50
selama ini diindetikkan dengan uang pada hal ada pula pekerja yang menerima imbalan dalam bentuk barang.
76
Sedangkan pengertian pengusaha menurut Undang-undang nomor 13 Tahun 2003, Pasal 1 angka 5 adalah :
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri ;
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b
yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
2. Hubungan Kerja
Menurut Undang-undang Nomor13 tahun 2003, Pasal 1 angka 15 hubungan kerja adalah :
hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
Berdasarkan pengertian hubungan kerja yang tercantum dalam Undang-undang Nomor13 tahun 2003 tersebut, jelaslah bahwa hubungan kerja merupakan
hubungan hukum yang lahir setelah adanya perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha.
77
76
Lalu Husni, loc cit, hal. 34
77
M. Hadi Subhan, loc cit, hal. 53
Universitas Sumatera Utara
51
3. Perjanjian Kerja
Pengertian perjanjian kerja menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1601 a adalah :
Perjanjian dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya dengan untuk di bawah perintah pihak yang lain simajikan, untuk suatu waktu tertentu
melakukan pekerjaan dan menerima upah. Sedangkan menurut Undang-undang nomor13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14,
perjanjian kerja adalah : Perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusahapemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak Menurut Pasal 52 Undang-undang nomor13 Tahun 2003, Perjanjian kerja dibuat
atas dasar : a.
Kesepakatan kedua belah pihak ; b.
Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum ; c.
Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan d.
Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja yang dibuat bertentangan dengan ketentuan huruf a dan b maka akibat hukumnya perjanjian kerja tersebut dapat dibatalkan, sedangkan apabila
perjanjian kerja bertentangan dengan ketentuan huruf c dan d maka akibat hukumnya perjanjian kerja tersebut batal demi hukum
4. Pemutusan Hubungan Kerja
Universitas Sumatera Utara
52
Pengertian pemutusan hubungan kerja menurut Undang-undang nomor13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 25 adalah :
Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerjaburuh dan pengusaha.
Pemutusan hubungan kerja merupakan suatu keadaan dimana pekerja berhenti bekerja dari pengusaha dan merupakan suatu peristiwa yang sangat tidak
diharapkan khususnya terhadap pekerja dan keluarganya karena pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja akan kehilangan sumber pendapatan
untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya.
78
Secara ekonomi, pekerja mempunyai kedudukan yang lemah jika dibandingkan dengan pihak pengusaha,
karenanya pemutusan hubungan kerja bagi pihak pekerja akan memberikan pengaruh psikologis, ekonomis dan finansial terhadap pekerja.
79
Dalam literatur hukum ketenagakerjaan dikenal beberapa jenis pemutusan hubungan kerja, yaitu :
80
a. Pemutusan hubungan kerja oleh Pengusaha Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja dengan alasan
sebagai berikut :
78
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal. 158
79
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 194
80
Lalu Husni, loc cit, hal. 179
Universitas Sumatera Utara
53
1 Pekerja melakukan kesalahan berat sebagaimana disebutkan dalam pasal
158 ayat
1 Undang-undang
nomor 13
Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, yaitu :
a Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang danatau
uang milik perusahaan; b
Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
c Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai
danatau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
d Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
e Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman
sekerja ataupengusaha di lingkungan kerja; f
Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam
keadaan bahayabarang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau
pengusaha dalamkeadaan bahaya di tempat kerja; i
Membongkar atau
membocorkan rahasia
perusahaan yang
seharusnya dirahasiakankecuali untuk kepentingan negara; atau j
Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 lima tahun atau lebih.
Kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam pasal 158 ayat 1 Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut
harus didukung dengan buktisebagai berikut: a
Pekerjaburuh tertangkap tangan; b
Ada pengakuan dari pekerjaburuh yang bersangkutan; atau c
Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang diperusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh
sekurang-kurangnya 2 duaorang saksi. Dalam hal pemutusan hubungan kerja dengan alasan pekerja melakukan
kesalahan berat, pekerja dapat memperoleh uang penggantian hak
Universitas Sumatera Utara
54
sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat 4 Undang-undang nomor 13 Tahun 2003.Apabila pekerjaaan dari pekerja yang diputus hubungan kerja
tersebut tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain uang penggantian hak, pekerja juga diberikan uang pisah yang besarnya
dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
81
Apabila pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan telah melakukan kesalahan berat tidak menerima pemutusan
hubungan kerja, pekerja tersebut dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
82
Jika buruh ditahan oleh pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha maka menurut Undang-
undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 berlaku ketentuan sebagai berikut :
a Pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan
bantuan kepada keluarga pekerja yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut :
83
- untuk 1 satu orang tanggungan : 25 dari upah; - untuk 2 dua orang tanggungan : 35 dari upah;
- untuk 3 tiga orang tanggungan : 45 dari upah; - untuk 4 empat orang tanggungan atau lebih : 50 dari upah.
Bantuan tersebut diberikan untuk paling lama 6 bulan takwin terhitung
sejak hari
pertama pekerja
ditahan oleh
pihak yangberwajib.
84
81
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 158 ayat 3 juncto ayat 4
82
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 159
83
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 ayat 1
84
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
55
b Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja yangsetelah 6 bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya karenadalam
proses perkara
pidana sebagaimana disebutkan diatas.
85
c Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6
bulanberakhir dan pekerja dinyatakan tidakbersalah, maka pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja tersebut.
86
Apabila pengadilan memutuskan pekerja dinyatakan bersalah, maka pengusaha dapat
melakukanpemutusan hubungan kerja kepada pekerjaburuh yang bersangkutan.
87
d Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Pengusaha setelah 6
bulan pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses pidana atau dalam waktu kurang dari 6
bulan dan pekerja dinyatakan bersalah, dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
88
Kepada pekerja tersebut Pengusaha wajib membayar uang penghargaan masa
kerja 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat 4.
89
2 Pekerja melakukan kesalahan ringan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja nomor Per-4Men1986 Pasal 18 ayat 1 yaitu :
90
a Setelah 3 kali berturut-turut pekerja tetap menolak untuk menaati
perintah atau penugasan yang layak sebagaimana tercantum dalam perjanjian
kerja, Kesepakatan
Kerja Bersama
atau peraturan
perusahaan ; b
Dengan sengaja atau karena lalai mengakibatkan dalam keadaan demikian sehingga ia tidak dapat menjalankan pekerjaan yang
diberikan kepadanya ;
85
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 ayat 3
86
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 ayat 4
87
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 ayat 5
88
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 ayat 6
89
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 160 ayat 7
90
Asri Wijayanti, loc cit, hal. 165
Universitas Sumatera Utara
56
c Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba di bidang
tugas yang ada ; d
Melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan kerja bersama, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja.
3 Pekerja yang mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut
tanpaketerangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggiloleh pengusaha 2 kali secara patut dan tertulis dapat
diputus hubungan kerjanyakarena dikualifikasikan mengundurkan diri. Pekerja tersebut berhak menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat 4 dan diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
91
4 Pekerja melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja setelah kepada pekerja yang
bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut yang masing-masing surat peringatan tersebut berlaku
untuk paling lama 6 bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Pekerja yang
bersangkutan memperoleh uang pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal
156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4.
92
5 Perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian
secara terus menerus selama 2 tahun yang dibuktikan dengan laporan keuangan 2 tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik, atau
keadaan memaksa force majeur, dengan ketentuan pekerja berhak atas uang pesangon sebesar 1 kali ketentuan
Pasal 156 ayat 2, uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4.
93
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh
karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 tahun berturut-turut atau bukan karena keadaan memaksa force majeur tetapi
perusahaan melakukan efisiensi, dengan ketentuan pekerja berhak atas
91
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 168 ayat 1 juncto 3
92
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 161 ayat 1 2 dan 3
93
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 164 ayat 1 dan 2
Universitas Sumatera Utara
57
uang pesangon sebesar 2 kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4
94
6 Perusahaan pailit dengan ketentuan pekerjaburuh berhak atas uang
pesangon sebesar 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4
95
7 Perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan
perusahaan dan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka pekerja berhak atas uang pesangon sebesar 1 kali sesuai ketentuan Pasal
156 ayat 2, uang perhargaan masa kerja 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat 4.
Tetapi apabila pengusaha yang
tidak bersedia menerima pekerja di perusahaannya, maka pekerja berhak atas uang pesangon sebesar 2 kali
ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja 1 kali
ketentuan dalam Pasal 156 ayat 3, dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat 4.
96
8 Pekerja menuduh dan melaporkan pengusaha telah melakukan perbuatan
sebagaimana disebutkan dalam pasal 169 ayat 1 Undang-undang nomor 13 Tahun 2003, yaitu :
a Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerjaburuh; b Membujuk danatau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ; c Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama
3 bulan ; d Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja ;
e Memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan ; atau
f Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja sedangkan pekerjaan tersebut tidak
dicantumkan pada perjanjian kerja. Tetapi
ternyata oleh
lembagapenyelesaian perselisihan
hubungan industrial pengusaha dinyatakan tidak melakukan perbuatan dimaksud,
maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan
pekerja yang bersangkutan tidak berhak atas uang pesangon sesuai
94
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 164 ayat 3
95
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 165
96
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 163 ayat 1 dan 2
Universitas Sumatera Utara
58
ketentuan Pasal 156 ayat 2, dan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 3.
97
b. Pemutusan hubungan kerja oleh pekerja Pemutusan kerja oleh pekerja dapat terjadi dalam hal-hal sebagai
berikut : 1
Pekerja mengundurkan diri atas kemauan sendiri, dalam hal ini pekerja memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4.
Apabila tugas dan fungsi pekerja tersebut tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat 4 diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama. Pengunduran diri ini dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan dilakukan
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a
Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat- lambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri ;
b Tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
c Tetap
melaksanakan kewajibannya
sampai tanggal
mulai pengunduran diri.
98
2 Pekerja dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja
kepada lembaga penyelesaian perselisihan perburuhan dalam hal
pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :
99
97
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 169 ayat 3
98
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 162 ayat 1, 2, 3 dan 4
Universitas Sumatera Utara
59
a Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerjaburuh;
b Membujuk danatau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ; c
Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 bulan ;
d Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja ;
e Memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan ; atau f
Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja sedangkan pekerjaan tersebut tidak
dicantumkan pada perjanjian kerja. Pemutusan hubungan kerja dengan alasan tersebut,
pekerja berhak mendapat uang pesangon 2 kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang
penghargaan masa kerja 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3, dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4. Dalam hal
pengusaha dinyatakan tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
dan pekerjaburuh yang bersangkutan tidak berhak atas uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 2, dan uang penghargaan masa kerja
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 3.
3 Pekerja yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat
kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan kerja
dan diberikan uang pesangon 2 kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja 2 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3, dan uang
pengganti hak 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 4. c. Pemutusan hubungan kerja demi hukum
Pemutusan hubungan kerja demi hukum maksudnya pemutusan hubungan kerja tersebut harus putus dengan sendirinya dan pengusaha tidak
99
Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 169 ayat 1, 2 dan 3
Universitas Sumatera Utara
60
perlu mendapatkan penetapan pemutusan hubungan kerja dari lembaga yang berwenang sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 13 Tahun 2003
Pasal 154, sebagai berikut :
100
1 pekerja masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan
secara tertulis sebelumnya; 2
Pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekananintimidasi dari
pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali;
3 Pekerjaburuh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan; atau
4
Pekerjaburuh meninggal dunia. d. Pemutusan hubungan kerja oleh Pengadilan
Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan maksudnya pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri atas permintaan yang
bersangkutan.
101
Dalam pasal 1603v Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan :
Masing-masing pihak adalah setiap waktu berhak, juga sebelumnya pekerjaan di mulai karena alasan-alasan penting, memajukan permohonan tertulis
kepada Pengadilan Negeri dari tempat kediamannya yang sesungguhnya, supaya perjanjian perburuhan dinyatakan bubar. Tiap janji yang mungkin
berakibat bahwa kekuasaan ini akan dikecualikan adalah batal.
Yang dimaksud dengan alasan penting adalah disamping alasan mendesak juga
karena perubahan keadaan pribadi atau kekayaan pemohon atau
100
Lalu Husni, loc cit, hal. 187
101
Zaeni Asyhadie, loc cit, hal 202
Universitas Sumatera Utara
61
perubahan keadaan dimana pekerjaan yang dilakukan sedemikian rupa sifatnya sehingga adalah layak untuk memutuskan hubungan kerja.
102
5. Proses Pemutusan Hubungan Kerja