PROFIL BILANGAN ASAM MINYAK GORENG KELAPA SAWIT

22 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0 kontrol 1 3 5 7 9 B il a ng a n a sa m m g N a O H g s a m pe l Frekuensi penggorengan sampel kali Minyak goreng produksi-1 Minyak goreng produksi-2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL BILANGAN ASAM MINYAK GORENG KELAPA SAWIT

Pengukuran bilangan asam dilakukan pada 24 sampel minyak goreng yang tersusun atas dua jenis sampel dengan batchproduksi yang berbeda. Masing-masing batch memiliki 12 sampel minyak goreng dengan rincian 6 sampel minyak goreng berasal dari ulangan pertama dan 6 sampel minyak goreng lainnya berasal dari ulangan ke dua. Pada Gambar 5, ditampilkan perbandingan perubahan profil bilangan asam. Dari Gambar 5, dapat dilihat bahwa secara u mu m keduasampel mengalami penurunan bilangan asam dengan tren yang sama. Perbedaan terletak pada bilangan asamminyak goreng produksi-1yang memiliki tren penurunan yang lebih curam pada awal penggorengan dibandingkan dengan bilangan asam minyak goreng produks i-2. Hal ini terlihat jelas pada penurunan nilai bilangan asam antara sampel kontrol dengan bilangan asam sampel penggorengan 1 kali. Pada minyak goreng produksi-1, bilangan asam turun sebesar 0,50 mg NaOH g sampel dari 0,80 mg NaOHg sampel pada sampel kontrol menjad i 0,30 mg NaOHg sampel pada sampel penggorengan 1 kali. Sementara pada minyak goreng produksi-2, bilangan asam turun sebesar 0,18 mg NaOH g sampel dari 0,66 mg NaOHg sampel pada sampel kontrol men jadi 0,48 mg NaOHg sampel pada sampel penggorengan 1 kali. Dengan demikian, selisih penurunan bilangan asam minyak goreng produksi-1 lebih besar dibandingkan dengan selisih penurunan bilangan asam minyak goreng produksi-2. Di samping itu, nilai bilangan asam penggorengan 9 kali pada minyak goreng produksi-20,30 mg NaOHg sampel juga lebih t inggi dibandingkan dengan nilai bilangan asam penggorengan yang sama pada minyak goreng produksi-1 0,22 mg NaOHg sampel. Dari data ini, dapat dinyatakan Gambar 5. Profil bilangan asam sampel minyak goreng kelapa sawit berdasarkan frekuensi penggorengan penggorengan lele pada suhu 180 C 23 Tabel 6. Perbandingan bilangan asam sampel dengan SNI bahwa minyak goreng produksi-1 lebih tahan terhadap reaksi hidrolisis dibandingkan dengan minyak goreng produksi-2. Adanya perbedaan ini dapat disebabkan karena variasi kualitas bahan baku antara batch yang digunakan ataupun variasi beberapa parameter pada proses produksi yang dilakukan. Sampel Bilangan Asam mg NaOH g sampel Minyak goreng produksi-1 Kontrol 0,80 Penggorengan 1 0,30 Penggorengan 3 0,22 Penggorengan 5 0,22 Penggorengan 7 0,20 Penggorengan 9 0,22 Minyak goreng produksi-2 Kontrol 0,66 Penggorengan 1 0,48 Penggorengan 3 0,33 Penggorengan 5 0,30 Penggorengan 7 0,30 Penggorengan 9 0,30 SNI mutu 1 maksimal 0,6 SNI mutu 2 maksimal 2 Pada Tabel 6, berdasarkan SNI 01-3741-2002, nilai bilangan asam maksimal untuk minyak goreng adalah 0,6 mg NaOH g sampel untuk mutu 1 dan 2,0 mg NaOH g sampel untuk mutu 2. Dengan demikian, keempat jenis sampel kontrol minyak goreng yang diuji masih masuk ke dalam kriteria SNI karena tidak ada yang melebihi n ilai 2,0 mg NaOH g sampel. Demikian pula dengan sampel-sampel pada penggorengan selanjutnya dengan tren nilai bilangan asam yang semakin menurun. Hasil penelit ian bilangan asam in i berbeda dengan beberapa literatur lain. Lalas 2009 menyatakan bahwa bilangan asam memiliki kecenderungan naik seiring dengan semakin lamanya waktu penggorengan.Secara teoritis, s ampel bahan pangan yang digoreng mengandung sejumlah air di dalamnya. Air yang terkandung ini jika bereaksi dengan gliserol dalam minyak goreng akan menghasilkan reaksi h idrolisis. Reaksi hidro lisis in i akan memutus ikatan ester p ada triasil g liserol sehingga memecahnya menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Semakin lama waktu penggorengan, semakin banyak pula reaksi h idrolisis terjadi sehingga bilangan asam pun akan semakin tinggi. Pernyataan Lalas 2009 ini serupa dengan hasil penelitian yang dikemu kakan oleh beberapa peneliti seperti halnya Tyagi dan Vasishta 1996 dengan sampel minyak kedelai dan minyak vanaspati campuran minyak nabati dari minyak biji kapas, kelapa sawit, kedelai, jagung, bunga matahari, dan lain-lain serta Abdulkarim et al 2007 dengan sampel minyak biji kelo r Moringa olifeira . Kedua peneliti tersebut melaporkan bahwa terdapat peningkatan bilangan asam lemak bebas seiring dengan semakin lamanya waktu penggorengan. Sementara itu, dalam beberapa penelitian lain, ditemu kan bahwa nilai bilangan asam justru menurun selama penggorengan awal. Di antaranya Kress -Rolgers et al 1990 dengan sampel minyak goreng nabati terhidrogenasi sebagian, Manral et al 2007 dengan sampel minyak biji bunga 24 Tabel 7. Perbandingan nilai bilangan asam minyak goreng selama penggorengan matahari, dan Kalapathy et al 2000 dengan sampel minyak nabati. Kress -Rolgers et al 1990, menggoreng selama 4 men it setiap kali penggorengan dengan total lama penggorengan 13,5 jam. Adapun sampel pertama diamb il setelah penggorengan selama 30 men it. Dari hasil pengukuran sampel tersebut, tampak bahwa terdapat penurunan bilangan asam sebesar 0,1 asam oleat. Sementara Manral et al 2008 menggoreng selama 14 jam dengan lama waktu t iap penggorengan 6 men it. Sampel pertama d iambil pada waktu 2 jam penggorengan. Dari hasil pe ngukuran, terlihat bahwa sampel ini mengalami penurunan nilai bilangan asam sebesar 0,4 asam oleat. Sementara penelitian Kalapathy et al 2000 menunjukkan bahwa terdapat penurunan bilangan asam selama penggorengan 40 menit pertama. Referensi Minyak Go reng Waktu Per Penggo rengan menit Waktu Total jam Waktu Pengambilan Sampel Awal jam Bilangan Asam kontrol asam oleat Bilangan Asam Sampel Awal asam oleat Seli- sih asam oleat Tren Tyagi dan Vasishta 1996 Minyak vanaspati 30,00 70,00 6 ,00 0,12 0,25 0,13 Naik Abdulkarim 2007 Minyak biji kelor 3,00 30,00 6,00 0,19 0,25 0,06 Naik Manral et al 2008 Minyak biji bunga matahari 6,00 14,00 2,00 0,50 0,10 0,40 Turun Kress- Rogers et al 1990 Minyak nabati terhidrogena si sebagian 4,00 13,50 0,50 0,20 0,10 0,10 Turun Kalapathy dan Proctor 2000 Minyak kedelai 10,00 0,66 0,66 0,81 0,80 0,01 Turun Kahfi 2012 Minyak kelapa sawit 15,00 2,25 0,25 0,57 0,21 0,36 Turun Terjad inya penurunan bilangan asam pada awal penggorengan ini dapat disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, asam lemak bebas yang terbentuk dari hasil hidrolisis dapat mengalami reaksi oksidasi. Menurut Ketaren 1986, terbentuknya senyawa peroksida dapat membantu proses oksidasi sejumlah kecil asam lemak tidak jenuh. Reaksi ini diakibatkan oleh interaksi antara asam lemak bebas dengan oksigen dan adanya paparan panas yang tinggi selama penggorengan. Bahkan, reaksi oksidasi dalam asam lemak bebas ini jauh lebih cepat berlangsung diba ndingkan dengan reaksi oksidasi asam lemak yang masih terikat dengan gliserol Velasco, et al., 2009. Pada penggorengan awal, laju reaksi oksidasi asam lemak bebas ini leb ih cepat dibandingkan dengan laju reaksi hidro lisis pembentukan asam lemak bebas. Dengan demikian, pengukuran bilangan asam pada penggorengan awal menunjukkan tren penurunan. Minyak goreng kelapa sawit banyak mengandung asam lemak tidak jenuh, di antaranya adalah asam oleat C 18:1 dan asam linoleat C 18:2. Kandungan asam oleat mencapa i 38,7 dan kandungan asam linoleat mencapai 10,5 dari total ju mlah asam lemak Rival, 2010. Dengan 25 demikian, sebesar 49,2 dari minyak kelapa sawit tersusun atas asam lemak t idak jenuh yang rentan mengalami oksidasi . Asam lemak bebas yang telah teroks idasi ini dapat mengalami reaksi lan jutan. Di antaranya adalah reaksi pembentukan ikatan antara asam karboksilat teroksidasi dengan gugus protein membentuk senyawa karboksil. Senyawa hasil ikatan in i termasuk ke dalam go longan senyawa makro mo leku l insolubel yang sukar dideteksi dalam analisis kimia Pokorny, 1999. Reaksi terbentuknya ikatan ini dapat dilihat pada Gambar 6. CO – p 1 CH-NH-p 2 NH 2 CO – p 1 CO – p 1 CH – NH – p 2 CH – NH – p 2 N N R – C – CH = CH – R 2 HC – R 3 Pada Gambar 6, terlihat bahwa asam lemak yang telah teroksidasi lemak hidropero ksida dapat membentuk ikatan dengan protein, salah satunya lisin. Lisin merupakan asam amino yang banyak terkandung di dalam protein ikan lele. Ju mlahnya mencapai 6,3 dari total asam amino Sink et al ., 2010. Ikatan ini pada akhirnya menghasilkan senyawa derivat imino, suatu ikatan dari molekul ko mpleks yang memiliki bobot molekul besar dan insolubel. -H 2 O -H 2 O Ikatan lisin Lemak hidroperoksida derivat imino Derivat imino Gambar 6. Reaksi pembentukan ko mp leks asam lemak teroks idasi dengan protein lisin p 1 , p 2 = residu protein; R 3 = residu lemak Po korny, 1999. aldehida O R 2 – C – H CH 2 4 CH 2 4 CH 2 4 HO – O R 1 – CH – CH = CH – R 2 26 5 10 15 20 25 30 0 kontrol 1 3 5 7 9 B il a ng a n pe rok si da m e q O 2 k g s a m pe l Frekuensi penggorengan sampel kali Minyak goreng produksi-1 Minyak goreng produksi-2

B. PROFIL BILANGAN PEROKSIDA MINYAK GORENG KELAPA SAWIT