
550 Buah
2 Pengki plastik
8 8
4 Buah
3 Cangkrang
15 15
5 Buah
4 Sekop sampah
40 40
15 Buah
5 Dorongan karet untuk air
10 20
10 Buah
6 Kantong plastik sampah
600 600
300 Kg
7 Garukan pasir
10 15
5 Buah
B Peralatan Taman
1 Mobil tangki Penyiraman
2 2
1 Unit
2 Truck sampah ¾
1 1
1 Unit
3 Gerobak sampahtaman
2 4
1 Unit
4 Mesin potong rumput
2 5
5 Unit
5 Mesin sprayer
1 1
1 Unit
6 Mesin Chainsaw
1 1
1 Unit
7 Gergaji tangan
3 8
3 Buah
8 Gunting taman
12 5
2 Buah
9 Gunting tarik
1 3
1 Buah
10 Cangkul
10 10
5 Buah
11 Golok
2 12
5 Buah
12 Gatul
10 10
5 Buah
13 Cukilan
20 20
10 Buah
14 Selang penyiraman
30 60
20 Meter
15 Kape
35 40
20 Buah
16 Arit
6 7
4 Buah
Sumber: Departemen Utilitas Kebersihan TIJA 2012 dan Pengamatan Lapang 2012 Keterangan: Total peralatan untuk jangka waktu 12 Bulan 1 Tahun
I : Taman Impian Barat II : Taman Impian Timur
III : Karnaval
Alat bantu yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan di kawasan Taman Impian Tampan sebagian besar masih menggunakan alat-alat tradisional
yang harus dijalankan oleh tenaga kerja. Pada saat akhir magang dapat berkesempatan mengikuti rapat pembuatan BQ Bill of Quantity perawatan taman
dan kebersihan periode 1 Mei 2012 - 30 April 2013 yang rencananya akan menggunakan mesin sweeper dalam pembersihan area seperti penyapuan,
pembersihan genangan air, dan pembersihan noda-noda di jalan. Mesin sweeper diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja penyapuan secara manual dan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pemeliharaan. Selain itu untuk menghemat anggaran biaya pemeliharaan dari segi pembayaran gaji pada
tiap tenaga kerja penyapuan. Pertimbangan lainnya yaitu meski harga mesin ini mahal namun dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama. Cara penggunaan
mesin sweeper perlu diperhatikan dan sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja yang
67 sudah paham tentang cara pemakaiannya serta memerlukan perawatan yang benar
dan teratur. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan sudah dalam
jumlah yang cukup sehingga kegiatan pemeliharaan dapat terus berjalan. Pada setiap peralatan pemeliharaan memiliki masa efektif yang harus diperhatikan agar
dapat digunakan secara optimal. Sebelum masa efektif peralatan pemeliharaan habis, sebaiknya peralatan tersebut sudah diganti agar tidak membahayakan
tenaga kerja dan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Peralatan dan bahan seharusnya selalu tersedia dalam kondisi yang baik sesuai
dengan masa efektif penggunaannya Tabel 14. Namun penentuan masa aktif dapat berdasarkan pengalaman pada saat penggunaan alat di waktu-waktu
sebelumnya. Hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pelaksanaan pemeliharaan dan seluruh kegiatan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan baik pada kawasan
rekreasi Taman Impian. Tabel 14. Masa Efektif Penggunaan Peralatan
No Jenis Peralatan
Masa Efektif
1 Mobil tangki air
4 tahun 2
Truk pengangkut sampah 5 tahun
3 Gerobak sampah
1 tahun 4
Mesin pemotong rumput gendong 3 tahun
5 Alat-alat penyemprot spayer
3 tahun 6
Seragam operator pemelihara taman 6 bulan
7 Cangkul dan garpu tanah
6 bulan 8
Sekop 6 bulan
9 Kape
2 bulan 10
Gunting pangkas 6 bulan
11 Sapu lidi
1 bulan 12
Kored 6 bulan
13 Golok, arit, dan parang
6 bulan
Sumber: Arifin dan Arifin 2005
4.3.5 Kegiatan Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan yang tujuannya merawat dan menjaga suatu lanskap atau taman beserta elemen lanskap dan fasilitasnya. Dalam
pemeliharaan lanskap terdapat dua jenis pemeliharaan yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik.
68
4.3.5.1 Pemeliharaan ideal
Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi semula yang telah direncanakan serta terdapat evaluasi. Pemeliharan ideal
yang dilakukan di Taman Impian yaitu untuk mempertahankan keutuhan desain dan perencanaan awal sebagai kawasan rekreasi dengan kualitas lanskap yang
tinggi demi mencapai lanskap yang berkelanjutan dan dapat dinikmati di masa mendatang. Pemeliharaan ideal yang dilakukan diwujudkan melalui pemeliharaan
fisik yaitu pemeliharaan keseluruhan area meliputi soft material tanaman dan hard material agar sesuai dengan tujuan dan fungsi semula. Menurut Arifin dan
Arifin 2005, pemeliharaan ideal akan berjalan baik bila didukung oleh upaya- upaya sebagai berikut:
a perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga
memudahkan pemeliharaan fisik; b
penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen tanaman, hendaknya tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam penggantian dan
penyulaman tanaman; c
pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan perkerasan yang sesuai;
d pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di
dalam taman selalu lancar; e
perlengkapan taman yang memadai meliputi jaringan utilitas yang direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada
permukaan taman.
Upaya pemeliharaan ideal tersebut telah dilakukan oleh pihak pengelola Taman Impian seperti tersedianya pembibitan nursery untuk mengganti atau
menyulam tanaman, pola desain yang sederhana sehingga mudah untuk dipelihara, pola sirkulasi yang jelas sehingga memudahkan pengunjung mencapai
suatu tujuan, material perkerasan yang kuat dan awet, serta perencaaan jaringan utilitas dibawah tanah telah dilakukan demi keamanan pengunjung dan estetika.
69
4.3.5.2 Pemeliharaan fisik
Pemeliharaan fisik adalah pemeliharaan terhadap elemen keras hard material dan elemen lunak soft material. Elemen keras hard material meliputi
Pembersihan area darat dan pembersihan area laut. Pemeliharaan fisik terhadap tanaman soft material meliputi penyiraman, penyetikan dan pendangiran,
pemangkasan, pemupukan, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan terhadap tanaman bertujuan agar tanaman dapat berkembang dan
mendapatkan kebutuhan hara yang optimal. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan lanskap atau taman untuk mengimbangi pemeliharaan
secara ideal untuk menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman Arifin dan Arifin 2005.
A. Pembersihan
1. Pembersihan Area Darat Kebersihan merupakan suatu hal yang penting dalam pengelolaan dan
pemeliharaan lanskap untuk menciptakan rasa nyaman bagi pengguna lanskap. Kegiatan pembersihan area darat yang dilakukan oleh tenaga kerja pemelihara
yaitu penyapuan dan pencucian jalan. Penyapuan dilakukan pada area jalan, halaman, hamparan rumput, dan promenade yang dilakukan secara rutin setiap
hari Gambar 19. Sedangkan pencucian jalan dilakukan secara insidental. Kegiatan penyapuan dilakukan bersamaan dengan pembersihan lubang-lubang
selokan saluran air dengan mengambil sampah-sampah yang masuk kedalamnya agar tidak terjadi penyumbatan ketika hujan turun. Ketika hari hujan tenaga kerja
kegiatan penyapuan dialihkan menjadi kegiatan pengeringan air yang tergenang di jalan. Pembersihan jalan setapak pedestrian track kerap kali dilakukan apabila
sudah terdapat banyak rumput liar dan lumut di sela-sela jalan setapak. Pembersihan jalan setapak menggunakan alat seperti kape.
Kegiatan penyapuan merupakan upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan yang dilakukan terhadap sampah organik dedaunan dan anorganik
plastik. Peralatan yang digunakan saat penyapuan seperti sapu lidi dan pengki. Penggunaan sapu lidi diberbagai area seperti jalan, rumput, dan pasir memiliki
bentuk dan tektur yang berbeda. Hal ini dibuat menyesuaikan teknik pengambilan
70
Pembersihan jalan setapak Penyapuan jalan
Penyapuan hamparan rumput
Pengeringan jalan genangan air
dari sampah tersebut agar pengerjaannya lebih cepat dan bersih secara optimal. Sampah hasil dari penyapuan semuanya masuk ke dalam tempat sampah yang
berada paling dekat dari lokasi penyapuan. Disamping itu, kegiatan kebersihan juga dapat menunjang lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit. Sebagai
contoh di lapang, tenaga kerja pemelihara memiliki jadwal fogging penyemprotan nyamuk yang dilakukan dua kali dalam sebulan. Hal ini tentu
bertujuan untuk memberikan kenyamanan pengunjung dan menghindari terjangkitnya penyakit yang mungkin akan diderita pengunjung akibat serangan
nyamuk dan serangga berbahaya lainnya. Fogging dilakukan pada pagi hari pukul 05.00 WIB untuk mengantisipasi kedatangan dari pengunjung.
Gambar 19. Penanganan Pembersihan Area Darat Dalam SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan, pembersihan
terhadap sarana umum seperti shelter, pos keamanan, pos parkir, pos telepon, pos penerangan, papan reklame dan rambu-rambu harus dilakukan. Namun, pada
kenyataannya pembersihan terhadap sarana umum kurang diperhatikan oleh tenaga kerja pemelihara sehingga pengerjaannya tidak menentu. Pembersihan
terhadap sarana umum dilakukan apabila sarana tersebut sudah terlihat sangat
71
Penyapuan pasir pantai Pembersihan sampah laut
Pembersihan sampah kali Pembersihan dengan perahu
kotor dan pengerjaannya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembersihan jalan.
2. Pembersihan Area Laut
Pembersihan area laut termasuk juga pembersihan terhadap kanal dan kali Gambar 20. Pembersihan area laut mencakup pembersihan tanggulbatu pantai,
area pantai, dan badan air radius 10 meter dari tanggul yang merupakan tanggung jawab dari pihak kontraktor. Peralatan yang digunakan pembersihan area laut
yaitu sapu lidi, pengki, sekop, serok jala, dan gerobak sampah dorong untuk pengangkutan menuju tempat pembuangan sementara. Pada saat musim angin
barat bulan Januari s.d Maret arah angin menuju ke arah TIJA sehingga sampah terbawa ke laut dan pantai TIJA. Alat bantu untuk pembersihan sampah di laut
yaitu dengan penggunaan perahu kecil sehingga sampah-sampah yang tidak dapat dijangkau oleh sekop jala dari tanggul dapat teratasi.
Pada kawasan rekreasi TIJA terdapat kali dan kanal yang berlokasi di Pintu Gerbang Barat dan Pintu Gerbang Timur. Tepian kali adalah area lahan pada
Gambar 20. Penanganan Pembersihan Area Laut
72 kedua sisi sepanjang palung sungai, dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul
sebelah dalam. Pembersihan kali dan kanal yang dilakukan dengan mengambil sampah dan kotoran yang berada di sekitar kali yang dapat mempengaruhi estetika
dari kawasan rekreasi. Pembesihan kali dan kanal dilakukan setiap hari oleh tenaga kerja pemelihara karena letaknya yang berada di Pintu Gerbang Utama
sehingga perlu perhatian khusus terhadap pembersihan ini agar tercipta kesan bersih dan indah pada ruang penerima menuju kawasan rekreasi.
B. Penyiraman
Penyiraman bertujuan agar media tanam menjadi lebih gembur sehingga akar tanaman akan lebih mudah untuk mengambil unsur hara di dalam media
tanam. Penyiraman dilakukan kepada seluruh vegetasi yang terdapat pada kawasan rekreasi TIJA mulai dari tanaman penutup tanah, semak, perdu, pohon
hingga tanaman pot. Penyiraman di kawasan rekreasi TIJA dilakukan rutin setiap hari pada pagi hari dan sore hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin dan
Arifin 2005, penyiraman lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari karena penyiraman pada siang hari dapat menyebabkan daun menjadi luka
bakargosong. Kawasan TIJA yang termasuk daerah Jakarta Utara memiliki kelembaban udara relatif tinggi, penyiraman pada pagi hari lebih baik daripada
penyiraman sore hari. Tujuannya untuk menghindari berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Jika hari sebelumnya hujan maka penyiraman
tidak dilakukan dan tenaga kerja dialihkan ke pekerjaan lain untuk membantu tenaga kerja yang lainnya.
Kebutuhan tanaman terhadap air merupakan kebutuhan utama yang jika tidak terpenuhi akan berakibat pada rusaknya kondisi tanaman dan mengakibatkan
tanaman mati. Sumber air yang digunakan untuk penyiraman berasal dari pemanfaatan air buangan unit Atlantis Water Advanture yang telah diolah dan
menggunakan pasokan air hasil pengolahan pengolahan air laut menjadi air tawar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan air PAM sehingga dapat
meminimalkan pengeluaran. Air yang digunakan untuk penyiraman sudah aman dan memenuhi uji kelayakan terhadap kualitas air sehingga bebas dari segala
73
a b
bahan organikzat kimia yang dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan tanaman.
Pelaksanaan penyiraman dalam kawasan rekreasi TIJA menggunakan mobil tangki air yang berkapasitas 5000 liter Gambar 21. Area yang sulit
dijangkau atau dicapai dengan mobil tangki air seperti area pantai dilakukan peyiraman dengan selang plastik. Pengoperasian mobil tangki dilakukan setiap
hari berjumlah 2 unit mobil pada masing-masing wilayah pemeliharaan. Jumlah tenaga kerja penyiraman satu mobil sebanyak dua orang, dengan pembagian kerja
salah seorang dari pekerja sebagai supir kendaraan dan seorang lagi menyemprotkan air ke tanaman. Penyiraman dilaksanakan setiap hari terbagi ke
dalam 2 shift, yaitu shift pertama pada pukul 06.00 - 11.00 WIB dan shift kedua pada pukul 14.00 - 18.00 WIB. Rute penyiraman berdasarkan posisi matahari,
area yang terkena sinar matahari disiram terlebih dahulu. Satu mobil tangki memiliki ritase minimal 16 rithari. Dalam pelaksanaan penyiraman tidak
diperkenankan tanah bekas penyiraman tergenang dan terciprat keluar area taman karena akan menyebabkan area menjadi kotor.
Gambar 21. Kegiatan Penyiraman a dan Stegger pada Tanaman Baru Tanam b
Penyiraman untuk tanaman yang baru ditanam proyek taman, penyiraman dilakukan secara intensif dilakukan oleh pihak kontraktor proyek
yang bertanggung jawab selama 3 bulan pertama untuk penyiraman. Tanaman yang baru ditanam dibantu dengan Stegger alat penopang agar tanaman dapat
tumbuh dengan tegak dan menjaga agar tanaman tidak roboh Gambar 30. Dapat dikatakan dari kegiatan penyiraman pada kawasan rekreasi TIJA telah berjalan
74 dengan baik berdasarkan ketersediaan air yang cukup sesuai dengan kebutuhan
tanaman.
C. Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan HPT
Pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan suatu upaya agar tanaman dapat tumbuh indah serta mencegah penurunan kualitas dan kuantitas
tanaman. Kegiatan ini dilakukan untuk pencegahan maupun pengendalian pengobatan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit di kawasan rekreasi
TIJA dilakukan jika tanaman tersebut telah terserang hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit biasanya dilakukan dengan cara mekanik,
metode budi daya tanaman, dan secara kimiawi Arifin dan Arifin 2005. Pada SOP kerja pemeliharaan yang disusun oleh Departemen Utilitas Kebersihan
TIJA, kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan setiap satu kali dalam dua minggu. Namun dalam pelaksanaan di lapang, kegiatan pengendalian hama
dan penyakit dilakukan secara insidental. Pada umumnya, pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dilakukan
di kawasan rekreasi TIJA menggunakan cara kimiawi. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan pestisida. Sebagai contoh di lapang yaitu
pada saat tanaman bakung laut Crinum amabile terkena hama kutu putih yang termasuk dalam famili Pseudococcidae dalam ordo Hemiptera. Alat yang
digunakan adalah handsprayer atau spayer gendong. Pada kegiatan penyemprotan di kawasan rekreasi TIJA, pekerja tidak memperhatikan arah angin. Menurut
Arifin dan Arifin 2005, penyemprotan pestisida dengan cara yang benar adalah searah dengan hembusan angin. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jatuhnya
semprotan pada tanaman dan juga keselamatan pekerja. Pekerja biasanya dalam kegiatan penyemprotan menggunakan alat pengaman seperti masker dan sarung
tangan. Hal ini untuk menghindari bahaya keracunan saat penyemprotan berlangsung. Proses peyemprotan pestisida biasanya dilakukan pada saat weekday
karena rendahnya frekuensi pengunjung yang berekreasi di kawasan TIJA sehingga kenyamanan pengunjung tidak terganggu.
Pada kawasan rekreasi TIJA juga muncul gejala serangan hama pada tanaman soka Ixora sp. yaitu hama Coleoptera dengan ciri-ciri serangannya
75 daun menjadi rusak bolong dan mengering Gambar 22. Serangan ini tidak
langsung ditanggapi oleh tim pelaksana pemelihara sehingga penyebarannya sangat cepat dan merusak tanaman di sekitarnya. Hal ini dapat menjadi perhatian
bagi pemelihara dengan segera memberi perlakuan kepada tanaman yang menunjukkan gejala, seperti mencabut tanaman yang memiliki tingkat kerusakan
yang terlalu parah dan menggantikannya dengan tanaman baru. Penggantian tanaman baru dalam proses perbaikan taman yang telah terserang akan segera
kembali indah dan dapat dinikmati para pengunjung.
Gambar 22. Tanaman Soka Ixora sp. Terserang Hama Jenis Coleoptera
D. Pemupukan
Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan
makanan pada tanaman. Secara garis besar, tanaman mendapatkan suplai unsur- unsur hara dari lingkungan sekitarnya, namun ketersediaan unsur hara yang ada
tidak menjamin perkembangan yang optimal pada tanaman. Tujuan kegiatan pemupukan ini yaitu untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman
mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Pada SOP kerja pemeliharaan, kegiatan pemupukan
dilakukan setiap satu kali dalam tiga bulan. Namun dalam pelaksanaan di lapang, kegiatan pengendalian pemupukan dilakukan secara insidental.
Pupuk yang digunakan di kawasan rekreasi TIJA yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang paling sering digunakan adalah pupuk
kandang. Tanaman yang dipupuk dengan pupuk kandang adalah tanaman yang baru ditanam dan disulam. Sebelumnya, tanah telah dicampur dengan pupuk
76
a b
kandang kemudian tanaman baru ditanam Gambar 23. Penggunaan pupuk tersebut disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Pada kawasan rekreasi TIJA pemberian pupuk anorganik digunakan pada hamparan rumput dan pohon. Pemupukan rumput dilakukan secara insidental
apabila rumput menguning dan hampir kering, pemupukan semacam ini dilakukan setiap satu kali dalam 6 bulan. Komposisi campuran pupuk yang digunakan yaitu
urea, NPK, coconut serabut kelapa, dan pasir. Metode pemupukan untuk hamparan rumput yaitu metode broadcast dengan cara menyebar pupuk
dipermukaan tanah secara langsung Gambar 23. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan metode broadcast yaitu saat penyebaran memastikan tidak ada
pupuk yang terperangkap di daun dan di dasar tanaman. Hal ini guna menghindari gosongnya tanaman akibat terbakar bahan kimia yang terdapat pada pupuk.
Pemupukan sebaiknya dilakukan pada musim hujan dan apabila pemupukan tanpa diikuti dengan penyiraman maka akan menyebabkan kerusakan pada tanaman
Sulistyantara 2006. Pemupukan pohon menggunakan metode bokoran yaitu pupuk diberikan secara melingkar di sekitar batang pada permukaan tanah dengan
radius yang hampir sama dengan radius tajuknya. Alat yang digunakan untuk metode bokoran adalah kored. Frekuensi pemupukan pada pohon sangat jarang
dilakukan, kecuali pohon tersebut sudah sangat rentan dan dirasa perlu pemupukan.
Gambar 23. Pemupukan dengan Pupuk Kandang a dan Pemupukan pada Hamparan Rumput b
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemupukan antara lain waktu pemupukan, dosis pupuk dan cara pemupukan. Kegiatan pemupukan di
77 kawasan TIJA dapat dikatakan tidak berjalan sesuai dengan SOP kerja
pemeliharaan yang berlaku. Kegiatan ini hanya dilakukan sebagai tindakan insidental.
E. Penyulaman
Kegiatan penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati, terkena hama, kering, rusak, kerusakan mekanis, maupun tanaman yang sudah tua dengan
mengganti tanaman lama dengan tanaman baru untuk mempertahankan nilai estetika dan fungsi tanaman sesuai dengan desain awal atau untuk perancangan
ulang re-design. Semua penggantian dan penyulaman tanaman merupakan tanggung jawab pihak kontraktor sampai masa pemeliharaan yang ditentukan
berakhir. Kegiatan penyulaman ini bersifat insidental yaitu menyesuaikan dengan kondisi di lapang. Penyulaman dapat dilakukan pada semua jenis tanaman.
Tanaman yang biasa di sulam pada kawasan rekreasi TIJA yaitu rumput, tanaman penutup tanah, semak, dan perdu Gambar 24. Penyulaman terhadap pohon besar
hampir tidak pernah dilakukan dalam jangka waktu setahun karena kebanyakan pohon yang ada telah tumbuh sejak lama sehingga memiliki perakaran yang cukup
kuat dan biasanya kerusakan yang terjadi tidak terlalu berarti. Kegiatan penyulaman biasanya dilakukan atas keinginan dari pekerja
taman, perintah pengawas lapangan atau permintaan langsung dari General Manager apabila melihat kondisi tanaman yang sudah tidak layak untuk
ditampilkan pada suatu area taman. Tanaman yang digunakan untuk menyulam diperoleh dari sisa penjarangan atau diambil dari lokasi pembibitan nursery yang
dimiliki oleh TIJA. Dalam penggantian tanaman hal yang harus diperhatikan adalah kondisi tanaman pengganti yang lebih baik dari tanaman sebelumnya
seperti bebas dari gulma, baik kondisi fisiknya serta mempunyai daya tahan resistensi yang tinggi terhadap penyakit Arifin dan Arifin 2005. Alat yang
biasa digunakan dalam kegiatan penyulaman adalah cangkul, linggis, dan kape. Kegiatan penyulaman lebih diutamakan pada lokasi-lokasi dengan intensitas
pengguna dan memiliki nilai visual yang tinggi seperti welcome area dan taman persimpangan jalan.
78
a b
Penyulaman rumput peking Agrostis stolonifer yang dilakukan pada kawasan berupa lempengan yang dibagi menjadi beberapa bagian kecil
plugging. Setelah semua lempengan ditanam kemudian dipukul-pukul menggunakan alat berupa papan dengan pegangan balok kayu. Hal ini dilakukan
agar permukaan rumput menjadi rata dan akar yang akan tumbuh dapat merekat kuat pada tanah sehingga mempercepat dalam pertumbuhannya Gambar 24.
Gambar 24. Pergantian Tanaman Soka Ixora sp. a dan Penyulaman Rumput Peking Agrostis stolonifer b
F. Pemangkasan
Menurut Arifim dan Arifin 2005, pemangkasan tanaman bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai yang dinginkan serta menjaga keamanan
dan kesehatan tanaman. Pada beberapa tanaman, pemangkasan ditujukan untuk menghindari penggunaan nutrisi yang berlebihan pada pertumbuhan vegetatif
daun dan tunas sehingga nutrisi untuk pertumbuhan generatif bunga dan biji terbatas. Sisa hasil pangkasan dari tanaman diangkut dengan gerobak maupun truk
sampah dan langsung dibawa ke lokasi Ancol Zero Waste untuk diolah menjadi kompos Gambar 25. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin dan Arifin 2005
bahwa limbah pangkasan sebaiknya dibuat sebagai kompos untuk mengurangi permasalahan mengenai sampah.
Gambar 25. Pengangkutan Sisa Hasil Pangkasan Menggunakan Truk Sampah
79 Pemangkasan bisa dilakukan pada hampir semua strata tanaman seperti
tanaman pohon, tanaman semak, dan tanaman penutup tanah termasuk rumput. Adapun cara pemangkasan pada masing-masing tanaman berbeda, yaitu:
1. Pemangkasan Pohon
Pemangkasan pohon bertujuan untuk mengontrol dan mengatur pertumbuhan tanaman, membentuk tajuk atau merubah penampilan tanaman,
merangsang pembungaan, dan untuk membuang bagian-bagian tanaman yang sakit, sudah tua atau mati. Waktu pemangkasan yang tepat, khususnya pohon,
adalah pada saat tanaman tidak sedang berbuahberbunga. Pemangkasan bentuk harus dilakukan pada saat pohon sedang berdaun untuk jenis pohon gugur daun
agar diketahui percabangan yang hidup dan yang mati sehingga bentuk ideal yang diinginkan dapat tercapai.
Pemangkasan pohon dilakukan tergantung dari bentukan pohon tersebut karena dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan pohon. Kegiatan pemangkasan
juga tidak hanya dilakukan untuk tujuan estetika. Pemangkasan juga dilakukan untuk keselamatan seperti pada area rekreasi pantai. Pemangkasan pohon
pelindung waktunya disesuaikan dengan lingkungan keadaan lapang jika terdapat benalu, dedaunan terlalu rimbun dan mengganggu pandangan kearah jalan, ranting
yang akan jatuh maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan pohon yang biasa terjadi di lapangan yaitu pangkas pucuk, dimana pemangkasan bagian pohon yang
dilakukan pada bagian dahan dan daunnya saja. Fungsi utama dari pemangkasan ini adalah untuk perapihan bentuk pohon trimming. Seluruh pohon dapat
dilakukan jenis pangkasan ini. Contoh pangkas pucuk yang sering ditemukan di lapangan seperti perapihan pelepah dan buah kelapa Gambar 26. Pemangkasan
pohon kelapa diutamakan pada area sekitar pantai. Pohon kelapa yang terdapat pada area rekreasi pantai dipangkas ketika pelepah-pelepah sudah mulai kering
dan sudah berbuah. Pelepah dan buah dipangkas demi menjaga keamanan dari pengunjung, mengingat ini merupakan kawasan rekreasi yang intensitas
pengunjungnya cukup tinggi. Pemangkasan pohon kelapa dilakukan setiap hari kecuali weekend untuk menghindari resiko bahaya yang akan diterima
pengunjung.
80 Peralatan pemangkasan pohon meliputi gergaji tangan, gergaji galah,
golok, gergaji mesin chainsaw dan tali sebagai alat bantu. Pelepah kelapa menggunakan alat pemotong sabit bergalah yaitu galah yang diberi pisau
lengkung pada bagian ujungnya. Apabila alat tersebut masih belum dapat memangkas pelepah maka tenaga kerja memanjat pohon dan memotongnya
dengan golok. Dalam melakukan pekerjaan memangkas pohon tinggi hampir semua tenaga kerja tidak menggunakan safety belt. Sedangkan pemangkasan
topiary yang dilakukan di lapangan terlihat pada pohon asam kranji Pithecellobium dulce yang terdapat di welcome area gerbang barat. Kegiatan
pemangkasan pohon pada kawasan rekreasi TIJA dapat dikatakan berjalan dengan baik namun perlu perhatian dari pengawas terhadap kedisiplinan tenaga kerja
pemelihara ketika sedang bekerja khususnya dalam hal memanjat pohon yang memiliki resiko bahaya cukup tinggi.
Gambar 26. Pemangkasan Pelepah dan Buah Kelapa Cocos nucifera 2.
Pemangkasan Perdu dan Semak Pemangkasan perdu dan semak bertujuan untuk mempertahankan bentuk
dan penampilan dari tanaman agar terlihat estetis. Berdasarkan jadwal dari SOP kerja pemeliharaan, pemangkasan perdu dan semak merupakan kegiatan satu
mingguan. Menurut Sulisyantara 2006 untuk pemangkasan perdu dan semak sebaiknya dilakukan satu bulan sekali. Hal ini telah dilakukan oleh tenaga kerja
pemelihara Taman Impian Tampan. Namun pada pelaksanaannya di lapang umumnya kontraktor lebih mementingkan standar penampilan kondisi lapang
daripada spesifikasi pekerjaan. Disamping itu perlu perhatian untuk area yang jarang atau terpencil tidak jarang ditemukan kondisi tanaman perdu atau semak
yang sangat membutuhkan pemangkasan. Hal ini perlu pengawasan yang lebih
81 ketat dari masing-masing pengawas mandor. Pemangkasan perdu dan semak
menggunakan gunting pangkas dan gunting stek. Gunting pangkas berfungsi untuk memangkas bagian atas pucuk tanaman dan bagian pinggirnya sehingga
hasil pangkasan data disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Sedangkan gunting stek berfungsi untuk memotong dahan, ranting, atau daun yang sudah tua
dan mati. Menurut Arifin dan Arifin 2005, waktu yang baik untuk pemangkasan adalah setelah musim berbunga. Hal ini telah dilakukan oleh tenaga kerja
pemelihara yang ditunjukkan dengan pemangkasan pada tanaman ruellia Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’ Gambar 27.
Gambar 27. Pemangkasan Tanaman Ruellia Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’ 3.
Pemangkasan Rumput Pada dasarnya rumput adalah tanaman yang paling mudah tumbuh di
taman. Sebaiknya, rumput tidak sampai berukuran tinggi dan dipenuhi rumput liar. Pemangkasan rumput bertujuan mendapatkan hamparan rumput yang
seragam, rapat, dan merata. Pemangkasan rumput pada kawasan rekreasi TIJA dilakukan secara rutin sehingga tidak sampai tumbuh bunga rumput Gambar 28.
Sistem kerja pemangkasan rumput berdasarkan zona pemeliharaan. Sebagai contoh di lapang yaitu zona I pada wilayah Tampan Barat dalam menyelesaikan
kegiatan pemangkasan rumput disesuaikan dengan luas area rumput yang terdapat pada zona, biasanya diberikan waktu selama satu minggu. Pada waktu berikutnya,
pekerja pindah ke zona lain untuk melakukan kegiatan pemangkasan rumput dan seterusnya.
Pada kawasan rekreasi TIJA jenis rumput yang sering digunakan yaitu rumput peking Agrotis stolonifer dan rumput gajah Axonopus compressus.
Pertumbuhan rumput gajah Axonopus compressus lebih cepat dari rumput
82 peking Agrotis stolonifer sehingga jadwal pemangkasan akan tentu berbeda.
Pemangkasan rumput peking Agrotis stolonifer dilakukan satu kali dalam dua minggu, sedangkan pemangkasan rumput gajah Axonopus compressus dilakukan
satu kali dalam satu minggu, sesuai dengan SOP kerja pemeliharaan. Alat yang digunakan untuk pemangkasan rumput adalah mesin pangkas gendong. Dalam
pengoperasian mesin pangkas gendong dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 2 orang, yang dijalankan oleh pekerja laki-laki.
Kegiatan Pemangkasan rumput pada kawasan rekreasi TIJA dapat dikatakan berjalan dengan baik karena hasil rumput yang dipotong tidak menjadi
kering. Rumput yang mati biasanya karena intensitas tekanan yang sering dilakukan pengunjung seperti menginjak, duduk, ataupun tidur di rumput.
Sebelum dilakukan pemangkasan rumput dengan mesin gendong sebaiknya lahan dibersihkan dari puing-puing atau benda yang keras agar mata pisau tidak lekas
rusak. Operator mesin gendong sebaiknya dilengkapi dengan kacamata dan masker penutup mulut sebagai pelindungi dari kecelakaan.
Gambar 28. Pemangkasan Rumput dengan Mesin Pangkas Gendong
G. Pendangiran dan Penyetikan
Kegiatan pendangiran merupakan kegiatan penggemburan tanah dan membalik tanah untuk memperbaiki aerasi tanah, keadaan air tanah dan granulasi
tanah agar tidak terjadi pemadatan tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma akibat penyiraman. Kegiatan pendangiran biasanya dilakukan bersamaan dengan
pengendalian gulma penyiangan gulma yang ada pada rumput Gambar 29. Kegiatan penyiangan gulma dilakukan dengan memangkas gulma dari bagian akar
sehingga gulma tidak dapat tumbuh kembali. Pendangiran dan pengendalian
83 gulma dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan dicabut langsung
gulmanya maupun menggunakan alat bantu berupa kape dan gatul. Kegiatan penyetikan adalah memotong bagian tanaman yang menyentuh
atau melewati perbatasan kanstin, atau lebih dikenal dengan pembuatan tali air edging. Pembuatan tali air ini dilakukan secara manual dengan menggunakan
alat bantu seperti kored dan kape. Penyetikan tanaman pohon dilakukan dengan membuat bongkaran dengan radius 50 cm disekeliling pangkal pohon, tergantung
ukuran pangkal pohon. Selain tanaman pohon penyetikan dengan pembuatan bokoran ini juga dilakukan terhadap tanaman perdu tunggal, sedangkan untuk
tanaman perdu yang ditanam secara massal dan tanaman hias dilakukan dengan cara membuat bedeng. Kegiatan pendangiran dan penyetikan kebutuhan
pemeliharaannya sudah cukup baik mengingat waktu yang dibutuhkan tidak sebentar dalam pengerjaannya. Hal tersebut perlu adanya pengawasan terhadap
kedisiplinan tenaga kerja karena harus mengatasi pengendalian gulma dengan kawasan yang luas secara rutin setiap harinya.
Gambar 29. Kegiatan Pendangiran dan Penyetikan pada Rumput
H. Pembibitan
Keperluan bahan tanaman baik dalam pembuatan taman maupun dalam pemeliharaannya, yaitu untuk mengganti tanaman yang mati dibutuhkan upaya
penyediaan bibit tanaman. Dalam menjaga kesinambungan penyediaan bibit tanaman khususnya untuk pemeliharaan taman diperlukan suatu kebun pembibitan
Arifin dan Arifin 2005. Kebun pembibitan atau nursery merupakan suatu tempat dengan kegiatan untuk memproduksi tanaman yang dapat menjamin keberlanjutan
permintaan tanaman untuk taman baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
84 TIJA memiliki pembibitan sendiri di dalam kawasan rekreasi TIJA untuk
memenuhi kebutuhan tanaman yang akan digunakan di lapang. Pengadaan pembibitan bertujuan untuk mengurangi pengeluaran dana yang berkenaan dengan
pembelian tanaman. Tempat pembibitan nursery yang terdapat di wilayah Taman Impian Tampan ada dua yaitu nursery Taman Impian dan nursery
Karnaval. Pembibitan ini dilakukan oleh 8 delapan tenaga kerja dari masing- masing kontraktor yang di awasi oleh Kepala Seksi Pembibitan. Adapun
pekerjaan yang dilakukan di pembibitan mencakup perbanyakan tanaman, penyiraman tanaman, pemupukan, pemberantasan hama disekitar pembibitan, dan
pencarian bibit tanaman ke lapangan Gambar 30. Selain itu kebersihan di dalam dan sekitar nursery merupakan tanggung jawab tenaga kerja nursery.
Tanaman awal yang digunakan untuk perbanyakan biasanya berasal dari tanaman yang terdapat di lapang sehingga perlu pencarian bibit yang bagus dan
biasanya mengambil tanaman yang sering digunakan pada kawasan rekreasi TIJA. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sternloff dan Warren 1984 yaitu suatu
perusahaan atau tempat rekreasi biasanya menyediakan tempat pembibitan sendiri dikarenakan jenis tanaman tertentu yang tak tersedia di nursery komersil. Jenis
tanaman yang tersedia pada pembibitan nursery dapat dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 30. Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Pembibitan
4.3.6 Anggaran Biaya Pemeliharaan
Penyusunan spesifikasi teknis dari rencana anggaran biaya pemeliharaan lanskap termasuk dalam proses pengelolaan lanskap. Menyusun suatu anggaran
biaya pemeliharaan perlu dilakukan secara rinci dan teliti sehingga dapat menghasilkan pemeliharaan yang maksimal. Rencana anggaran pemeliharaan
untuk kontraktor taman dan kebersihan disusun oleh Kepala Bagian dan Kepala
85 Seksi taman dan kebersihan Taman Impian setiap tahunnya dan disetujui oleh
General Manager Departemen Utilitas Kebersihan TIJA. Rencana anggaran pemeliharaan dibuat secara rinci berdasarkan jenis, kebutuhan, dan jumlah yang
diperlukan. Tujuan dari disusunnya anggaran biaya ini adalah mengalokasikan dana untuk seluruh kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien. Sumber dana
untuk anggaran biaya pemeliharaan berasal dari Departemen Treassure Kebendaharaan TIJA.
Menurut Arifin dan Arifin 2005, penyusunan rencana anggaran biaya pemeliharaan lanskap seharusnya sudah diperkirakan dan dipertimbangkan
sebelum perencanaan suatu area. Penyusunan anggaran biaya bergantung pada luasan area taman, desain taman dan penggunaan elemen taman, kelengkapan dan
efektivitas peralatan pemeliharaan, bahan habis pakai, standar biaya tenaga kerja harian, honorer, dan tetap, biaya tenaga supervisor dan tenaga ahli. Hal tersebut
sesuai yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam menyusun rencana anggaran biaya yaitu terlihat pada perhitungan analisis harga satuan Lampiran 9. Harga
satuan ini diperoleh dari negosiasi antara pengelola dan kontraktor dengan mempertimbangkan kemampuan tenaga kerja per hari dengan upah tenaga kerja
UMR yang dibayarkan langsung oleh pengawas mandor, harga peralatan dan bahan yang digunakan dengan jangka waktu ekonomisnya serta frekuensi
pekerjaan. Besarnya anggaran biaya pemeliharaan taman dan kebersihan Tampan dari
tiap kontraktor memiliki nilai kontrak yang berbeda sesuai dengan luasan wilayah pemeliharaan Tabel 15. Dengan biaya seperti ini dirasa sudah cukup memadai,
selain itu diimbangi pula dengan penyesuaian terhadap penggunaannya untuk menunjang keberlangsungan dari suatu kawasan rekreasi.
Tabel 15. Anggaran Biaya Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan
No Nama
Kontraktor Nomor SPK
Kontrak Item
Pekerjaan Periode
Pelaksanaan Nilai kontrak
per bulan Rp Total kontrak
Rp
1 PT. Multi
Cipta Grahamas
224SPK- UTV2011
Taman dan Kebersihan
Tampan Barat 1 Mei 2011 - 30
April 2012 236.500.000
2.838.000.000 2
PT. Total Landscape
Persada 225SPK-
UTV2011 Taman dan
Kebersihan Tampan Timur
1 Mei 2011 - 30 April 2012
218.840.417 2.626.085.000
3 PT. Citra
Mutia Mandiri 222SPK-
UTV2011 Taman dan
Kebersihan Karnaval
1 Mei 2011 - 30 April 2012
93.019.117 1.116.229.400
Sumber: Departemen Utilitas Kebersihan TIJA 2012
86
4.3.7 Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan Pengawasan pekerjaan pemeliharaan
Keberhasilan pengelolaan suatu lanskap dapat didukung oleh pelaksanaan kegiatan pengawasan dan evaluasi terhadap pekerjaan pemeliharaan lanskap.
Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara rutin setiap hari. Kepala Seksi taman dan kebersihan Tampan menjabat sebagai pengawas staf yang bertanggung jawab
terhadap seluruh perawatan taman dan kebersihan dari segala kekurangan yang terjadi di lapang, mengawasi kinerja dari pengawas kontraktor mandor, serta
bekerjasama dengan pengawas kontraktor mandor dalam memantau pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di lapang. Sedangkan pengawas kontraktor mandor
bertanggung jawab atas wilayah pemeliharaan dan kinerja para tenaga kerja taman dan kebersihan. Pengawasan dilakukan dengan berkeliling di setiap wilayah
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawasan merupakan bagian utuh dari rangkaian proses internal terus-
menerus dalam pengumpulan informasi, pencatatan dan pelaporan terhadap kondisi yang ada di lapangan Arifin et al. 2007. Pengawasan bertujuan untuk
melakukan pemantauan pekerjaan harian, pengecekan absensi tenaga kerja pelaksana, mengoreksi kinerja tenaga kerja apabila terdapat kesalahan dalam
proses pengerjaan pemeliharaan dan memerintahkan tenaga kerja untuk mengisi zona kerja apabila area pemeliharaan tersebut tidak terdapat pekerja kosong.
Pengawas juga harus mengurusi segala keluhan tenaga kerja mengenai permasalahan gaji yang seringkali proses pembayarannya terlambat. Pengecekan
terhadap perlengkapan atribut kerja yang digunakan seperti seragam, sepatu, topi, dan kartu pengenal kurang diperhatikan oleh pengawas.
Pengawas mandor hendaknya selalu ada di lokasi wilayah pemeliharaan sehingga dapat memberitahu cara-cara pemeliharaan yang benar agar
pemeliharaan dapat segera dikerjakan. Pengawasan pun dilakukan agar dapat mengevaluasi efektivitas kerja tenaga kerja pada suatu area yang menjadi
tanggungjawabnya sehingga dapat memantau tenaga kerja yang kinerjanya kurang baik. Pengawas berhak mengajukan rekomendasi pemecatan karena alasan
tertentu pada tenaga kerja jika kinerja tidak baik. Biasanya rekomendasi pemecatan dilakukan saat pergantian kontraktor baru.
87
Evaluasi pekerjaan pemeliharaan
Menurut Arifin et al. 2007 evaluasi adalah suatu proses untuk menaksir kinerja dan keluaran yang dihasilkan oleh suatu program atau kegiatan
pengelolaan taman. Evaluasi menguji kesesuaian kondisi taman dengan rencana rancangan taman dan kualitas standar, memberi masukan untuk memperbaiki
permasalahan yang ada dan membantu pengelolaan untuk perencanaan mendatang.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan yaitu berupa kegiatan pemeriksaan hasil kerja tiap hari secara tertulis. Evaluasi harian dilakukan di lapang yaitu dengan
sistem checklist. Kegiatan ini dilakukan oleh pengawas staf dan pengawas kontraktor mandor, hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dan
bersifat lebih transparan dalam melakukan penilaian. Acuan pemeriksaan hasil kerja pada pelaksanaan checklist yaitu SOP kerja pemeliharaan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Utilitas Kebersihan. Checklist yang digunakan dalam pemeliharaan taman dan kebersihan adalah checklist pekerjaan harian,
checklist tenaga kerja, dan checklist alat kerja Lampiran 10. Checklist pekerjaan harian bertujuan untuk memantau hasil pekerjaan tenaga kerja terhadap
pemeliharaan taman dan kebersihan terkait dengan kebersihan, keindahan, kenyamanan, dan keamanan di area kawasan rekreasi Tampan. Checklist tenaga
kerja bertujuan untuk memantau jumlah tenaga kerja pada saat pelaksanaan pemeliharaan dan melihat kompetensi tenaga kerja, baik itu dalam pengetahuan
tentang pekerjaan pemeliharaan maupun cara penerapannya. Checklist alat kerja bertujuan untuk memantau kelengkapan, jumlah dan kondisi alat kerja yang
digunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan. Tujuan dari keseluruhan checklist ini agar pada akhir periode semua pekerjaan telah selesai dan sesuai dengan SOP
kerja pemeliharaan. Namun pada pengamatan lapang, sistem checklist tidak berjalan efektif seperti kegiatan checklist hanya dilakukan oleh pengawas
kontraktor mandor tanpa didampingi oleh pengawas staf. Hal ini diperlukan pengawasan yang lebih ketat dari Kepala Bidang Manager dan Kepala Bagian
taman dan kebersihan Tampan serta meningkatkan kedisiplinan dan keseriusan akan tanggung jawab tugas yang harus dijalankan.
88 Kegiatan evaluasi di lapang dilakukan dengan cara pertemuan antara
tenaga kerja dan pengawas untuk membahas segala hal yang kaitannya tentang taman dan kebersihan. Pertemuan ini bersifat insidental yang dilaksanakan apabila
terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam pekerjaan yang masih harus diperbaiki dan menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh tenaga kerja yang
berpengaruh pada hasil kerja di lapang. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan terjadinya kesalahan pekerjaan pemeliharaan agar pengerjaannya dapat
diselesaikan sesuai dengan target pemeliharaan. Keseluruhan kegiatan evaluasi dilaksanakan agar pelaksanaan
pemeliharaan menjadi lebih baik dan pihak pengelola lebih mudah untuk memberi arahan pemeliharaan yang sesuai kepada masing-masing pengawas mandor.
Apabila terdapat beberapa kondisi lapang baik taman maupun kebersihan yang tidak memenuhi SOP kerja pemeliharaan, pengelola akan memberikan catatan
kepada kontraktor tersebut. Catatanteguran tersebut apabila diabaikan dan tidak ditindaklanjuti maka akan dikenakan peringatan lanjutan. Jenis peringatan berupa
pemberian memo berdasarkan tingkat kesalahan yang dilakukan dibagi menjadi 3 jenis, yakni memo biru dikeluarkan setelah diberi teguran lisantertulis dengan
denda yang dikenakan senilai Rp. 1.500.000, memo kuning merupakan peringatan lanjutan yang dikeluarkan apabila telah menerima memo biru dengan denda yang
dikenakan senilai Rp. 2.000.000, dan memo merah dikeluarkan apabila telah menerima memo kuning dengan denda yang dikenakan senilai Rp. 3.000.000.
Memo dapat dikeluarkan tanpa surat teguran sesuai dengan keadaan urgensi di lapang. Memo kuning dan merah dapat langsung dikeluarkan tanpa melalui
tahapan terlebih dahulu, sesuai dengan keadaan urgensi di lapang. Teguran di lapang harus dilampiri bukti administratif berupa checklist dan foto keadaan area.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dan lebih menyadari rasa tanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan. Selama periode magang, tidak ada
kontraktor yang mendapatkan memo, karena cukup ditegur mereka langsung menindaklanjuti teguran tersebut, biasanya teguran dilakukan oleh pimpinan dari
pihak pengelola. Kepala Bidang, Kepala Bagian, dan Kepala Seksi pengawas staf
bersama-sama melakukan inspeksi dengan mengawasi lapang secara langsung.
89 Biasanya dilakukan minimal satu kali dalam sebulan untuk melihat hasil
pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai standar penampilan serta mencari permasalahan-permasalahan yang terdapat di kawasan rekreasi. Dalam
pelaksanaan inspeksi, pengelola membawa form penilaian kontraktor yang nantinya akan didiskusikan dalam rapat. Form penilaian kontraktor bertujuan
untuk mengetahui kinerja kontraktor dan diharapkan kontraktor dapat menjadi lebih baik dalam pekerjaan untuk periode selanjutnya Lampiran 11. Form
penilaian kontraktor ini berisi penilaian mengenai kriteria umum dan kriteria khusus lingkup pekerjaan serta catatan pemberian memo dan catatan-catatan
penting selama pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh General Manager, Kepala
Bidang Manager, Kepala Bagian, dan Kepala Seksi pengawas staf untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang ada serta pemberitahuan tentang
perubahan instruksi.
4.3.8 Kapasitas dan Efektivitas Kerja Pelaksanaan Pemeliharaan
Keberhasilan dalam pemeliharaan dipengaruhi oleh sumber daya manusia sebagai tenaga kerja pelaksana pemeliharaan. Efektivitas kerja para operator
taman menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman yang dilakukan. Apabila operator bekerja dengan efektif sesuai dengan kemampuan tenaga dan
keterampilannya maka biaya pemeliharaan yang dianggarkan mungkin dapat dimanfaatkan secara optimal. Efektivitas kerja operator pemeliharaan taman
sangat ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut Arifin dan Arifin 2005: 1.
motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki para operator pemeliharaan taman;
2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman;
3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan;
4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan;
5. kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor dan antara
mandor dengan operatorpekerja pemeliharaan taman di lapangan. Waktu efektif adalah waktu yang dipergunakan secara produktif untuk
melakukan pekerjaan pemeliharaan. Waktu efektif kerja pelaksanaan pekerjaan
90 pemeliharaan sekitar 8 jam setiap harinya. Perhitungan kapasitas kerja
membutuhkan tiga elemen yakni hasil luasan pekerjaan yang dilakukan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
pekerjaan pemeliharaan tersebut. Adapun Kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
� � � � � = � � �� 2
�ℎ � ��� � � � � � ��
�
Kapasitas dan efektivitas kerja merupakan dua faktor yang perlu diperhitungkan dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan. Sehingga hasil kerja
yang dihasilkan dari suatu pekerjaan pemeliharaan dan sistem yang berlaku dapat mencapai nilai yang optimal. Untuk mengetahui kualitas kerja kontraktor
pemeliharaan di Taman Impian dapat dilakukan analisis kapasitas kerja berdasarkan pengamatan dilapang. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan
standar kapasitas kerja ideal berdasarkan Arifin dan Arifin 2005 Tabel 16. Tabel 16. Perbandingan Kapasitas Kerja Kegiatan Pemeliharaan
No Jenis Pekerjaan
Pemeliharaan Pustaka
Kontraktor A Kontraktor B
Kontraktor C KK
jamorg KK
jamorg EF
KK jamorg
EF KK
jamorg EF
1 Penyapuan rumput
400 m
2
428 m
2
107 440 m
2
110 420 m
2
105 2
Penyapuan perkerasanjalan 800 m
2
958 m
2
120 980 m
2
123 978 m
2
122,3 3
Penyiraman dengan menggunakan mobil tangki
700 m
2
717 m
2
102 751 m
2
107 725 m
2
103,6 4
Penyiraman pohon dengan selang plastik
15 pohon 11 pohon
73 14 pohon
93 13 pohon
86,7 5
Pemangkasan rumput dengan mesin gendong
250 m
2
245 m
2
98 350 m
2
140 322 m
2
129 6
Pemangkasan semak dan tanaman penutup tanah
dengan gunting pangkas 10 m
2
7 m
2
70 7,5 m
2
75 7,1 m
2
71 7
Pemangkasan pohon dengan menggunakan gergaji galah
- 20 pohon
- 25 pohon
- 22 pohon
- 8
Penyiangan dan pendangiran tanaman semak dan penutup
tanah dengan kored 40 m
2
38 m
2
95 58 m
2
145 52 m
2
130 9
Penyemprotan pestisida pada tanaman penutup tanah
dengan sprayer gendong 500 m
2
298 m
2
60 390 m
2
78 320 m
2
64 10
Pemupukan pupuk anorganik pada rumput dan tanaman
penutup tanah 200 m
2
120 m
2
60 120 m
2
60 125 m
2
62.5 11
Penyulaman tanaman rumput lempeng
10 m
2
10 m
2
100 16 m
2
160 12 m
2
120 12
Penyulaman semak dan tanaman penutup tanah
3 m
2
2,8 m
2
93,3 4 m
2
133 3 m
2
100 Keterangan :
Sumber : =
Tidak disebutkan Pustaka
= Arifin dan Arifin 2005
Kontraktor A =
PT Multi Cipta Grahamas Kontraktor B
= PT Total Landscape Persada
EF =
KK x 100 Kontraktor C
= PT Citra Mutia Mandiri
Pustaka KK
= Kapasitas Kerja
EF =
Efektivitas Kerja
91
Dengan mengetahui kapasitas kerja maka dapat direncanakan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan luasan taman yang akan dipelihara.
Berdasarkan perbandingan kapasitas kerja antara pengamatan lapang dan pustaka maka efektivitas pekerjaan terbagi menjadi dua, yaitu pekerjaan yang dilakukan
secara efektif diatas 100 dan pekerjaan yang dilakukan secara tidak efektif dibawah 100.
Perbedaan kapasitas kerja yang didapat dari hasil perhitungan pada Tabel 16, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kemampuan dan pengetahuan tenaga kerja yang berbeda-beda
Masing-masing tenaga kerja memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap hasil dan kapasitas kerja yang diperoleh.
2. Umur Mesin
Masa efektif dari mesin pangkas gendong kurang lebih selama 3 tahun, setelah lewat dari masa efektifnya mesin ini masih dapat digunakan, tetapi perlu
dirawat secara intensif. 3.
Kondisi cuaca Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tercapainya target pekerjaan
seperti pada musim hujan pertumbuhan gulma sangat cepat sedangkan waktu kerja untuk tenaga kerja berkurang disebabkan turunnya hujan.
4. Ketahanan tubuh tenaga kerja
Umur serta kondisi fisik dari pekerja akan mempengaruhi terhadap luasan yang didapat.
5. Tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan
Kurangnya kedisiplinan tenag kerja dalam mengatur waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga banyak waktu yang terbuang. Dalam
hal ini dibutuhkan loyalitas yang tinggi bagi pekerja terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Pengawasan dan pengarahan dari mandor
Latar belakang pendidikan pengawas lapang sangat mendukung penguasaan terhadap permasalahan yang dijumpai di lapang. Pengawas dituntut bekerja
secara aktif, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi permasalahan di lapang.
92 7.
Motivasi kerja Keterlambatan pembayaran gaji tenaga kerja juga sangat berpengaruh
terhadap hasil kerja di lapang, Hal ini perlu diperhatikan bagi masing-masing kontraktor.
4.3.9 Karakteristik dan Persepsi Pengunjung Pengunjung merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dari suatu kawasan rekreasi. Untuk mengetahui persepsi pengunjung TIJA maka dilakukan penyebaran kuisioner dengan metode
purposive sampling. Pengambilan sampel dengan tujuan tertentu dan unsur random tidak berperan penuh Nasir 1999. Responden yang mengisi kuesioner
ditetapkan sejumlah 30 orang pengunjung terdiri dari 15 orang perempuan 50 dan 15 orang laki-laki 50, dengan kelompok umur pengunjung 15-24 tahun
sebanyak 57, sebanyak 47 pengunjung dengan pendidikan SMA dan mayoritas pengunjung berasal dari wilayah Jabodetabek 67.
Frekuensi kunjungan ke TIJA dalam satu tahun yaitu 50 pengunjung menjawab 6 bulan sekali. Sebanyak 87 responden mengunjungi TIJA dengan
tujuan rekreasibermain yang dilakukan pada saat liburan sekolah dan libur hari nasional bersama teman 44 dan keluarga 40. Sebanyak 43 responden
mengatakan aktivitas yang dilakukan saat rekreasi yaitu aktivitas fisik seperti bermain, berenang, dan jogging. Hal ini dikarenakan atraksi rekreasi yang
disediakan sangat berhubungan dengan kegiatan fisik yaitu didukung dengan adanya laut dan pantai yang merupakan lanskap alami dari TIJA. Dari tingkat
kepuasan pengunjung saat datang dan berekreasi di TIJA diperoleh sebanyak 50 pengunjung menyatakan cukup puas. Namun hal ini perlu diperhatikan oleh
pengelola TIJA untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung agar tetap merasa puas saat berekreasi.
Pengunjung yang mengetahui keberadaan TIJA diperoleh sebanyak 47 pengunjung mengetahui TIJA dari teman, 37 pengunjung mengetahui TIJA dari
iklan, 6 pengunjung mengetahui TIJA dari internetwebsite, sedangkan 10 pengunjung menjawab lainnya yang mayoritas mengetahui keberadaan TIJA dari
keluarga terdekat maupun karena lokasi kawasan rekreasi berdekatan dengan
93 tempat tinggal pengunjung Gambar 31. Dari hasil tersebut terlihat bahwa
promosi melalui mulut ke mulut dinilai cukup efektif karena dapat memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah pengunjung TIJA. Promosi melalui iklan
sudah cukup efektif namun masih perlu ditingkatkan karena tingkat frekuensi periklanan yang terbilang rendah. Sedangkan promosi melalui internetwebsite
dinilai masih kurang efektif karena budaya masyarakat lokal yang masih belum dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi
pihak pengelola untuk meningkatkan pemasaran dan promosi. Pemasaran dan promosi yang baik akan berdampak pada peningkatan nilai jual kawasan rekreasi
TIJA.
Gambar 31. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan yang Mengetahui Keberadaan TIJA
Berdasarkan hasil survei persepsi pengunjung terhadap keindahan Gambar 32 dan kenyamanan Gambar 33, sebagian pengunjung menyatakan bahwa
kawasan rekreasi TIJA cukup indah 33,3 dan cukup nyaman 33,3. Namun tidak sedikit yang menyatakan bahwa terdapat area yang kurang indah 50 dan
kurang nyaman 36,7. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan terhadap kualitas lingkungan kawasan rekreasi sehingga akan tercipta suatu kenyamanan
bagi para pengunjung.
Gambar 32. Persepsi Pengunjung terhadap Keindahan
47 37
6 10
Teman Iklan
Internetwebsite Lainnya
5 10
15 20
Tidak indah Kurang
indah Cukup
indah Indah
Sangat indah
Ju m
la h
P e
n g
u n
ju n
g
Tingkat keindahan
94
Gambar 33. Persepsi Pengunjung terhadap Kenyamanan Salah satu faktor yang penting dari kawasan rekreasi yaitu kondisi fisik dari
fasilitas yang disediakan di TIJA yang meliputi tempat duduk, tempat bermain, toilet, tempat makan, tempat ibadahmushola, ketersediaan tempat sampah, area
parkir, dan shelter Gambar 34. Berdasarkan hasil survei dengan pengunjung, diperoleh bahwa kondisi fungsional dan estetika dari tempat duduk sebanyak 20
pengunjung menyatakan tidak baik, 30 pengunjung menyatakan kurang baik, 26,7 pengunjung menyatakan cukup baik dan 23,3 pengunjung menyatakan
baik. Hal ini menunjukkan bahwa tempat duduk yang berada pada area pantai kurang berfungsi dengan baik dan keadaan materialnya kurang bagus rusak juga
disekitar tempat duduk tidak ditanami pepohonan yang dapat meneduhkan, terbukti dari sebagian pengunjung memilih untuk duduk di hamparan pasir. Dalam
hal ini memerlukan peningkatan pemeliharaan agar kondisinya menjadi lebih baik.
Persepsi pengunjung terhadap toilet diperoleh sebanyak 13,3 pengunjung menyatakan tidak baik, 23,3 pengunjung menyatakan kurang baik, 30
pengunjung menyatakan cukup baik, 23,3 pengunjung menyatakan baik, dan 10 pengunjung menyatakan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa toilet di
kawasan rekreasi TIJA sudah cukup baik, sejalan dengan adanya kontraktor yang berfokus pada kebersihan toilet. Namun tidak sedikit yang menyatakan toilet
dalam keadaan tidak baik. Dalam hal ini pihak pengelola harus lebih memperhatikan akan kebutuhan pengunjung terhadap toilet dan tetap
meningkatkan pemeliharaannya agar menjadi lebih baik. Persepsi pengunjung terhadap fasilitas tempat makan seperti kafe dan resto
diperoleh sebanyak 10 pengunjung menyatakan tidak baik, 26,7 pengunjung
5 10
15
Tidak nyaman
Kurang nyaman
Cukup nyaman
Nyaman Sangat
nyaman
Ju m
la h
P e
n g
u n
ju n
g
Tingkat kenyamanan
95 menyatakan kurang baik, 30 pengunjung menyatakan cukup baik, 26,7
pengunjung menyatakan baik, dan 6,6 pengunjung menyatakan sangat baik. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapang yang terbukti dari tempat makan pada
kawasan rekreasi sudah memadai bahkan sebagian besar memiliki ciri khas yang memanfaatkan view laut. Namun perlu juga peningkatan terhadap pemeliharaan
agar tetap terlihat menarik dan penempatan dari kios-kios harus diperhatikan karena kondisinya yang terlalu crowded. Pada beberapa titik lokasi tempat makan
menghalangi jogging track. Persepsi pengunjung terhadap tempat ibadahmushola diperoleh sebanyak
10 pengunjung menyatakan kurang baik, 53,3 pengunjung menyatakan cukup baik, 30 pengunjung menyatakan baik, 6,7 pengunjung menyatakan sangat
baik. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas tempat ibadah sudah cukup baik. Hal ini sesuai dengan di lapang, mushola maupun tempat wudhu dalam keadaan bersih
dan terawat serta disediakan pula alat sholat. Untuk memberikan kenyamanan yang lebih baik lagi maka perlu peningkatan terhadap pemeliharaan fasilitas agar
pengunjung tetap merasa nyaman. Persepsi pengunjung terhadap tempat sampah diperoleh sebanyak 26,7
pengunjung menyatakan kurang baik, 36,6 pengunjung menyatakan cukup baik, 26,7 pengunjung menyatakan baik, dan 10 pengunjung yang menyatakan
sangat baik. Dalam hal ini pada area pantai perlu diperhatikan dari ketersediaan tempat sampah karena letaknya yang bisa dipindah-pindahkan sehingga banyak
tong sampah yang tidak terdapat pada tempat yang sebenarnya, ini menyebabkan pengunjung sulit untuk menemukan tempat sampah dan akhirnya membuang pada
sembarang tempat. Sedangkan pada area jalan protokol ketersediaan tempat sampah sudah cukup baik, pada setiap titik lokasi terdapat tempat sampah yang
dibedakan dengan 3 jenis sampah tiap tongnya, yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah sisa makanan. Dengan adanya jenis sampah seperti ini
akan memberikan dampak kedisiplinan terhadap pengunjung untuk menjaga kebersihan lingkungan rekreasi. Namun perlu diperhatikan dari kebersihan fisik
dari tempat sampah yang harus di lap atau di pelihara agar tetap bersih dan tidak berbau.
96 Persepsi pengunjung terhadap area parkir diperoleh sebanyak 26,7
pengunjung menyatakan kurang baik, 40 pengunjung menyatakan cukup baik, 30 pengunjung menyatakan baik, dan hanya 3,3 yang menyatakan sangat baik.
Luasan area parkir sudah memadai untuk menyimpan kendaraan pengunjung, serta di lengkapi dengan sistem keamanan yang di jaga oleh security. Hal ini
dilakukan untuk memberi rasa aman dan nyaman ketika pengujung berekreasi. Namun perlu diperhatikan terhadap perkerasan yang rusak untuk segera diganti
demi keamanan pengunjung serta pemeliharaan yang perlu ditingkatkan. Persepsi pengunjung terhadap shelter bus wara-wiri diperoleh sebanyak
30 pengunjung menyatakan cukup baik, 16,7 pengunjung menyatakan baik, dan tidak sedikit pula pengunjung yang menyatakan kurang baik 33,3 dan
tidak baik 20. Hal ini menunjukkan bahwa shelter bus ini keadaannya kurang baik dan kurang terawat, namun pengunjung tetap menyatakan cukup baik dari
segi fungsional yang memberikan kemudahan keliling kawasan rekreasi dengan adanya shelter bus ini. Namun pada pengamatan lapang, shelter ini terkadang
digunakan untuk tempat berkumpul. Hal ini memerlukan perhatian dari pihak pengelola agar meningkatkan kualitas kondisi shelter demi terciptanya suatu
kenyamanan dan pengembalian fungsi dari shelter sebagai tempat untuk naik- turun pengunjung dari bus.
Gambar 34. Persepsi Pengunjung Terhadap Kondisi Fisik Fasilitas
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Tidak baik Kurang baik
Cukup baik
Baik Sangat
baik Jum
la h P
e ng
unj ung
Tempat duduk Toilet
Tempat makan Tempat ibadahmushola
Tempat sampah Area parkir
Shelter bus
97 Harapan pengunjung merupakan kepedulian sekaligus aspirasi dari
pengunjung terhadap keberlanjutan kawasan TIJA. Berdasarkan hasil survei diperoleh sebanyak 10 pengunjung memiliki harapan terhadap aspek harga tiket
masuk lebih terjangkau, 13 pengunjung pada aspek peningkatan kualitas pelayanan, 44 pengunjung pada peningkatan kualitas fasilitas rekreasi, dan 33
pengunjung pada aspek kepedulian terhadap lingkungan rekreasi Gambar 35. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung memiliki harapan terhadap
peningkatan kualitas fasilitas rekreasi karena masih terdapat fasilitas yang kurang terpelihara seperti tempat duduk, toilet, shelter, dan sebagainya. Persentase
selanjutnya disusul oleh pengunjung yang memiliki harapan terhadap peningkatan kualitas lingkungan rekreasi yang biasanya mengalami penurunan saat lanskap
rereasi menerima pengunjung dalam jumlah yang besar. Harapan lainnya terhadap aspek peningkatan kualitas pelayanan yang penting untuk diperhatikan agar dapat
menarik minat pengunjung seperti keramahan dan keterampilan dari jasa pelayanan sehingga pengunjung tetap nyaman berada di kawasan rekreasi.
Selanjutnya terhadap aspek harga, sebagian pengunjung menilai harga masuk TIJA cukup terjangkau dan dapat dinikmati oleh semua golongan masyarakat. Hal
ini perlu disesuaikan dengan peningkatan dari aspek fasilitas maupun pelayanan yang diberikan.
Gambar 35. Harapan Pengunjung Terhadap TIJA
10 13
44 33
Harga tiket masuk lebih terjangkau Peningkatan kualitas pelayanan
Peningkatan kualitas fasilitas rekreasi Kepedulian terhadap lingkungan rekreasi
98
4.3.10 Formulasi Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian A. Tahap Masukan
Input Stage
Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Identifikasi faktor internal berupa kekuatan strengths dan kelemahan
weaknesses dan faktor eksternal berupa peluang opportunities dan ancaman threats pengelolaan lanskap Taman Impian yang diperoleh berdasarkan hasil
survei lapang, penyebaran kuesioner pengunjung dan wawancara dengan pihak pengelola Taman Impian. Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Lanskap Taman Impian
Kekuatan Kelemahan
Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik
SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif
Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor
Terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman
Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif
Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh
tenaga kerja yang berpengalaman Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero
Waste Sistem manajerial administrasi tertata
dengan baik
Peluang Ancaman
Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta
Adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain
Kemudahan aksesibilitas Adanya gangguan akibat faktor alam dan
perubahan iklim Adanya musim liburan
Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang
Kerjasama dengan berbagai pihak
Kekuatan 1.
Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik Secara umum pembagian wilayah pemeliharaan Taman Impian dianggap
baik karena mampu mempermudah tenaga kerja, pengawas mandor dan pengawas staf untuk melakukan kegiatan pemeliharaan sesuai dengan SOP kerja
pemeliharaan yang berlaku. Hal ini akan mendukung terciptanya suatu kualitas dan kuantitas lanskap yang tetap stabil di TIJA sebagai kawasan rekreasi.
99 2.
Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor Bermitra dengan kontraktor memiliki keuntungan dari segi penyediaan alat
dan bahan pemeliharaan lanskap serta pengaturan tenaga kerja yang merupakan tanggung jawab kontraktor sehingga untuk kawasan rekreasi yang memiliki lahan
yang sangat luas, sistem kontrak seperti ini sangat efektif dalam penerapan pemeliharaan lanskap.
3. Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif
Dalam pengembangan kawasan rekreasi dibutuhkan pemasaran dan promosi. Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik,
sehingga produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen, sedangkan promosi untuk mendorong kegiatan rekreasi. Dalam hal ini, Taman
Impian Jaya Ancol telah melakukan pemasaran dan promosi dengan cukup baik dilihat dari wawancara pengunjung yang mengetahui kawasan rekreasi ini melalui
media massa, internet maupun dari mulut ke mulut. 4.
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman Penggunaan tenaga kerja pelaksana biasanya tetap mengikuti tahun-tahun
sebelumya. Hampir seluruh tenaga kerja pelaksana pemeliharaan telah memiliki pengalaman dalam penanganan pemeliharaan khususnya di kawasan rekreasi
TIJA dalam kurun waktu yang cukup lama minimal 2 tahun. Bekerja berdasarkan pengalaman tersebut berguna untuk meningkatkan penguasaan
terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya sehingga diharapkan akan mencapai efektivitas kerja yang optimal.
5. Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste
Konsep pengelolaan Ancol Zero Waste merupakan konsep yang mendukung pencapaian program Ancol Green Company dalam pengurangan
beban lingkungan dengan melakukan pengelolaan secara swadaya, peningkatan efisiensi usaha dengan mengubah pola cost center menjadi profit center, serta
sinergi pengelolaan lingkungan dengan masyarakat sekitar. Penanganan sampah di kawasan rekreasi TIJA dengan penyediaan tempat sampah dengan tiga jenis yaitu
sampah daun composting, sampah daur ulang recycle, dan sampah lain-lain everything else. Pengelolaan sampah dengan sistem seperti ini sangat baik untuk
mendukung terciptanya lanskap yang berkelanjutan.
100 6.
Sistem manajerial administrasi tertata dengan baik Pencatatan administrasi sudah tertata dengan baik dan rapi. Adapun
manajerial administrasi yang dilakukan dalam proses pembayaran kontraktor maupun pembelian barangjasa secara langsung sudah berjalan sesuai prosedur
yang berlaku. Adapun semua hal yang berkaitan dengan administrasi tercantum di beberapa buku jalan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pencatatan administrasi yang
baik merupakan suatu kekuatan bagi TIJA karena dokumentasi administrasi yang tertata dengan baik tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari dan dapat
memantau sistem administrasi dengan baik.
Kelemahan 1.
SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif mengingat masih terdapat
pekerjaan yang kurang memenuhi standar. Jadwal pemeliharaan pun masih terdapat ketidakcocokan terhadap SOP kerja pemeliharaan yang ada dan yang
dilaksanakan di lapang. Sebagian tenaga kerja juga perlu peningkatan terhadap kedisiplinan akan tanggung jawab dari masing-masing tugas pemeliharaan.
2. Terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman
Menurut hasil kuesioner dari pemilaian pengunjung terhadap keindahan dan kenyamanan pengunjung, cukup banyak pengunjung yang menyatakan
terdapat beberapa lanskap yang kurang memiliki tingkat keindahan yang alami dan dirasa mengganggu kenyamanan.
3. Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik
Menurut hasil kuesioner dari pemilaian pengunjung terhadap kondisi fasilitas rekreasi cenderung menyatakan kurang baik. Beberapa fasilitas seperti
tempat dudukbangku taman, tempat bermain, toilet, tempat makan, tempat ibadah, tempat sampah, area parkir, dan shelter seharusnya menjadi alat
penunjang dari kegiatan rekreasi sehingga perlu perhatian pada pemeliharaannya. Kurangnya pemeliharaan pada fasilitas-fasilitas tersebut dapat mengganggu
kenyamanan pengunjung.
101 Peluang
1. Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta
Taman Impian Jaya Ancol memiliki lanskap pantai yang lokasinya jarang berada di tengah hiruk pikuk kota Jakarta sehingga memiliki daya tarik tersendiri
untuk dikunjungi. 2.
Kemudahan aksesibilitas Akses jalur tol Tanjung Priuk dan beroperasinya Transjakarta Busway
lebih memudahkan pengunjung dalam mencapai kawasan rekreasi TIJA. 3.
Adanya musim liburan Peningkatan jumlah pengunjung terjadi ketika adanya musim liburan
seperti liburan sekolah dan libur hari nasional hari besar keagamaan sehingga menyebabkan kawasan rekreasi menjadi padat oleh pengunjung. Hal ini
merupakan peluang positif bagi kawasan rekreasi TIJA. 4.
Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang Menurut data dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan 2010, trend
pariwisata tahun 2020 diperkirakan untuk perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. Diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan Asia-
Pasifik. Melihat jumlah wisatawan yang sedemikian besar, maka kondisi ini memberikan peluang bagi industri pariwisata di Indonesia khususnya kawasan
rekreasi Taman Impian Jaya Ancol dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.
5. Kerjasama dengan berbagai pihak
Kerjasama yang dilakukan TIJA dengan pihak pemerintah yaitu pelaksanaan aksi bersih-bersih Ancol dengan mengajak masyarakat agar menjaga
kebersihan kawasan pantai sehingga kelestarian dari laut dan pantai Ancol dapat dinikmati dan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung. Selain itu pihak
pengelola juga melakukan kerjasama dengan Dinas Peternakan untuk menjaga lingkungan Ancol agar tetap bersih dan nyaman melalui kegiatan penangkapan
satwa liar di sekitar kawasan rekreasi TIJA.
102 Ancaman
1. Adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain
Tempat rekreasi lain yang ada mampu menjadi pesaing dari kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol. Persaingan antar rekreasi semakin ketat, hal
ini dipicu dengan banyaknya tempat rekreasi yang bermunculan. 2.
Adanya gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim Faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu sangat berpengaruh pada target
penyelesaian proses pemeliharaan yang berlangsung, terutama pada musim hujan yang sewaktu-waktu dapat menghentikan berjalannya kegiatan pemeliharaan.
Pada musim angin barat, arah angin dan arus air laut mengarah ke kawasan TIJA menyebabkan sampah terbawa kearah pantai sehingga pemandangan sekitar
lingkungan pantai menjadi kotor, ini dapat menjadi faktor pembatas pengunjung dalam menikmati panorama laut. Hal ini biasanya terjadi pada awal tahun atau
musim angin barat. Faktor alam yang terjadi biasanya seperti pasang surut laut yang dapat menyebabkan keselamatan dan kenyamanan dari pengunjung
terganggu.
Analisis Matriks IFE dan EFE Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peran dari faktor
internal berupa kekuatan dan kelemahan pada pengelolaan lanskap Taman Impian. Sedangkan matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi seberapa besar
pengaruh faktor eksternal yaitu berupa peluang dan ancaman bagi Taman Impian. Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal kemudian dilakukan
pemberian kuesioner untuk pengisian bobot dan peringkat rating dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada Taman Impian. Kuesioner
diberikan kepada tiga responden internal yang berasal dari Departemen Utilitas Kebersihan TIJA.
Pengisian kuesioner dilakukan untuk mendapatkan bobot dan peringkat rating dari setiap variabel dengan metode Paired Comparison Matrix. Nilai
bobot yang diperoleh dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai bobot rata-rata dengan menjumlahkan nilai bobot setiap responden dari masing-masing variabel
lalu dibagi dengan jumlah responden. Langkah tersebut juga dilakukan dalam
103 pemberian peringkat rating untuk mendapatkan nilai peringkat rating rata-rata.
Nilai bobot rata-rata dan peringkat rating rata-rata dibutuhkan untuk mendapatkan nilai skor dengan cara mengalikan antara nilai bobot rata-rata
dengan nilai peringkat rata-rata dari setiap variabel Lampiran 12 dan 13. Analisis matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19.
Tabel 18. Analisis Matriks IFE Pengelolaan Lanskap Taman Impian
No Faktor Internal
Bobot Rataan
Rating Rataan
Skor bobot x
rating A
Kekuatan
1 Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik
0,104 3,0
0,313 2
Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor
0,106 3,3
0,352 3
Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif
0,097 3,0
0,292 4
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman
0,113 3,0
0,340 5
Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste
0,125 3,7
0,463 6
Sistem manajerial administrasi tertata
dengan baik 0,111
3,3 0,367
B Kelemahan
1 SOP pemeliharaan belum berjalan secara
efektif 0,102
1,7 0,173
2 Terdapat situasi lanskap yang kurang indah
dan kurang nyaman 0,099
1,3 0,129
3 Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik
0,141 1,0
0,141
Total 2,570
Tabel 19. Analisis Matriks EFE Pengelolaan Lanskap Taman Impian
No Faktor Eksternal
Bobot Rataan
Rating Rataan
Skor bobot x
rating A
Peluang
1 Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota
Jakarta 0,115
3,7 0,426
2 Kemudahan aksesibilitas
0,123 3,3
0,406 3
Adanya musim liburan 0,179
3,7 0,661
4 Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang
0,135 3,0
0,405 5
Kerjasama dengan berbagai pihak 0,143
2,7 0,386
B Ancaman
1 Adanya tingkat persaingan dengan kawasan
rekreasi lain 0,135
1,3 0,175
2 Adanya gangguan akibat faktor alam dan
perubahan iklim 0,171
1,7 0,290
Total 2,749
104 Berdasarkan hasil analisis matriks IFE bahwa kekuatan utama dari
pengelolaan lanskap Taman Impian yaitu “konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste” dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,463. Sedangkan kelemahan
utama yaitu yaitu “terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman” dengan nilai skor terendah sebesar 0,129. Total skor dari analisis matriks
IFE untuk pengelolaan lanskap Taman Impian yaitu sebesar 2,570. Nilai ini menunjukkan kondisi internal dari pengelolaan lanskap Taman Impian berada
pada posisi rata-rata. Berdasarkan analisis matriks EFE bahwa peluang utama bagi pengelolaan
lanskap Taman Impian yaitu “adanya musim liburan” dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,661. Sedangkan ancaman utama yaitu “adanya gangguan akibat faktor
alam dan perubahan iklim” dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,290. Nilai total skor dari analisis matriks EFE yaitu sebesar 2,749. Hal ini menunjukkan
kemampuan Taman Impian dalam merespon peluang dan ancamannya berada pada posisi rata-rata.
B. Tahap Pencocokan Matching Stage
Analisis Matriks IE Proses analisis matriks IE yaitu dengan mengkombinasikan nilai skor yang
didapatkan dari matriks IFE dan matriks EFE untuk dipetakan ke dalam matriks IE sehingga dapat diketahui posisi pengelolaan lanskap Taman Impian saat ini
Gambar 36.
Total Skor IFE
4,0 Kuat 3,0 Rata-Rata 2,0 Lemah 1,0
Tinggi
3,0
Total Skor EFE
Menengah 2,0
Rendah 1,0
Gambar 36. Analisis Matriks IE Pengelolaan Lanskap Taman Impian I
II III
IV V
VI
VII VIII
IX
105 Berdasarkan Gambar 36 dapat dilihat hasil dari analisis matriks IE yang
menggambarkan posisi pengelolaan lanskap Taman Impian berada pada kuadran V yaitu pada posisi hold and maintain dengan jumlah total skor IFE sebesar 2,570
dan jumlah total skor EFE sebesar 2,749. Pada posisi hold and maintain yang disarankan ialah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk yang dalam
hal ini mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengelolaan lanskap rekreasi TIJA.
Strategi yang muncul pada matriks IE bersifat general atau umum sehingga diperlukan analisis lanjutan, yaitu analisis SWOT untuk merumuskan
strategi yang lebih spesifik.
Analisis Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan tahap pencocokan dimana variabel
internal yaitu kekuatan dan kelemahan akan dicocokan dengan variabel eksternal yaitu peluang dan ancaman yang berasal dari identifikasi matriks IFE Internal
Factor Evaluation dan matriks EFE External Factor Evaluation. Pada tahap ini akan diformulasikan strategi yang layak dikembangkan untuk perusahaan. Strategi
yang disarankan ada empat yaitu strategi SO Strengths-Opportunities, WO Weakness-Opportunities, ST Strengths-Threats dan WT Weakness-Threats.
Hasil dari formulasi strategi matriks SWOT pengelolaan lanskap Taman Impian dapat dilihat pada Tabel 20.
106
Faktor Internal Faktor Eksternal
KEKUATAN S 1.
Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik
2. Pemeliharaan lanskap
bermitra dengan kontraktor
3. Pemasaran dan promosi
yang sudah cukup aktif 4.
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga
kerja yang berpengalaman 5.
Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste
6. Sistem manajerial
administrasi tertata dengan baik
KELEMAHAN W 1.
SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif
2. Terdapat situasi lanskap
yang kurang indah dan kurang nyaman
3. Kondisi fasilitas rekreasi
yang kurang baik
PELUANG O 1.
Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota
Jakarta 2.
Kemudahan aksesibilitas 3.
Adanya musim liburan 4.
Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang
5. Kerjasama dengan
berbagai pihak
Strategi S-O 1.
Mempertahankan dan mengembangkan konsep
Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan
lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga
tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA
S2,S4,S5,O1,O2,O5
2. Mempertahankan
hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai
pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi
S1,S2,O3,O4,O5
Strategi W-O
3. Memperhatikan mobilitas
pengunjung dengan pengaturan penempatan
tenaga kerja disertai dengan peningkatan
disiplin dalam pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan W2,W3,O1,O2,O3,O4
4. Meningkatan sistem
pengawasan dan pemantauan pekerjaan
pemeliharaan dari pihak pengelola dalam
koordinasi di lapang W1,W2,W3,O3,O4
ANCAMAN T 1.
Adanya tingkat
persaingan dengan kawasan rekreasi lain
2. Adanya gangguan akibat
faktor alam dan perubahan iklim
Strategi S-T 5.
Meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi
S3,S6,T1 6.
Menyebarkan informasi mengenai pasang surut
secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim
setiap waktunya S1,S2,S4,T2
Strategi W-T
7. Menata lanskap yang
menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan
pemeliharaan pada fasilitas
W1,W2,W3,T1,T2
Tabel 20. Analisis Matriks SWOT Pengelolaan Lanskap Taman Impian
107
C. Tahap Keputusan Decision Stage
Perangkingan Alternatif Strategi Tahap terakhir dari analisis formulasi strategi ialah tahap keputusan
desicion stage. Pada tahap ini strategi-strategi yang telah diformulasikan dalam matriks SWOT akan dilakukan perangkingan dengan mempertimbangkan faktor
internal dan faktor eksternal yang saling terkait. Pemberian rangking didasarkan pada nilai skor yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE lalu dijumlahkan. Jumlah
nilai skor yang paling besar dari suatu strategi merupakan strategi yang memiliki tingkat prioritas yang tinggi. Tabel 21 menunjukkan perangkingan dari alternatif
strategi pengelolaan Taman Impian yang diperoleh dari matriks SWOT.
Tabel 21. Rangking Alternatif Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian
No Alternatif Strategi
Keterkaitan dengan unsur
SWOT Skor Rangking
1 Mempertahankan dan mengembangkan
konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan
rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA
S2,S4,S5,O1, O2,O5
2,373 1
2 Mempertahankan hubungan kerjasama
yang baik dengan berbagai pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi
S1,S2,O3,O4,O5 2,117
3 3
Memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga
kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan W2,W3,O1,O2,
O3,O4 2,168
2
4 Meningkatan sistem pengawasan dan
pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari pihak pengelola dalam koordinasi di
lapang W1,W2,W3,O3,
O4 1,509
4
5 Meningkatkan intensitas pemasaran dan
promosi S3,S6,T1
0,834 7
6 Menyebarkan informasi mengenai pasang
surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya
S1,S2,S4,T2 1,296
5 7
Menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan
pemeliharaan pada fasilitas W1,W2,W3,T1,
T2 0,908
6
108
Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian
Berdasarkan data dari perangkingan altrenatif strategi, diperoleh tujuh butir strategi pengelolaan lanskap Taman Impian yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Mempertahankan dan mengembangkan konsep Ancol Zero Waste sebagai
bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA
Sampah akan menjadi sumber permasalahan lingkungan kawasan rekreasi apabila tidak ditangani serta dikelola dengan baik. Ancol Zero Waste
merupakan salah satu bentuk pengurangan beban lingkungan dengan melakukan pengelolaan secara swadaya yang dilakukan oleh TIJA. Konsep
Ancol Zero Waste memberikan banyak manfaat seperti mendukung dan meningkatkan kegiatan pembibitan dalam pemenuhan pupuk kompos bagi
tanaman. Pengembangan Ancol Zero Waste juga dapat dilakukan dengan menjadikan wadah pembinaan bagi para pemulung sehingga kawasan TIJA
bebas dari pemulung serta dapat dijadikan program eco-edutainment dalam pembelajaran dan percontohan bagi pelajar dan warga sekitar. Keseluruhan
manfaat dari adanya konsep Ancol Zero Waste diharapkan dapat meningkatkan citra perusahaan kawasan rekreasi sebagai Green Company,
selain itu juga dapat tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA. 2.
Memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan Dengan meningkatnya jumlah penduduk DKI Jakarta, lokasi kawasan rekreasi
yang strategis dan aksebsibilitas yang mudah dicapai dapat menarik masyarakat untuk berkunjung ke kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol
dengan tujuan melepaskan kepenatan dari rutinitas keseharian. Peningkatan pengunjung yang biasanya terjadi pada weekend dan musim liburan liburan
sekolah dan libur hari nasional mengharuskan diadakannya pengaturan mobilitas pengunjung. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah
penempatan posisi dan penambahan tenaga kerja taman dan kebersihan pada area titik-titik tertentu yang akan dipadati oleh pengunjung. Untuk menunjang
pemeliharaan pada saat tingkat kepadatan pengunjung tinggi maka dilakukan
109 pembagian zona berdasarkan tingkat intensitas pemeliharaan yaitu zona
intensif dan semi intensif. Zona intensif membutuhkan kegiatan pemeliharaan yang lebih dibandingkan dengan zona lainnya, karena keberadaan zona ini
memiliki intensitas pengunjung yang cukup tinggi dengan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Zona semi intensif tingkat pemeliharaannya tidak
terlalu intensif namun cukup diperhatikan Lampiran 14. Menurut pengamatan di lapang, area yang sering dipadati pengunjung yaitu area
rekreasi pantai, sehingga harus ada perhatian khusus terhadap area tersebut. Hal ini dilakukan untuk tetap mampu melakukan pemeliharaan di sekitar area
tersebut dan tetap mewujudkan kualitas lanskap yang bersih dan indah, serta kenyamanan dan keamanan dari pengunjung tetap tercapai. Dalam
pelaksanaannya hal penting yang harus dilakukan adalah kerja sama atau koordinasi yang baik antar tim pelaksana pemeliharaan.
3. Mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak
dalam melestarikan lanskap rekreasi Hubungan kerjasama yang melibatkan banyak pihak tertentu termasuk
pemerintah daerah, dinas peternakan, dinas pariwisata, dan balai lingkungan hidup dapat membantu dalam melestarikan lanskap rekreasi. Oleh karena
banyaknya pihak yang berkaitan didalamnya diharapkan pengelolaan lanskap TIJA menjadi lebih baik ke depannya melalui efektivitas kerja sesuai dengan
bidang masing-masing pihak. Melalui kerja sama ini, TIJA akan diuntungkan karena pengelolaan lanskap tidak dilakukan sendiri namun banyak bantuan
dari pihak lain sehingga proses yang ada di dalamnya dapat berjalan lebih baik dan lancar dalam menjaga kualitas dan stabilitas dari lanskap TIJA.
4. Meningkatan sistem pengawasan dan pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari
pihak pengelola dalam koordinasi di lapang Proses pengawasan adalah suatu tindakan penting yang harus dilakukan secara
baik dengan melakukan pemantauan dan mencatat segala kondisi serta permasalahan yang terdapat di lapang. Peningkatan sistem pengawasan
dilakukan agar dapat mengevaluasi efektivitas kerja tenaga kerja pemelihara dan memantau kinerja dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan sehingga
mencapai target dari standar pemeliharaan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat
110 dilakukan dengan kegiatan briefing mengenai kegiatan yang harus dilakukan
tenaga kerja sebelum turun lapang dan ketika waktu kerja sudah habis harus ada laporan mengenai kondisi dan permasalahan atau kendala yang dihadapi
di lapang. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara kontinyu agar segala sesuatu yang terjadi di lapang dapat langsung ditanggapi dengan segera dan
pekerjaaan pemeliharaan tercapai sesuai targetnya. Keseluruhan kegiatan pengawasan dan evaluasi dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan
menjadi lebih baik dan pihak pengelola lebih mudah untuk memberi arahan pemeliharaan yang sesuai kepada masing-masing pengawas mandor.
Kegiatan pengawasan dan evaluasi sebaiknya dilakukan secara berkala dan fokus pada evaluasi tenaga kerja dan evaluasi hasil kerja. Evaluasi tenaga
kerja bertujuan untuk memantau pengetahuan tentang pemeliharaan dan tingkat disiplin yang dimiliki dari pekerja. Sedangkan evaluasi hasil kerja
bertujuan untuk memantau hasil pekerjaan pemeliharaan yang nantinya akan berdampak pada aspek kebersihan dan keindahan lanskap serta kenyamanan
dan keamanan pengunjung sangat diutamakan. Hubungan yang baik antara pihak pengelola dan tim pelaksana pemeliharaan di lapang patut dipertahankan
demi terciptanya pemeliharaan yang lebih baik. 5.
Menyebarkan informasi mengenai pasang surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya
Seiring dengan adanya perubahan iklim yang memiliki kecenderungan memanas, kenaikan permukaan air laut sering terjadi. Kenaikan air laut sering
kali menyapu kawasan rekreasi TIJA. Kejadian alam tersebut yaitu peristiwa pasang surut laut. Fenomena pasang surut laut ini adalah gerakan periodik
sehingga pasang surut laut yang ditimbulkan dapat dihitung atau diperkirakan. TIJA telah memiliki kalender pasang surut air laut secara harian dan jam per
jam. Kalender pasang surut laut telah tersedia di beberapa titik area pantai. Hal ini dinilai kurang efektif karena kurangnya pengetahuan pengunjung untuk
membaca informasi secara jelas dan lengkap mengenai kalender pasang surut laut tersebut. Strategi lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menyebarkan
informasi melalui pemberitahuan secara berkala sesuai dengan jadwal kalender pasang surut laut dengan menghimbau para pengunjung agar tidak
111 melakukan kegiatan di sekitar area pantai. Penyebaran informasi pasang surut
laut juga berguna untuk pihak pengelola Taman Impian dari segi taman dan kebersihan. Pasang surut laut nantinya akan menimbulkan genangan air di
kawasan rekreasi dan menyebabkan penumpukan sampah di bibir pantai ketika arah angin dari utara ke barat. Sehingga antisipasi dari pihak pengelola
Taman dan Kebersihan Taman Impian dapat menyiagakan tim pelaksana pemelihara untuk melakukan penanganan dan pemantuan secara tepat. Selain
itu penggunaan informasi cuaca dan iklim sangat penting untuk diketahui oleh tim pelaksana pemelihara karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
yang ada di kawasan rekreasi. Cuaca dan iklim yang sering berubah-ubah akan mempengaruhi proses tanaman menghasilkan nutrisi berupa air, mineral, dan
unsure hara dengan bantuan sinar matahari. Penyebaran informasi ini dilakukan dengan cara memberikan jadwal prediksi mengenai cuaca dan iklim
sehingga tim pelaksana dapat mengantisipasi adanya gangguan cuaca dan iklim yang mengakibatkan pemeliharaan menjadi kurng optimal. Penyebaran
informasi mengenai pasang surut laut dan cuaca yang dilakukan guna terciptanya lingkungan yang nyaman dan aman bagi pengunjung kawasan
rekreasi. 6.
Menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan pemeliharaan pada fasilitas
Penataan lanskap dapat dilakukan dengan pemberian tanaman lanskap yang dapat mengurangi pandangan ke arah bad view. Penataan lanskap yang
dilakukan diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung. Selain itu, terdapat fasilitas rekreasi yang merupakan alat penunjang dari
kegiatan rekreasi. Berdasarkan hasil kuesioner pengunjung, kondisi fasilitas seperti tempat duduk, toilet, tempat makan, mushola, tempat sampah, area
parkir dan shelter dinilai kurang baik. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan dalam pemeliharaan fasilitas agar kondisinya tetap baik.
7. Meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi
Dalam pengembangan kawasan rekreasi dibutuhkan pemasaran dan promosi. Pemasaran dan promosi di kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol TIJA
dinilai sudah cukup aktif. Kegiatan pemasaran dan promosi yang dilakukan
112 TIJA dengan berbagai macam cara melalui media massa seperti majalah dan
koran, media elektronik seperti televisi, radio, dan website yang beralamatkan www.ancol.com, serta pemasangan spanduk baliho maupun penyebaran
brosur. Namun intensitas dalam kegiatan pemasaran masih rendah, oleh karena itu dibutuhkan peningkatan kegiatan pemasaran seperti penambahan
frekuensi pelaksanaan kegiatan periklanan. Adapula promosi dari mulut ke mulut seperti hasil kuesioner dari wawancara pengunjung yang mengetahui
informasi TIJA dari teman, tetangga, maupun keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa TIJA sudah cukup terkenal dikalangan masyarakat sehingga
masyarakat yang pernah berkunjung mendapat pengalaman yang bisa dibagi kepada rekan-rekannya. Pengembangan sistem pemasaran dan promosi yang
efektif dapat mengatasi ancaman yang dihadapi dari persaingan dengan kawasan rekreasi lain. Penerapan pemasaran dan promosi yang kontinyu juga
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penurunan jumlah pengunjung yang signifikan.
113
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Kegiatan magang yang berlangsung di Departemen Utilitas Kebersihan Taman Impian Jaya Ancol secara umum memberikan banyak pengetahuan dan
pengalaman kerja praktis di bidang Arsitektur Lanskap mengenai kegiatan pengelolaan pemeliharaan lanskap kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol.
Mahasiswa turut berpartisipasi aktif membantu dalam kegiatan manajerial seperti kegiatan administratif. Kegiatan magang ini juga memberikan kemampuan teknis
pemeliharaan lanskap serta penanganan permasalahannya di lapang. Pengelolaan pemeliharaan lanskap sepenuhnya diserahkan kepada pihak
kontraktor. Pelaksanaan pemeliharaan dengan sistem kontrak sudah cukup baik terlihat dengan adanya Surat Perjanjian Pekerjaan SPK. Jadwal pemeliharaan
sebaiknya ditinjau ulang setiap tahunnya pergantian kontraktor disesuaikan dengan standar penampilan dan kondisi lapang agar target kinerja yang diinginkan
pihak pengelola dapat tercapai. Untuk mencapai target pemeliharaan yang efektif dan efisien, diperlukan evaluasi menyeluruh pada setiap aspek, seperti
pengawasan di lapang dan ketepatan waktu bekerja. Koordinasi antara pihak pengelola dan pihak kontraktor berjalan cukup baik dan lancar. Pada dasarnya
kegiatan pengelolaan pemeliharaan yang dilakukan bertujuan memelihara integritas dari suatu lanskap agar keindahan dan kenyamanan dapat tercapai
secara optimal sejalan dengan tujuan pemeliharaan ideal. Hasil dari pelaksanaan pengelolaan pemeliharaan lanskap sangat berpengaruh besar terhadap kualitas
lanskap dan kenyamanan pengunjung TIJA. Hasil dari identifikasi faktor internal dan eksternal pengelolaan Taman
Impian Tampan memperoleh masukan dalam bentuk alternatif strategi yang diharapkan dapat membantu mengurangi masalah dan ancaman yang berpengaruh
pada kawasan rekreasi TIJA. Strategi pengelolaan lanskap Taman Impian yang diperoleh berjumlah tujuh butir, yaitu 1 mempertahankan dan mengembangkan
konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA; 2
memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan