Identifikasi Risiko dengan Analisis Diskriminan

7. Kelemahan SDM 8. Kelemahan teknologi 9. Kecurangan petugas Faktor Internal Mitra Pembiayaan : 1. Kelemahan karakter 2. kelemahan kemampuan 3. Musibah 4. penyimpangan penggunaan dana 5. sengketa keluarga 6. terlibat banyak hutang

4.2 Identifikasi Risiko dengan Analisis Diskriminan

Identifikasi risiko yang dilakukan BMT Al-Fath IKMI merupakan identifikasi risiko setelah terjadinya pemberian pembiayaan. Identifikasi risiko juga dapat dilakukan sebelum pembiayaan cair atau saat calon debitur mengajukan permohonan pembiayaan. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menganalisis informasi dari permohonan yang dilakukan oleh calon debitur. BMT Al-Fath IKMI mewajibkan calon debitur mengisi Formulir Permohonan Pembiayaan. Informasi yang diisi oleh calon debitur tersebut harus sesuai dan berdasarkan calon debitur sendiri. Secara garis besar Formulir Permohonan Pembiayaan mencakup informasi tentang 5C characteristic, capital, capacity, collateral, dan condition. Semakin rinci informasi yang diberikan oleh calon debitur maka akan semakin membantu BMT Al-Fath IKMI dalam menilai debitur. Kebenaran informasi dari Formulir Permohonan Pembiayaan juga harus diperiksa kebenarannya dengan surat-surat keterangan lain dari instansi terkait dan survey langsung oleh Account Officer BMT Al-Fath IKMI. Setelah informasi mengenai debitur diperoleh dan telah diperiksa kebenarannya, BMT Al-Fath IKMI dapat menggunakan informasi-informasi tersebut untuk memprediksi kolektabilitas calon debitur. Kendala yang dihadapi oleh BMT Al-Fath IKMI adalah kemampuan debitur dalam memberikan informasi. Salah satu contoh rendahnya kemampuan debitur adalah masih ada calon debitur yang tidak mampu membaca, menulis, dan menghitung sehingga tidak mampu mengisi Formulir Permohonan Pembiayaan. Selain itu, kurangnya kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang dapat digunakan untuk memprediksi kolektabilitas debitur dan memprediksi kolektabilitas debitur berdasarkan faktor-faktor tersebut. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Diskriminan. Alat analisis ini dapat melakukan dua hal sekaligus, yaitu mengelompokkan debitur dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi kolektabilitas debitur. Analisis diskriminan hanya dapat digunakan jika skala pengukuran minimal bersifat interval. Informasi yang diperlukan dalam analisis diskriminan diperoleh dari Formulir Permohonan Pembiayaan dan berkas-berkas penunjang lainnya yang diberikan debitur, seperti kartu keluarga dan lain-lain. Berdasarkan formulir tesebut data yang dapat dikumpulkan adalah informasi mengenai jenis kelamin, usia, status pernikahan, status mitra, pendidikan terakhir, tempat tinggal, lama usaha, status tempat usaha, pembiayaan lalu, pengajuan ke, jumlah pengajuan, akad, skala, plafon, margin, jenis jaminan, harga taksiran, total pendapatan, total biaya hidup, dan harga belanja calon debitur. Namun, karena analisis diskriminan hanya dapat digunakan untuk minimal skala interval, maka informasi yang digunakan untuk variabel predictors adalah usia, lama usaha, pembiayaan lalu, pengajuan ke, jumlah pengajuan, skala angsuran, plafon, margin, harga taksiran jaminan, total pendapatan, total biaya hidup, dan harga belanja. Informasi mengenai pendidikan dan jenis angsuran dapat digunakan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pendidikan dijadikan skala ordinal berdasarkan tingkat pendidikan mulai dari yang terendah hingga tetinggi. Begitu juga dengan jenis jaminan diberikan peringkat berdasarkan nilai agunannya berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 819PBI2006 pasal 13. Aset usaha dan ijazah diberi peringkat terndah sedangkan tabungan debitur diberi peringkat tertinggi. Setelah keduanya dijadikan skala ordinal data tersebut diolah dengan menggunakan Macro Minitab, yaitu gmacro1. Sehingga variabel predictors untuk analisis diskriminan ini adalah usia, lama usaha, pembiayaan lalu, pengajuan ke, jumlah pengajuan, skala angsuran, plafon, margin, harga taksiran jaminan, total pendapatan, total biaya hidup, harga belanja, pendidikan , dan jaminan, sedangkan kolektabilitas sebagai variabel respon. Gambar 4. Hasil analisis diskriminan Murabahah Analisis diskriminan dilakukan dengan mengelompokkan debitur berdasarkan variable predictor yang berasal dari Formulir Permohonan Pembiayaan. Variabel predictor yang digunakan seharusnya dapat mewakili prinsip 5C akan tetapi pada kenyataannya data Capital modal debitur tidak dapat diperoleh karena debitur tidak mampu mengisinya, sehingga variable predictor yang digunakan hanya mewakili 4C, yaitu characteristic, capacity, collateral, condition. Jumlah debitur yang termasuk ke dalam kelompok kolektabilitas 1 lancar sebanyak 16 orang, kolektabilitas 2 dalam perhatian khusus sebanyak 10 orang, kolektabilitas 3 kurang lancar sebanyak 2 orang, kolektabilitas 4 diragukan sebanyak 5 orang, dan kolektabilitas 5 macet sebanyak 11 orang. Debitur yang dapat mengembalikan pembiayaan dengan baik adalah kolektabilitas 1 dan 2 yang berjumlah 26 orang. Debitur yang dapat menyebabkan gagal bayar adalah debitur yang berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5 yang berjumlah 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi debitur pada BMT Al-Fath berada pada kondisi mampu mengembalikan pembiayaan dengan baik, meskipun jumlahnya tidak terlalu berbeda. Total keseluruhan debitur yang dikelompokkan sebanyak 44 orang. Jumlah tersebut berkurang karena pada proses analisis diskriminan dilakukan penghapusan debitur yang misclassification agar proporsi kebenaran mencapai 100. Gambar 5. Fungsi diskriminan Murabahah Gambar 5 menampilkan fungsi diskminan untuk murabahah. Fungsi ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kolektabilitas debitur. Penggunaan fungsi ini adalah analis pembiayaan meminta data mengenai usia debitur hingga harga belanja debitur, kemudian informasi tersebut dikalikan dengankoefisien variable, jumlah terbesar akan menunjukkan kolektabilitas debitur yang diprediksi. Pada kolektabilitas 1, variable predictor pendidikan terakhir, usia, pengajuan ke mewakili characteristic debitur. Sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA yang berarti sudah mampu memahami prosedur serta kewajiban pembiayaan. Rata-rata Usia debitur adalah 42. Rata-rata jumlah pengajuan yang telah dilakukan debitur sebanyak 4 kali. Variable total pendapatan dan total biaya hidup pada kolektabilitas 1 memiliki rata-rata pendapatan Rp6,960,000 dan rata-rata biaya hidup Rp2,370,000. Variable total pendapatan dan biaya hidup digunakan untuk mengetahui kapasitas atau kemampuan debitur dalam melaksanakan kewajiban mengembalikan pembiayaan. Pada kolektabilitas 1 total pendapatan lebih besar daripada biaya hidup sehingga debitur dapat melunasi kewajibannya. Variable jenis jaminan mewakili prinsip collateral pada prinsip 5C. sebagian besar jenis jaminan debitur yang berada pada kolektabilitas 1 adalah AJB Tanah yang memiliki nilai agunan 60 dari nilai jual objek pajak. Prinsip condition diwakili oleh lama usaha debitur. Rata-rata lama usaha debitur adalah 7.43 tahun. Pada kolektabilitas 2, kondisi pendidikan terkakhir debitur pada kolektabilitas 2 adalah SMA yang berarti sudah mampu memahami prosedur dan kewajiban pembiayaan. Selain pendidikan variable predictor yang mewakili prinsip characteristic adalah pengajuan ke dan usia. Rata-rata pengajuan ke debitur kolektabilitas 2 adalah 5 kali dan rata-rata usaia debitur adalah 36 tahun. Variable predictor yang mewakili collateral adalah jenis jaminan. Jenis jaminan yang paling banyak digunakan pada kolektabilitas 2 adalah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor memiliki nilai agunan 50 dari nilai jual obyek pajak. Variable total pendapatan dan biaya hidup termasuk ke dalam prinsip capacity atau kemampuan debitur untuk memenuhi kewajibannya. Rata-rata pendapatan debitur yang berada pada kolektabilitas 2 adalah Rp5,510,000 sedangkan rata-rata biaya hidup debitur Rp2,700,000. variable predictor yang mewakili condition adalah lama usaha. Rata-rata lama usaha debitur adalah 6.43 tahun. Pada kolektabilitas 3, sebagian besar pendidikan terakhir debitur pada kolektabilitas 3 adalah SMA. Latar belakang pendidikan debitur kolektabilitas 3 sama dengan kolektabilitas 1 dan 2. Rata-rata pengajuan ke debitur pada kolektabilitas 3 adalah 4 kali. Rata-rata Usia debitur adalah 36 tahun. Ketiga variable predictor tersebut termasuk ke dalam prinsip characteristic. Total pendapatan debitur kolektabilitas 3 adalah Rp6,590,000, total biaya hidup debitur kolektabilitas 3 sebesar Rp4,340,000, sedangkan haraga belanja yang diberikan kepada debitur kolektabilitas 3 rata-rata berjumlah Rp21,330,000. Perbandingan antara jumlah pendapatan dengan harga belanja sangat jauh. Kondisi inilah yang mengakibatkan debitur tidak mampu membayar kewajibannya karena pendapatan yang diperolehnya tidak dapat menutupi kewajiban dan kebutuhan hidupnya. Jenis jaminan yang paling banyak digunakan debitur kolektabilitas 3 adalah kendaraan bermotor yang memiliki nilai agunan 50 dari nilai jual obyek pajak. Rata-rata lama usaha debitur adalah 5.86 tahun Pada kolektabilitas 4, variable predictor untuk mengetahui characteristic debitur adalah pengajuan ke, usia, dan pendidikan terakhir. Rata-rata pengajuan debitur adalah 3 kali dan pendidikan terakhir sebagian besar SD dan SMA. Bagi debitur yang memiliki pendidikan SD, faktor pendidikan dapat dijadikan salah satu penyebab debitur tidak mampu membayar adalah kurangnya kemampuan debitur dalam memahami persyaratan dan kewajiban sebagai debitur. Rata-rata pengajuan ke debitur adalah 3 kali dan rata-rata usia debitur adalah 48 tahun. Jenis jaminan yang digunakan debitur kolektabilitas 4 adalah AJB tanah yang memiliki nilai agunan 60 dari nilai jual objek pajak. Pada variable predictors yang mewakili prinsip capacity adalah harga belanja, total biaya hidup, dan total pendapatan. Harga belanja debitur kolektabilitas 4 rata-rata sebesar Rp9,700,000, total biaya hidup rata-rata debitur adalah Rp2,133,800, dan total pendapatan rata-rata sebesar Rp4,008,000. Perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran debitur tidak berbeda jauh sehingga kondisi ini dapat dijadikan penyebab debitur berada pada kolektabilitas 4. variable predictor yang mewakili condition adalaha lama usaha. Rata-rata lama usaha debitur adalah 4 tahun. Pada kolektabilitas 5, sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA sedangkan jenis jaminan yang paling sering digunakan adalah aset usaha yang tidak memiliki nilai agunan. Jaminan yang mampu diberikan debitur kolektabilitas 5 sangat rendah sehingga tidak dapat menutupi kerugian apabila debitur gagal bayar. Variable predictor yang mewakili capacity sama dengan variable predictor pada kolektabilitas sebelumnya yaitu total pendapatan, total biaya hidup, dan harga belanja. Rata-rata total pendapatan sebesar Rp3,055,500, total biaya hidup sebesar Rp1,325,100, dan rata-rata harga belanja Rp5,179,500. Perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran debitur tidak seimbang sehingga kondisi ini dapat dijadikan penyebab debitur berada pada kolektabilitas 5. Pengajuan ke dan usia dapat mewakili characteristic debitur. Rata-rata jumlah pengajuan yang telah dilakukan adalah 7 kali dan rata-rata usia adalah 45 tahun. Banyaknya jumlah variable predictor dapat direduksi dengan analisis diskriminan stepwise menggunakan software SPSS 16. Hasil dari analisis diskriminan stepwise adalah empat variable predictor yang paling mempengaruhi untuk memprediksi kolektabilitas debitur adalah jaminan, usia, pendapatan, dan biaya hidup. Hasil ini memudahkan BMT Al-Fath IKMI untuk mengelompokkan debitur. Proses analisis dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis diskriminan dapat dijadikan masukan untuk memutuskan apakah debitur diberikan pembiayaan atau tidak. Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan informasi-informasi variable predictor. Secara umum kondisi pendidikan terakhir debitur dari kolektabilitas 1 hingga 5 tidak jauh berbeda yaitu SMA, namun pada kolektabilitas 3 hingga 5 terdapat debitur berpendidikan SD. Jenis jaminan dari kolektabilitas 1 hingga 5 secara umum memiliki nilai agunan yang semakin menurun. Produk kedua BMT Al-Fath IKMI adalah Ijarah. Pemisahan murabahah dan Ijarah dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pembiayaan akan sama atau tidak. Hasil analisis diskriminan Ijarah dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Hasil analisis diskriminan Ijarah Analisis diskriminan yang dilakukan untuk Ijarah sama dengan yang dilakukan pada murabahah, yaitu berdasarkan variable predictor yang berasal dari Formulir Permohonan Pembiayaan. Variabel predictor yang digunakan seharusnya dapat mewakili prinsip 5C akan tetapi pada kenyataannya data Capital modal debitur tidak dapat diperoleh karena debitur tidak mampu mengisinya, sehingga variable predictor yang digunakan hanya mewakili 4C, yaitu characteristic, capacity, collateral, condition. Jumlah debitur yang termasuk ke dalam kelompok kolektabilitas 1 lancar sebanyak 12 orang, kolektabilitas 2 dalam perhatian khusus sebanyak 4 orang, kolektabilitas 3 kurang lancar sebanyak 2 orang, kolektabilitas 4 diragukan sebanyak 2 orang, dan kolektabilitas 5 macet sebanyak 4 orang. Debitur yang dapat mengembalikan pembiayaan dengan baik adalah kolektabilitas 1 dan 2 yang berjumlah 16 orang. Debitur yang dapat menyebabkan gagal bayar adalah debitur yang berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5 yang berjumlah 8 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi debitur pada BMT Al-Fath berada pada kondisi mampu mengembalikan pembiayaan dengan baik. Total keseluruhan debitur yang dikelompokkan sebanyak 24 orang. Gambar 7. Fungsi diskriminan Ijarah Gambar 7 menampilkan fungsi diskminan untuk Ijarah. Fungsi ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kolektabilitas debitur. Cara penggunaan fungsi ini adalah analis pembiayaan meminta data mengenai usia debitur hingga harga belanja debitur, kemudian informasi tersebut dikalikan dengankoefisien variable, jumlah terbesar akan menunjukkan kolektabilitas debitur yang diprediksi. Pada kolektabilitas 1, variable predictor total biaya hidup dan total pendapatan pada prinsip 5C mewakili capacity debitur. Debitur yang berada pada kolektabilitas 1 memiliki rata-rata pendapatan Rp5,476,716.67 dan rata- rata biaya hidup Rp1,772,616.67. Pada kolektabilitas 1 total pendapatan lebih besar daripada biaya hidup sehingga debitur dapat melunasi kewajibannya. Pendidikan terakhir, usia, dan pengajuan ke mewakili characteristic. Sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA yang berarti sudah mampu memahami prosedur serta kewajiban pembiayaan. Rata-rata usia debitur adalah 36 tahun. Rata-rata pengajuan yang dilakukan debitur adalah 5 kali. Banyaknya jumlah pengajuan dapat dijadikan pertimbangan untuk melihat karakteristik debitur apakah selam pengajuan tersebut debitur bertanggung jawab atau tidak. Variable jenis jaminan mewakili prinsip collateral pada prinsip 5C. sebagian besar jenis jaminan debitur yang berada pada kolektabilitas 1 adalah kendaraan bermotor yang memiliki nilai agunan 50 dari nilai jual objek pajak. Berbeda dengan hasil untuk murabahah, jaminan pada Ijarah tidak terlalu mempengaruhi debitur. Variable lama usaha dapat mewakili prinsip collateral. Rata-rata lama usaha debitur adalah 5 tahun. Pada kolektabilitas 2, debitur pada kolektabilitas 2 rata-rata memiliki pendapatan Rp9,895,000 dan rata-rata biaya hidup Rp4,852,500. Kondisi pendidikan terkahir debitur pada kolektabilitas 2 adalah SMA dan Sarjana yang berarti sudah mampu memahami prosedur dan kewajiban pembiayaan. Selain pendidikan variable predictor yang mewakili prinsip characteristic adalah pengajuan ke dan usia. Rata-rata pengajuan debitur kolektabilitas 2 adalah 5 dan rata-rata usia debitur adalah 40 tahun. Jenis jaminan yang paling banyak digunakan pada kolektabilitas 2 adalah AJB Tanah. Jenis jaminan ini memiliki nilai agunan 60 dari nilai jual obyek pajak. Jenis jaminan pada kolektabilitas 2 memiliki pengaruh yang cukup besar. Variable lama usaha dapat digunakan untuk mengetahui kondisi usaha debitur. Rata-rata lama usaha adalah 7 tahun. Pada kolektabilitas 3, total pendapatan debitur kolektabilitas 3 adalah Rp6,025,000 dan total biaya hidup debitur kolektabilitas 3 sebesar Rp2,717,500. Variable predictor pendidikan, usia, dan pengajuan ke mewakili prinsi characteristic. Sebagian besar pendidikan terakhir debitur pada kolektabilitas 3 adalah SMP dan SMA. Rata-rata usia debitur adalah 41 tahun. Jumlah pengajuan yang dilakukan debitur pada kolektabilitas 3 adalah 9 kali. Jenis jaminan yang digunakan debitur kolektabilitas 3 adalah AJB Tanah yang memiliki nilai agunan 60 dari nilai jual obyek pajak dan kendaraan bermotor yang memiliki nilai agunan 50 dari nilai jual obyek pajak. Kondisi usaha debitur dapat diketahui melalui informasi lama usaha debitur. Rata-rata lama usaha debitur adalah 3 tahun. Pada kolektabilitas 4, variable predictor untuk mengetahui characteristic debitur adalah usia, pengajuan ke, dan pendidikan terakhir. Rata-rata usaia debitur 46 tahun. Rata-rata pengajuan debitur adalah 5 kali dan pendidikan terakhir adalah SMA dan Sarjana. Jenis jaminan yang digunakan debitur kolektabilitas 4 adalah BPKB motor yang memiliki nilai agunan 50 dari nilai jual objek pajak, akan tetapi terdapat debitur yang tidak memberikan jaminan. Variable predictors yang mewakili prinsip capacity adalah total biaya hidup dan total pendapatan. Total biaya hidup rata-rata debitur adalah Rp3,525,000 dan total pendapatan rata-rata sebesar Rp7,075,000. Variable predictor yang mewakili condition adalah lama usaha. Rata-rata lama usaha debitur adalah 8 tahun. Pada kolektabilitas 5, sebagian besar pendidikan terakhir debitur adalah SMA. Rata-rata usia debitur adalah 35 tahun dan rata-rata jumlah pengajuan yang telah dilakukan sebanyak 4 kali. Ketiga variable predictor tersebut mewakili characteristic debitur. Jenis jaminan yang paling sering digunakan adalah ijazah yang tidak memiliki nilai agunan. Jaminan yang mampu diberikan debitur kolektabilitas 5 sangat rendah sehingga tidak dapat menutupi kerugian apabila debitur gagal bayar. Variable predictor yang mewakili capacity sama dengan variable predictor pada kolektabilitas sebelumnya yaitu total pendapatan, total biaya hidup. Rata-rata total pendapatan sebesar Rp2,535,000, total biaya hidup sebesar Rp930,425. Pemasukan yang rendah dibanding kolektabilitas lain dapat menjadi penyebab debitur berada pada kolektabilitas 5. Rata-rata lama usaha debitur adalah 4 tahun. Lama usaha tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi usaha debitur. Banyaknya jumlah variable predictor dapat direduksi dengan analisis diskriminan stepwise menggunakan software SPSS 16. Hasil dari analisis diskriminan stepwise adalah satu variable predictor yang paling memmpengaruhi untuk memprediksi kolektabilitas debitur adalah jaminan. Proses analisis stepwise dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis diskriminan dapat dijadikan masukan untuk memutuskan apakah debitur diberikan pembiayaan atau tidak. Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan informasi-informasi variable predictor. Secara umum kondisi pendidikan terakhir debitur dari kolektabilitas 1 hingga 5 tidak jauh berbeda yaitu SMA, namun pada kolektabilitas 3 hingga 5 terdapat debitur berpendidikan SMP. Jenis jaminan dari kolektabilitas 1 hingga 5 secara umum memiliki nilai agunan yang semakin menurun. Nilai jaminan pada kolektabilitas 5 merupakan yang terendah, bahkan terdapat debitar yang tidak memberikan jaminan. 4.3 Pengukuran Potensi Kerugian BMT Al-Fath IKMI dengan Creditrisk+