Pengukuran Potensi Kerugian BMT Al-Fath IKMI dengan Creditrisk+

Banyaknya jumlah variable predictor dapat direduksi dengan analisis diskriminan stepwise menggunakan software SPSS 16. Hasil dari analisis diskriminan stepwise adalah satu variable predictor yang paling memmpengaruhi untuk memprediksi kolektabilitas debitur adalah jaminan. Proses analisis stepwise dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis diskriminan dapat dijadikan masukan untuk memutuskan apakah debitur diberikan pembiayaan atau tidak. Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan informasi-informasi variable predictor. Secara umum kondisi pendidikan terakhir debitur dari kolektabilitas 1 hingga 5 tidak jauh berbeda yaitu SMA, namun pada kolektabilitas 3 hingga 5 terdapat debitur berpendidikan SMP. Jenis jaminan dari kolektabilitas 1 hingga 5 secara umum memiliki nilai agunan yang semakin menurun. Nilai jaminan pada kolektabilitas 5 merupakan yang terendah, bahkan terdapat debitar yang tidak memberikan jaminan. 4.3 Pengukuran Potensi Kerugian BMT Al-Fath IKMI dengan Creditrisk+ Pengukuran potensi kerugian termasuk ke dalam pengukuran risiko gagal bayar. Salah satu metode pengukuran potensi kerugian adalah dengan Creditrisk+. Metode ini digunakan karena cukup sederhana dan cocok dengan keadaan BMT Al-Fath IKMI. Pada studi kasus BMT Al-Fath IKMI, input yang dibutuhkan untuk metode Creditrisk+ adalah data saldo akhir harga pokok dari debitur, kolektabilitas debitur, dan probability of default debitur. Saldo akhir harga pokok debitur dijadikan sebagai exposure atau Loss Given Default LGD. Pada penerapan creditrisk+, sisa margin yang belum terbayarkan tidak perlu diikutsetakan, karena sisa margin yang tidak terbayarkan tidak menjadi kerugian bagi BMT Al-Fath IKMI. BMT Al-Fath IKMI tidak menerapkan sistem manajemen risiko Internal Rating Based Approach, oleh karena itu untuk penentuan probability of default, BMT Al-Fath IKMI menggunakan probability of default dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 20PerM.KUKMXI2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi Bagian C point 2.2 yang berbunyi ”menghitung perkiraan besarnya risiko pinjaman bermasalah RPM sebagai berikut: 50 dari pinjaman diberikan yang kurang lancar PKL, 75 dari pinjaman diberikan yang diragukan PDR, 100 dari pinjaman diberikan yang macet Pm ”. BMT Al-Fath IKMI membagi tingkat kolektabilitas menjadi lima, yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 20PerM.KUKMXI2008 hanya kolektabilitas Kurang Lancar hingga Macet yang memiliki risiko pinjaman bermasalah maka kolektabilitas Lancar dan Dalam Perhatian Khusus memiliki 0 risiko pinjaman bermasalah. Default rate volatilities untuk studi kasus BMT Al-Fath IKMI tidak ada karena probability of default mengikuti Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 20PerM.KUKMXI2008 sehingga tidak ada perubahan dalam satu periode dan juga berdasarkan asumsi creditrisk+ data satu periode diasumsikan akan sama dengan periode-periode lainnya. Crouhy et al 2002. Recovery rate pada studi kasus BMT Al-Fath IKMI sama dengan 0 karena selama ini BMT Al-Fath IKMI tidak pernah menggunakan jaminan debitur untuk mengurangi kerugian akibat gagal bayar. BMT Al-Fath IKMI lebih memilih memberikan rescheduling dan restructuring kepada debitur yang tidak mampu bayar. Tabel 4. Jumlah debitur berdasarkan band Kelas Band 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 1 2 36 44 2 2 7 107 83 3 8 95 36 4 6 84 16 5 9 54 10 6 7 65 5 7 6 41 3 8 12 64 3 9 7 37 10 8 44 1 Jumlah 72 627 201 2 Kelas dan Band menunjukkan besarnya saldo akhir harga pokok debitur. Band 1 kelas 50,000 berarti debitur memiliki saldo akhir harga pokok antara Rp50,000-Rp100,000. Jumlah debitur terbanyak berada pada kelas Rp500,000 yaitu 627 orang dari total debitur 902 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah pinjaman debitur kepada BMT Al-Fath IKMI antara Rp500,000-Rp5,000,000. Pada kelas Rp500,000 jumlah debitur bermasalah sebanyak 102 orang. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak bila dibandingkan dengan kelas yang lain. Dari 102 orang debitur yang bermasalah sebagian besar meminjam antara Rp749,300 sampai Rp1,247,000. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 4. BMT Al-Fath IKMI dapat mengetahui expected loss berdasarkan saldo akhir harga pokok dan kolektabilitas debitur dengan menggunakan rumus pada langkah 3. Debitur yang berada pada kolektabilitas 3, 4, dan 5 saja yang memiliki peluang untuk merugikan BMT Al-Fath IKMI. Semua kelas memiliki debitur yang berpeluang merugikan BMT Al-Fath IKMI. Besarnya Expected Loss dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Expected Loss debitur berdasarkan Band di setiap kelas Kelas Band 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 1 135,000.00 8,968,275.00 20,288,750.00 48,937,500.00 2 236,250.00 29,963,225.00 72,231,735.00 0.00 3 584,000.00 16,335,025.00 35,499,950.00 0.00 4 615,000.00 35,514,925.00 0.00 0.00 5 1,883,200.00 16,954,000.00 0.00 0.00 6 1,793,700.00 6,651,100.00 29,882,650.00 0.00 7 996,900.00 12,320,100.00 17,500,000.00 0.00 8 609,000.00 33,779,850.00 0.00 0.00 9 2,193,791.00 22,354,800.00 0.00 0.00 10 1,957,000.00 4,907,000.00 0.00 0.00 Jumlah 11,003,841.00 187,748,300.00 175,403,085.00 48,937,500.00 Jumlah Expected Loss terbesar tetap berada pada kelas Rp500,000, yaitu sebesar Rp187,748,300 atau 44.38 dari total expected loss. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kerugian terbesar yang diperkirakan akan dialami BMT Al-Fath IKMI disebabkan oleh debitur yang memiliki saldo akhir harga pokok Rp500,000   x Rp5,000,000. Hasil ini sesuai dengan tahap sebelumnya yang menunjukkan bahwa jumlah debitur bermasalah yang terbanyak memiliki saldo akhir harga pokok Rp500,000-Rp5,000,000. BMT Al-Fath IKMI dapat memperkirakan rata-rata jumlah debitur default berdasarkan expected loss yang telah diperhitungkan. Tabel 6 menunjukkan hasil dari pengolahan j n yang menggambarkan rata-rata jumlah debitur default yang diperkirakan di setiap band di setiap kelas. Hasil ini dapat memberikan informasi kepada BMT Al-Fath IKMI mengenai rata-rata jumlah debitur default pada saldo akhir harga pokok tertentu. Tabel 6. Expected Number of Default berdasarkan band di setiap Kelas Band j 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 ELj j n ELj j n ELj j n ELj j n 1 2.70 2.70 17.94 17.94 4.06 4.06 0.98 0.98 2 2.36 1.18 29.96 14.98 7.22 3.61 - - 3 3.89 1.30 10.89 3.63 2.37 0.79 - - 4 3.08 0.77 17.76 4.44 - 0.00 - - 5 7.53 1.51 6.78 1.36 - 0.00 - - 6 5.98 1.00 2.22 0.37 1.00 0.17 - - 7 2.85 0.41 3.52 0.50 0.50 0.07 - - 8 1.52 0.19 8.44 1.06 - 0.00 - - 9 4.88 0.54 4.97 0.55 - 0.00 - - 10 3.91 0.39 0.98 0.10 - 0.00 - - Kelas Rp500,000 memiliki rata-rata jumlah debitur default diperkirakan j n terbanyak. Rata-rata tertinggi berada pada kelas Rp500,000 band ke-1, yaitu sebanyak 17.94 orang yang. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada saldo akhir harga pokok sebesar Rp514,000 sampai dengan Rp744,000 paling sering terjadi debitur default. Sedangkan, kasus debitur default paling jarang terjadi pada saldo akhir harga pokok Rp400,000 sampai dengan Rp416,300. Hasil perhitungan pada tabel 4 hingga tabel 6 merupakan perhitungan berdasarkan kasus yang selama ini terjadi. Berdasarkan kasus tersebut, BMT Al-Fath IKMI dapat menghitung potensi jumlah debitur default dengan menggunakan sebaran Poisson. Hasil dari perkiraan ini dapat membantu BMT Al-Fath IKMI untuk mengetahui kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath IKMI dan membantu dalam penyusunan pencadangan berdasarkan saldo akhir harga pokok. Rangkuman jumlah debitur default menurut sebaran Poisson di setiap kelas dan setiap band tertera pada tabel 7. Penentuan jumlah debitur default dengan sebaran Poisson dengan menggunakan minitab dapat dilihat pada lampiran 5. Tabel 7. Jumlah debitur default berdasarkan sebaran Poisson Kelas 50,000 500,000 5,000,000 50,000,000 Band j j n n j n n j n n j n n 1 2.70 6.00 17.94 25.00 4.06 7.00 0.98 3.00 2 1.18 3.00 14.98 21.00 3.61 7.00 - - 3 1.30 3.00 3.63 7.00 0.79 2.00 - - 4 0.77 3.00 4.44 8.00 - - - - 5 1.51 4.00 1.36 3.00 - - - - 6 1.00 3.00 0.37 1.00 0.17 1.00 - - 7 0.41 2.00 0.50 2.00 0.07 1.00 - - 8 0.19 1.00 1.06 3.00 - - - - - 9 0.54 2.00 0.55 2.00 - - - 10 0.39 2.00 0.10 1.00 - - - - total 29.00 73.00 18.00 3.00 Hasil dari pengolahan dengan sebaran Poisson menunjukkan jumlah debitur default yang terbanyak berada pada kelas Rp500,000   x Rp5,000,000 yaitu sebanyak 73 debitur dari 123 59.35. Kondisi ini sesuai dengan pada tabel 4 yang menunjukkan jumlah debitur terbanyak juga berada pada kelas Rp500,000   x Rp5,000,000. Setelah BMT Al-Fath IKMI mengetahui jumlah debitur default berdasarkan sebaran Poisson, BMT Al-Fath IKMI dapat mengetahui potensi kerugian yang akan dialami. BMT Al-Fath IKMI tidak pernah menjual jaminan debitur untuk mengurangi kerugian akibat gagal bayar sehingga akan semakin meningkatkan potensi kerugian. Penjualan jaminan debitur akan membantu mengurangi kerugian dan jumlah pencadangan. Pada kondisi tersebut fungsi dasar jaminan sebagai mitigasi risiko akan terlihat. Jumlah potensi kerugian yang dicari dengan metode creditrisk+ akan membantu BMT Al-Fath IKMI dalam menentukan jumlah dana pencadangan berdasarkan saldo akhir harga pokok. Jumlah pencadangan akan berbeda untuk setiap kelas saldo akhir harga pokok. Selanjutnya akan dipaparkan potensi kerugian setiap kelas saldo akhir harga pokok. Tabel 8. Potensi kerugian kelas Rp50,000 50,000 Band j n Real Loss Potensi Kerugian 1 6.00 1.00 300,000 2 3.00 1.00 300,000 3 3.00 1.00 450,000 4 3.00 1.00 600,000 5 4.00 1.00 1,000,000 6 3.00 1.00 900,000 7 2.00 1.00 700,000 8 1.00 1.00 400,000 9 2.00 1.00 900,000 10 2.00 1.00 1,000,000 Total 29.00 6,550,000 Pada kelas Rp50,000  x Rp500,000, dari 29 debitur yang default, jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI sebesar Rp6,550,000. Jumlah potensi kerugian terbesar berada pada band 5 dan 10. Band 5 dan 10 memiliki potensi kerugian terbesar bukan karena jumlah debitur gagal bayar yang banyak akan tetapi karena besarnya saldo akhir harga pokok. Jumlah dana yang dapat dicadangkan untuk debitur yang memiliki saldo akhir harga pokok Rp50,000-Rp500,000 sebesar Rp6,550,000. Tabel 9. Potensi kerugian kelas Rp500,000 500,000 Band j n Real Loss Potensi Kerugian 1 25.00 1.00 12,500,000 2 21.00 1.00 21,000,000 3 7.00 1.00 10,500,000 4 8.00 1.00 16,000,000 5 3.00 1.00 7,500,000 6 1.00 1.00 3,000,000 7 2.00 1.00 7,000,000 8 3.00 1.00 12,000,000 9 2.00 1.00 9,000,000 10 1.00 1.00 5,000,000 Total 73.00 103,500,000 Pada kelas Rp500,000  x Rp5,000,000, dari 73 debitur yang default, jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI dengan creditrisk+ sebesar Rp103,500,000. Jumlah potensi kerugian terbesar berada pada band 2 yaitu sebesar Rp21,000,000. Band 2 memiliki potensi kerugian terbesar bukan hanya karena jumlah debitur gagal bayar yang banyak akan tetapi karena besarnya saldo akhir harga pokok dari setiap debitur juga. BMT Al-Fath IKMI dapat melakukan pencadangan sebesar Rp103,500,000 Tabel 10. Potensi kerugian kelas Rp5,000,000 5,000,000 Band j n Real Loss Potensi Kerugian 1 7.00 1.00 35,000,000 2 7.00 1.00 70,000,000 3 2.00 1.00 30,000,000 4 0.00 1.00 5 0.00 1.00 6 1.00 1.00 30,000,000 7 1.00 1.00 35,000,000 8 0.00 1.00 9 0.00 1.00 10 0.00 1.00 Total 18.00 200,000,000 Kelas selanjutnya adalah kelas Rp5,000,000  x Rp50,000,000. Jumlah debitur default pada kelas ini sebanyak 18 debitur. Jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI pada kelas Rp5,000,000  x Rp50,000,000 sebesar Rp200,000,000. Jumlah debitur default pada kelas ini jauh lebih sedikit dibanding kelas sebelumnya, akan tetapi potensi kerugian yang akan dialami merupakan yang terbesar. Hal ini terjadi karena besarnya saldo akhir harga pokok debitur. BMT Al-Fath IKMI dapat membentuk dana cadangan berdasarkan potensi kerugian yang telah dihitung untuk kelas Rp5,000,000  x Rp50,000,000sebesar Rp200,000,000. dana cadangan pada kelas ini merupakan dana cadangan terbesar. Pembentukan dana cadangan dapat berasal dari margin yang diperoleh BMT Al-Fath IKMI. Tabel 11. Potensi kerugian kelas Rp50,000,000 50,000,000 Band j n Real Loss Potensi Kerugian 1 3.00 1.00 150,000,000.00 2 - 1.00 - 3 - 1.00 - 4 - 1.00 - 5 - 1.00 - 6 - 1.00 - 7 - 1.00 - 8 - 1.00 - 9 - 1.00 - 10 - 1.00 - Total 3.00 150,000,000 Kelas terakhir adalah kelas  x Rp50,000,000. Jumlah debitur default pada kelas ini sebanyak 3 debitur. Jumlah potensi kerugian yang akan dialami BMT Al-Fath-IKMI pada kelas  x Rp50,000,000 sebesar Rp150,000,000. Potensi kerugian pada kelas ini terbesar kedua setelah kelas Rp5,000,000  x Rp50,000,000 sedangkan jumlah debitur default pada kelas ini adalah yang terkecil dibanding kelas lainnya. Seluruh debitur default berada pada band 1. besarnya potensi kerugian pada kelas  x Rp50,000,000 karena besarnya saldo akhir harga pokok debitur. Rincian dari potensi kerugian di setiap band pada kelas  x Rp50,000,000 dapat dilihat pada tabel 12 berikut. Jumlah potensi kerugian total yang akan dialami oleh BMT Al-Fath IKMI adalah sebesar Rp 460,050,000. Jika dibandingkan dengan total pembiayaan yang disalurkan yaitu sebesar Rp6,514,048,939 maka indeks NPF bruto BMT Al-Fath IKMI sebesar 7.06. NPF bruto BMT Al-Fath IKMI berdasarkan perhitungan creditrisk+ tersebut tidak sehat karena masih di atas 5. BMT Al-Fath IKMI harus tetap mengambil tindakan untuk mengendalikan NPF bruto agar tidak bertambah besar.

4.4 Mitigasi Risiko Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI