3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C
15
atau unit C
20
menghasilkan triterpenoida dan steroida.
Triterpenoida C
30
dan tetraterpenoida C
40
berasal dari dimerisasi C
15
atau C
20
dan bukan dari polimerisasi terus-menerus dari unit C
5
. Yang banyak diketahui ialah dimerisasi FPP menjadi skualena yang merupakan triterpenoida dasar dan
sumber dari triterpenoida lainnya dan steroida yang terlihat pada gambar 2.6. Siklisasi dari skualena menghasilkan tetrasiklis triterpenoida lanosterol Pinder,
1960.
Farsenil Pirofosfat TPP OPP
Skualen
Gambar 2.6 Pembentukan Skualen Triterpenoida Dasar Pinder, 1960
2.2.4 Saponin
Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan etanol,tetapi tidak larut dalam eter. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas
membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis,jadi mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu pemeabilitas
membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai kompone penting dari dalam sel bakteri yaitu
protein, asam nukleat dan nukleotida Ganiswarna,1995.
2.2.5 Tanin
Tanin merupakan salah satu metabolit sekunder yang dapat digunakan tumbuhan untuk melindungi dari serangan bakteri dari cendawan Salisbury, 1995.
Secara kimiawi tanin merupakan kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang sulit dipisahkan karena tidak mengkristal.
Universitas Sumatera Utara
Apabila tanin direaksikan dengan air membentuk larutan koloid yang memberikan reaksi asam dan reaksi yang tajam Harborne, 1996. Tanin memiliki peranan
fisiologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis Hagerman, 2002.
Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan yaitu tanin terkondensasi Proantosianidin dan tanin terhidrolisis
Hydrolyzable tannin Harbone, 1987. Kedua golongan tanin menunjukkan reaksi yang berbeda dalam larutan garam Fe III. Tanin terkondensasi
menghasilkan warna hijau kehitaman sedangkan tanin terhidrolisis memberikan biru kehitamanan.
1. Tanin terhidrolisis
Tanin terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higrokopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam air terutama air panas membentuk larutan koloid
bukan larutan sebenarnya. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin ini larut dalam pelarut
organik yang polar, tetapi tidak larut dalam pelarut organik nonpolar seperti benzene atau kloroform Robinson, 1995.Tanin ini biasanya berikatan dengan
karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida Hagerman,
2002. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah galotanin yang merupakan senyawa gabungan karbohidrat dan asam galat seperti yang terlihat pada Gambar 2.7
berikut:
Universitas Sumatera Utara
HO
HO OH
O O
O
O O
OH OH
HO
O O
OH OH
HO
O O
O
OH OH
OH
O
OH OH
OH
Asam galat COOH
O H
OH OH
O H
OH OH
O O O
O H
O H
O H
OH
Beta-Glukogallin
Galotanin Tanin Terhidrolisis
GT
COOH O
H O
OH
Asam 3-Dehidro-Sikimat
Karbohidrat
SKoA O
Asetil KoA
ACoAC
SKoA O
HOOC
Malonil-KoA
x3
Flavonoid Stilben
O
KoAS
OH
p-Kumaroyl-KoA
HCT O
OH
OH OH
OH
HOOC
O
Asam 5-O-p-Kumaroylquinat
CH
3
O OH
OH OH
OH
HOOC
O OH
Asam 5-O-Kafeoylquinat
4CL OH
HOOC
Asam p-Kumarat
CH
4
HOOC
Asam Sinamat
PAL
HOOC NH
2
L-Fenilalanin
OH
HOOC
OH Asam Kafeat
OH
HOOC
OCH
3
Asam ferulat
COMT-1 HOOC
Asam Benzoat
BA
2
H HOOC
O H
Asam Salisilat
FH
5
OH
HOOC
OCH
3
Asam 5-Hidroksi ferulat
OH
HOOC
OCH
3
Asam Sinapat
OCH
3
OH
COMT-1
Gambar 2.7 Biosintesis Galotanin Crozieret al, 2006
Selain membentuk galotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang disebut elagitanin. Elagitanin sederhana disebut juga ester asam
hexahydroxydiphenic HHDP Hagerman, 2002. Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galat jika dilarutkan dalam air.
Universitas Sumatera Utara
2. Tanin terkondensasi
Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal galokatekin yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligimer yang lebih tinggi. Proantosianidin merupakan nama lain dari tanin terkondensasi karena jika direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan
karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin Harborne, 1987.Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis. Tanin jenis ini
kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah proantosianidin. Proantosianidin merupakan polimer dari
flavonoid, salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin tertera pada Gambar 2.5, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan
catechin Hagerman, 2002.Senyawa ini jika dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa
floroglusinol Hagerman, 2002. Tanin terkondensasi banyak terdapat dalam paku-pakuan, gymnospermae, dan tersebar luas dalam angiospermae, terutama
pada jenis tumbuhan berkayu Robinson, 1991.Biosintesis dari Procyanidin dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut:
Universitas Sumatera Utara
HOOC
O
SCoA
Malonil KoA
+
KoAS
O OH
4-Kumaroil-KoA
OH OH
O H
Trans-resveratrol stilben
O OH
OH OH
O H
Naringenin-khalkon
O OH
OH O
H
2-Isoliquiritigenin
O OH
O H
5-Liquiritigenin Flavanon
O
O OH
O H
O OH
O OH
O H
O O
OH O
H O
OH O
OH O
H O
OH
Apigenin Flavon
Naringenin Flavanon
Genistein Isoflavon
Daidzein Isoflavon
O OH
O H
O OH
OH O
OH O
H O
OH OH
Kamferol Flavonol
Dihidrokamferol Dihidroflavanol
O OH
O H
O OH
OH OH
Dihidroquercetin Dihidroflavonol
OH O
H O
OH OH
OH
Leukosianidin
OH O
H O
OH OH
OH O
H O
OH OH
OH O
H O
OH OH
OH O
H O
OH OH
OH O
H O
OH OH
OH O
H O
+
OH OH
Cyanidun Antocyanidin
Proantocyanidin trimer C
2
- -Epikatekin Flavan-3-ol
+ -katekin Flavan-3-ol
Polimer Proantocyanidin Tanin Terkondensasi
Gambar 2.8 Biosintesis Proantocyanidin Crozier et al,2006
Universitas Sumatera Utara
2.3 Ekstraksi