9
Tabel 3. Ko mposisi asam lemak minyak kelapa sawit Rival, 2010 isomer, yakni cis dan trans. Keisometrian in i terjad i karena ikatan rangkap bertindak sebagai
penghalang sterik yang menyebabkan rotasi atom C menjad i terbatas Patterson, 2009. Isomer trans memiliki tit ik leleh yang lebih tinggi dikarenakan strukturnya yang
memudahkannya membentuk gabungan asam lemak yang solid. Sementara isomer cis, yang sering ditemu i pada bahan-bahan alami, memiliki sifat yang lebih liku id Patterson, 2009. Di antara yang
termasuk dalamasam lemak t idak jenuh adalah asam oleat. Asam lemak tidak jenuh ini memiliki karakteristik yang penting terhadap flavor minyak.
Asam lemak Ko mposisi
Asam kaprilat C8:0 0,00
Asam kaprat C10:0 0,00
Asam laurat C12:0 0,00
Asam miristat C14:0 1,00
Asam palmitat C16:0 44,30
Asam stearat C18:0 4,60
Asan oleat C18:1 38,70
Asam linoleat C18:2 10,50
Tabel 3 menunjukkan dilihat bahwa asam lemak dalam minyak kelapa sawit terdiri atas dua jenis, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh di dalam minyak kelapa
sawit berasal dari asam miristat, palmitat, dan stearat sedangkan kandungan asam lemak tidak jenuhnya berasal dari asam o leat dan linoleat. Kandungan keduanya di dalam minyak kelapa sawit
lebih ku rang seimbang. Asam lemak jenuh memiliki persentase sebesar 48,9 dan asam lemak tidak jenuh sekitar 49,2.
C. LELE
Lele merupakan ikan yang berasal dari genus Clarias Silu roidae, Clariidae. Secara lengkap, hewan ini termasuk ke dalam kingdom Animalia, subkingdom Metazoa, filu m Chordata, subfilu m
Vertebrata, kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo Ostariophysi, subordo Siluro idea, familia Clariidae, dan genus Clarias Djat mika et al., 1986.. Hewan ini memiliki penyebaran yang luas pada perairan
tawar di wilayah Afrika dan Asia. Diperkirakan nenek moyang lele in i berasal dari genus Pliocene yang hidup 7-10 juta tahun yang lalu pada zaman tersier Sudarto, 2007. Dewasa in i, terdapat total 58
spesies lele di seluruh dunia. Dari ju mlah tersebut, sebanyak 33 spesies berasal dari Afri ka dan 25 spesies berasal dari Asia.
1. Karakteristik Lele
Secara u mu m, ciri-ciri lele dapat dilihat pada tubuhnya yang panjang, sisik bagian samping dan analnya yang panjang, serta empat pasang sirip. Genus ini juga memiliki kekhasan yaitu adanya organ
suprabranchial Teugels, 2003. Organ ini berfungsi seperti halnya paru -paru dan meningkatkan
kemampuan lele untuk berespirasi. Hal itulah yang menyebabkan lele masih dapat bernafas pada kondisi lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah. Dalam kondisi ters ebut, diperkirakan lele
masih dapat memenuhi kebutuhan oksigennya sekitar 80 -90 Moreau, 1988.
10
Tabel 4. Negara penghasil lele utama dunia FAO, 2009 Habitat lele ialah air tawar. Meskipun tempat tumbuhnya yang paling baik adalah pada air
irigasi, air sungai, air mata air dan air su mur, namun lele dapat juga hidup pada lingkungan yang kurang baik seperti halnya air kotor dan penuh lumpur, Lele juga dapat hidup pada kolam dengan
padat penebaran yang tinggi. Kemampuan genus ini untuk tumbuh dan berkembang biak pada tempat yang miskin akan oksigen, perkembangannya yang cepat, makannya yang tidak sulit, dan
ketahanannya yang tinggi terhadap stres membuat banyak orang yang tertarik untuk membudidayakannya Na-Nakorn dan Bru mmett, 2009.
2. Produksi dan Konsumsi Lele
Diperkirakan lele ini d ibudidayakan dalam sekala besar pada 30 negara dengan total produksi melebih i 300.000 ton pada tahun 2006. Ju mlah ini setara dengan nominal 400 juta US FA O, 2009.
Sebanyak 20 negara di Afrika, Asia, dan Eropa memp roduksi sekurangnya 100 ton lele per tahunnya. Pada Tabel 4, produksi lele di Indonesia mencapai angka 77.332 ton pada tahun 2006 dan menempati
peringkat dua negara produsen utama lele.
Adapun enam jen is ikan lele yang dikembangkan di Indonesia adalah Clarias batrachus yang lebih dikenal dengan nama ikan lele lokal, Clarias teysmani atau ikan lele kembang, Clarias
melanoderma , Clarias nieuhofi, Dlarias localanthus, dan Clarias gariepinus yang dikenal juga
sebagai ikan lele dumbo Djat mika et al., 1986. Lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan lele yang paling banyak dibudidayakan dan dikonsumsi di Indonesia. Lele du mbo merupakan jen is lele
hasil persilangan antara lele betina Clarias fuscus yang berasal dari Taiwan dengan lele pejantan Clarias mossambicus
yang berasal dari Australia. Lele dumbo memiliki sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan lele lainnya, di antaranya adalah pertumbuhannya yang cepat, pemberi
pakannya yang mudah, dan pemeliharaanny a yang tidak sulit Hernowo dan Suyanto, 2003 dan Mahyuddin, 2008.
No Negara
Jumlah ton 1
Thailand 146.000
2 Indonesia
77.332 3
Nigeria 51.916
4 Uganda
20.941 5
Malaysia 18.486
6 Belanda
4.500 7
Filipina 2.376
8 Hungaria
1.724 9
Suria 1.030
10 Kamboja
800 11
Brazil 362
12 Kenya
302 13
Mali 300
14 Polandia
280 15
Belgia 250
16 Togo
200 17
Ru mania 118
18 Italia
115 19
Kamerun 110
20 Afrika Selatan
100
11
Gambar 1. FTIR spektroskopi Tabel 5. Data produksi lele du mbo ton tahun 1999 -2003 Mahyuddin 2008
Daerah Tahun
1999 2000
2001 2002
2003 Sumatera Utara
1.343 1.354
1.327 1.446
2.534 Riau
2.013 3.428
6.369 555
1.569 Jawa Timur
7.295 7.286
7.981 14.792
25.689 Jawa Tengah
5.110 6.491
7.573 7.554
9.416 Jawa Barat
5.666 7.233
6.246 6.941
8.376 Yogyakarta
1.781 1.063
1.751 2.258
2.518 Lain-lain
1.783 2.136
2.889 4.505
7.638 Total
24.991 28.991
34.136 38.051
57.740 Menurut Mahyuddin 2008 pada Tabel 5, berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan,
perkembangan produksi lele dumbo di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 18,3 per tahun dari 24.991 ton pada tahun 1999 menjadi sebesar 57.740 ton pada tahun 2003. Pada tahun 2004, produksi
lele mencapai angka 60.000 ton. Sementara pada tahun 2005 nilai in i meningkat men jadi 79.000 ton. Kebutuhan benih juga mengalami peningkatan pesar dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360
juta ekor pada tahun 2003. Angka peningkatan rata-ratanya mencapai 46 per tahun. Pasar utama lele adalah warung lesehan dan pecel lele. Di samp ing itu, pasar lele saat ini juga
telah menjangkau restoran, supermarket, dan industri olahan. Permintaan lele untuk konsumsi cukup besar. Untuk pasar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, permintaannya setiap hari
tidak kurang dari 75 ton atau 2.250 tonbulang dengan nilai perputaran uang mencapai Rp 20 miliar per bulan. Adapun permintaan dari wilayah Yogyakarta mencapai 20 ton per hari dan dari Jawa Timur
mencapai 30 ton per hari Mahyuddin, 2008.
D. Fourier Transform Infra Red FTIR Spectroscopy