Alkaloid Seyawa Metabolit Sekunder

2.2.2 Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika mempunyai struktur kompleks dan bercincin aromatik. Alkaloid pada umumnya juga mempunyai kereaktifan fisiologi yang menonjol, sehingga oleh manusia alkaloida sering dimanfaatkan sebagai pengobatan. Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Secara fisik, alkaloida dipisahkan dari kandungan tumbuhan lainnya sebagai garamnya dan sering diisolasi sebagai kristal hidroklorida atau pikrat Harbone, 1987. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,sehingga lapisan dinding sel terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut Robinson, 1995. Menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai berikut : a. Alkaloid sesungguhnya Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tesebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa ; lazim menggunakan nitrogen dalam cincin heterosiklis, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam basa organik. Beberapa perkecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklis dan alkaloid kuartener yang bersifat agak asam. b. Protoalkaloid Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklis. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Contoh meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin. Universitas Sumatera Utara c. Pseudoalkaloida Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawaini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloid stereoidal contoh, konnesin dan purin contoh, kafein Sastrohamidjojo, 1996. Biosintesis Benzylisoquinoline alkaloid dimulai dengan tahap dekarboksilasi, orto-hidroksilasi dan deaminasi yang mengkonversi tirosin baik dopamin dan 4-hidroksifenil acetaldehid 4-HPAA Gambar 2.3. Molekul klon untuk senyawa aromatik asam dekarboksilase l-amino TYDC yang mengkonversi tirosin dan dopa menjadi tirosin dan dopamin, masing-masing, telah diisolasi. Kondensasi Norcoclaurine sintase NCS dengan dopamin dan 4- HPAA menghasilkan S-norcoclaurine, yang merupakan prekursor pusat untuk semua benzylisoquinoline alkaloid pada tanaman. S-Norcoclaurine dikonversi ke S-reticuline oleh 6-O-metiltransferase 6OMT, N-metiltransferase CNMT, hidroksilase P450 CYP80B dan 4-O-metiltransferase 4 OMT. Molekul klon telah diisolasi untuk semua enzim yang terlibat dalam konversi S-norcoclaurine ke S-reticuline, yang merupakan cabang-titik menengah dalam biosintesis berbagai jenis benzylisoquinoline alkaloid. Intermediet dari jalur S-reticuline juga berfungsi sebagai prekursor untuk lebih dari 270 dimer alkaloid bisbenzylisoquinoline seperti +-Tubokurarin. Molekul klon untuk oksidasi P450 CYP80A dengan R N-metilcoclaurine ke R atau S N-metilcoclaurine untuk menghasilkan bisbenzylisoquinoline alkaloid, yang masing-masing telah diisolasi dari barberry Berberis stolonifera. Banyak pekerjaan telah difokuskan pada jalur cabang yang mengarah ke benzophenanthridine alkaloid, seperti sanguinarine, alkaloid protoberberine, seperti berberin, dan morphinan alkaloid , seperti morfin . Sebagian besar enzim yang terlibat dalam jalur ini , dimana ada lima enzim sesuai dengan molekul klon , telah diisolasi Gambar 2.3 . Langkah pertama yang dilakukan dalam biosintesis benzophenanthridine dan protoberberine alkaloid melibatkan konversi S-reticuline ke S-scoulerine oleh jembatan enzim berberin BBE . S-Scoulerine dapat dikonversi ke S-stylopine oleh dua oksidase P450 . Setelah N-metilasi S-stylopine oleh metiltransferase tertentu, dua enzim P450 tambahan akan mengkonversi S-cis-N-metilstylopine ke Universitas Sumatera Utara dihydrosanguinarine, yang teroksidasi untuk menghasilkan sanguinarine. Eksudat dari banyak sepsis Papaveraceae, seperti Sanguinaria Canadensis dan Eschsholzia californica, berwarna merah karena akumulasi sanguinarine dan alkaloid benzophenanthridine lainnya. Dalam beberapa tanaman, terutama berberidaceae dan Ranunculaceae, S-scoulerine termetilasi oleh SAM scoulerine-9-O- metiltransferase SOMT untuk menghasilkan S-tetrahydrocolumbamine Gambar2.3. Molekuler Klon untuk SOMT dan P450 S-synthase canadine CYP719A, yang mengubah S-tetrahydrocolumbamine ke S-canadine, telah diisolasi. S-Canadine teroksidasi untuk menghasilkan berberin. Pada beberapa spesies papaver, S-reticuline yang epimeris ke R-reticuline sebagai langkah pertama dalam biosintesis alkaloid morphina. Selanjutnya, R-reticuline diubah dalam dua langkah ke 7S-salutaridinol oleh enzim P450 dan sebuah oksidoreduk tase NADPH. Morphina alkaloid tebain dihasilkan dari 7S-salutaridinol melalui asetil koenzim A: salutaridinol-7-O-asetiltransferase SAT. Tebain diubah menjadi codeinone, dengan mereduksi codeine oleh enzim NADPH codeinnonereduktase COR. Molekuler SAT dan COR telah diisolasi dari opium poppy. Tahap ahir, kodein demetilasi untuk menghasilkan morfin Crozier et al, 2006 Universitas Sumatera Utara Berikut merupakan alur biosintesis dari alkaloid : OH O NH 2 HO HO L-Dopa HO HO NH 2 TYDC Dopamin + NCS HO HO NH HO H S-Norkoklaurin 6OMT H 3 CO HO NH HO H S-koklaurin HO NH 2 O 4-hidroksifenilasetaldehid OH O NH 2 HO HO Tyrosin H 3 CO HO N HO H CH 3 CNMT S-N-Metilkoklaurin CYP80B H 3 CO HO N H CH 3 H 3 CO HO N O R 1 R 2 H O Bisbenzilisoquinolin Alkaloid N + CH 3 O O O O Sanguinarin N + H OCH 3 OCH 3 N H OH OCH 3 H 3 CO HO Berberin S-Scoulerin BBE H 3 CO HO N HO H CH 3 HO H 3 CO HO N HO H CH 3 H 3 CO 4OMT S-3-Hydroxy-N-methylcoclaurine S-Reticuline N H O O OCH 3 OCH 3 N H OCH 3 OCH 3 H 3 CO HO CYP719A H 3 CO HO HO H 3 CO N CH3 H 3 CO HO O H 3 CO N CH3 SAT S-Canadine S-Tetrahydrocolumbamine Salutaridinol 7-O-Acetylsalutaridinol O O CH 3 O H 3 CO O H 3 CO N CH3 H H H Thebaine H 3 CO O N CH3 H O H Codeinone H 3 CO O N CH3 H H HO Codeine COR HO O N CH3 H H HO Morphine Gambar 2.3 Biosintesis Benzylisoquinolin Alkaloid Crozier et al, 2006 Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Terpenoid

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol serta Fraksi n-Heksana Etilasetat dan Air Herba Kurmak Mbelin (Enydra fluctuans Lour.)

1 75 100

Skrining Fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu

3 7 13

Skrining Fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu

0 0 2

Skrining Fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu

0 0 4

Skrining Fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu

0 3 33

Skrining Fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu

1 12 5

Skrining Fitokimia, Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) dari Daerah Tigarunggu

0 2 13

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

4 10 16

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

1 2 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

6 30 4