Mitigasi Risiko Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI

4.4 Mitigasi Risiko Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI

Mitigasi risiko kredit dilakukan agar dampak dari risiko yang terjadi tidak membuat perusahaan semakin merugi. Selama ini, BMT Al-Fath IKMI memilih rescheduling dan restructuring untuk mengendalikan risiko gagal bayar. Pemberian rescheduling dan restructuring kepada debitur disesuaikan dengan penyebab gagal bayarnya debitur. Rescheduling dilakukan jika debitur tidak mampu membayar sampai dengan waktu yang ditentukan karena ada masalah internal debitur dan penurunan penghasilan dari usahanya. Rescheduling dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu pembiayaan, memperpanjang jarak waktu angsuran, dan penurunan jumlah untuk setiap angsuran. Restructuring diberikan jika debitur mengalami kesulitan usaha yang disebabkan faktor modal. Modal yang dimaksud adalah modal dana dan barang-barang modal. Restructuring dilakukan dengan memberikan tambahan pembiayaan atau tambahan modal. Tabel 12. Tindakan mitigasi risiko Mitigasi Risiko BMT Al-Fath IKMI Mitigasi risiko berdasarkan Hasil Analisis Tidak memberikan pembiayaan kepada usaha yang tidak sesuai syariat Islam Tidak memberikan pembiayaan kepada usaha yang tidak sesuai dengan visi BMT Melakukan studi kelayakan bisnis Melakukan studi kelayakan bisnis - - Tidak menyalurkan pembiayaan kepada debitur yang diprediksi masuk ke dalam kol.3, 4, dan 5 Mensyaratkan jaminan yang memiliki nilai agunan Melakukan penagihan secara teratur sesuai jadwal Penagihan secara teratur dan sesuai jadwal - Tidak memberikan pembiayaan yang terlalu besar Mendaftarkan debitur kepada Asuransi Jiwa Mendaftarkan debitur kepada asuransi jiwa Rescheduling Rescheduling dengan mempertimbangkan jumlah pengajuan Restructuring Restructuring kepada kol. 3, 4,dan 5 - Reconditioning kepada kol. 3, 4, dan 5 Pencadangan sesuai pengalaman Pencadangan sesuai saldo akhir harga pokok - Meminta izin untuk menjual jaminan Hasil dari analisis diskriminan dan creditrisk+ dapat memberikan pilihan tindakan mitigasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh BMT Al- Fath IKMI. Hasil analisis diskriminan memberikan masukan yang bersifat kualitatif sedangkan hasisl creditrisk+ memberikan masukan yang bersifat kuantitatif. Berdasarkan kedua analisis tersebut debitur yang menjadi pusat perhatian adalah debitur yang berada pada kolektabilitas kurang lancar 3, diragukan 4, dan macet 5. Debitur yang berada pada kolektabilitas satu dan dua dianggap tidak memberikan kerugian. Teknik mitigasi risiko yang pertama adalah penghindaran risiko. Tindakan pertama yang dapat dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI untuk menghindari risiko adalah tidak memberikan pembiayaan kepada debitur yang memiliki usaha yang tidak sesuai dengan visi BMT-Al-Fath IKMI. Selanjutnya, BMT Al-Fath IKMI harus mencari informasi dan melakukan studi kelayakan untuk mengetahui kondisi debitur. Teknik ini juga dapat dilakukan dengan tidak memberikan pembiayaan murabahah dan Ijarah kepada pengusaha yang diprediksi berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5. Prediksi dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi diskriminan hasil analisis diskriminan. Secara garis besar bahan pertimbangan pemnyaluran pembiayaan adalah pendidikan terakhir, total pendapatan, total biaya hidup, dan jenis jaminan. Berdasarkan hasil analisis diskriminan Jenis jaminan mempengaruhi kolektabilitas debitur, oleh karena itu sebaiknya BMT Al-Fath IKMI mensyaratkan debitur untuk memberikan jaminan yang memiliki nilai agunan. Tindakan yang telah dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI pada teknik pertama adalah tidak memberikan pembiayaan kepada usaha yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan melakukan studi kelayakan usaha. Teknik mitigasi risiko yang kedua adalah pengurangan risiko. Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengurangan kemungkinan terjadinya risiko dan menekan besarnya dampak bila terjadi risiko. BMT Al-Fath IKMI dapat melakukan creditrisk+ untuk mengetahui potensi kerugian bila risiko gagal bayar terjadi. Hasil creditrisk+ menunjukkan bahwa potensi kerugian yang akan dialami sebesar Rp460,050,000. Penggunaan creditrisk+ dapat membantu BMT Al-Fath IKMI untuk memprediksi NPF yang akan terjadi. NPF bruto untuk pembiayaan murabahah dan Ijarah berdasarkan potensi kerugian yang dihitung dengan creditrisk+ sebesar 7.06. NPF bruto masih di bawah 8 akan tetapi BMT Al-Fath IKMI harus tetap mengusahakan agar kerugian tidak semakin besar. Hasil dari pengolahan creditrisk+ dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan pencadangan sebesar Rp460,050,000. Tindakan pengurangan risiko yang dapat dilakukan untuk calon debitur yang diprediksi berada pada kolektabilitas 1 dan 2 adalah dengan melakukan penagihan secara teratur dan sesuai jadwal. Tindakan yang diberikan kepada calon debitur yang diprediksi berada pada kolektabilitas 3 hingga 5 adalah tidak mamberikan pembiayaan yang terlalu besar tetapi sesuaikan pembiayaan dengan pendapatan dan biaya hidup debitur. Tindakan mitigasi yang ketiga adalah pemindahan risiko. Tindakan ini dilakukan saat BMT Al-Fath IKMI memutuskan pemberian pembiayaan kepada calon debitur. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mendaftarkan debitur pada asuransi jiwa. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian apabila debitur meninggal dunia. Tindakan mitigasi terkahir adalah penanganan risiko. Tindakan ini dapat dilakukan dengan syarat BMT sudah harus mengetahui risiko apa yang akan ditanggung BMT Al-Fath dan akibat bila risiko itu terjadi. Pada umumnya, penahanan risiko dilakukan atas dasar efektivitas biaya. Penanganan risiko dapat dilakukan dengan cara rescheduling, restructuring, reconditioning, dan kombinasinya. Rescheduling dapat diberikan kepada debitur dengan mempertimbangkan jumlah pengajuan sebelumnya. Banyaknya jumlah pengajuan dapat digunakan untuk mengetahui karakter dari debitur. BMT Al-Fath IKMI harus lebih cermat apakah pengajuan yang telah dilakukan debitur karena perpanjangan dari pinjaman sebelumnya tau tidak. Jika berasal dari pinjaman sebelumnya sebaiknya rescheduling tidak perlu diberikan kembali. Restructuring dapat diberikan pada kolektabilitas 3, 4, dan 5. Variabel predictors yang harus diperhatikan dalam pemberian restructuring adalah lama usaha. Restructuring berkaitan dengan pemberian tambahan kredit karena debitur mengalami masalah pada usahanya dalam hal modal. Pemberian restructuring dapat membuat usaha debitur bertahan lebih lama. Rata-rata lama usaha debitur yang berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5 masih di bawah rata-rata kolektabilitas 1 dan 2. Harapannya, setelah pemberian restructuring usaha debitur dapat berjalan lebih lama dan debitur dapat melunasi pembiayaan karena adanya pendapatan dari usahanya. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam reconditioning adalah menjadikan margin sebagai utang pokok, penundaan pembayaran margin, penurunan margin, pembebasan margin, pengkorvesian kredit jangka pendek menjadi jangka panjang Suyatno et al 2007. Pada kolektabilitas tiga dan empat, tindakan yang dapat diambil adalah menunda pembayaran margin, penurunan margin, pembebasan margin, dan pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka panjang. Tindakan menjadikan margin sebagai utang pokok sebaiknya tidak perlu diambil karena tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah. Pada kolektabilitas lima, tindakan yang dapat diambil adalah penundaan pembayaran margin, penurunan margin dan pembebasan margin. Tindakan menjadikan margin sebagai utang pokok tidak perlu dilakukan karena karena tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah. Setelah melakukan seluruh tindakan mitigasi risiko yang telah dijelaskan di atas, apabila masih terdapat debitur yang belum mampu melakukan pelunasan pembiayaan sebaiknya BMT Al-Fath IKMI meminta izin kepada debitur untuk menjual jaminan. Tindakan ini diperbolehkan dalam syariat Islam karena menurut Islam orang yang berhutang tetap wajib melunasi utangnya tersebut. Tindakan pengeksekusian jaminan dilakukan berdasarkan hasil analisis diskriminan dan creditrisk+. Pada analisis diskriminan, jenis jaminan merupakan variabel yang mempengaruhi kolektabilitas debitur. Pada perhitungan creditrisk+, jenis jaminan dapat mengurangi potensi kerugian. Pada dasarnya, fungsi dasar jaminan adalah sebagai alat mitigasi risiko gagal bayar. Pengeksekusian jaminan sebaiknya hanya dilakukan kepada debitur yang berada pada kolektabilitas 5.

4.6 Implikasi Manajerial