Peraturan Perundang-undangan Internet Pengertian Anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak

Prawirohamidjojo, R. Soetojo, 2002, Pluralisme Dalam Perundang-Undangan Perkawinan Di Indonesia, Airlangga University Press, Surabaya. Prinst, Darwan,1997, hukum anak Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Prodjohamidjojo, Mr Martiman, 2002, Hukum Perkawinan Indonesia, Indonesia Legal Center Publising, Jakarta. Poerwadarminta, WJS, 2004, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2004. Rofiq, Ahmad, 2003, Hukum Islam Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Saleh, K. Wantjik, 1976, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. -------------------------, dan Sri Mamudji, 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sostroatmojo, Arso, dan Wasit Aulawi, 1981, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta. Sudarsono,2015, Hukum Perkawinan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta. Sukardja, Ahmad, 2008, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Pustaka Firdaus, Jakarta. Syahrani, Riduan, 2004, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT Alumni, Bandung. Tutik, Titik Triwulan, 2008, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana Media Group, Jakarta. Usman, Rachmadi, 2006, Aspek-Aspek Hukm Perorangan Kekeluargaan Di Indonesia, Sinargrafita, Jakarta. Wadong, Maulana Hasan, 2000, Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Kompilasi Hukum Islam

C. Internet

https:id.wikipedia.orgwikiPemalsuan http:journal.uin-suka.ac.idmediaartikelASY134702-Imam20Jauhari.pdf. https:www.researchgate.netpublication42348871 Kajian Yuridis Terhadap Perlindungan Hak Hak Anak Dan Penerapannya Penelitian Di Kota Binjai Kota Medan Dan Kabupaten Deli Serdang. http:journal.uin-suka.ac.idmediaartikelASY134702-Imam20Jauhari.pdf http:www.kumham-jogja.infokarya-ilmiah37-karya-ilmiah-lainnya801- perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002 Universitas Sumatera Utara 63 BAB III KEDUDUKAN ANAK DALAM PERKAWINAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

A. Pengertian Anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak

Anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki oleh setiap orang tua. Anak adalah bagian dari generasi muda, sebagai salah satu sumber daya manusia, merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Seorang anak memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah kehidupan trumah tangga, karena tujuan melangsungkan perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera juga untuk mempersatukan keluarga dan meneruskan keturunan. Pengertian dan batas usia anak secara eksplisit, bunyi Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 T ahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah sebagai berikut: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Dalam pengertian dan batasan tentang anak sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ini tercakup 2 dua isu penting yang menjadi unsur dalam pengertian anak, yaitu pertama, seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun. Dengan demikian, maka setiap orang yang telah melewati batasan usia 18 tahun, termasuk orang yang secara mental tidak cakap, dikualifikasi sebagai bukan anak, yakni orang dewasa. Dalam hal ini tidak dipersoalkan apakah Universitas Sumatera Utara statusnya sudah kawin atau tidak. Kedua, anak yang masih dalam kandungan. Jadi, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ini untuk melindungi anak yang diperluas termasuk anak dalam kandungan. Dengan demikian, pengertian dan batasan usia anak dalam Undang- Undang Perlindungan Anak, bukan dimaksudkan untuk menentukan siapa yang telah dewasa, dan siapa yang masih anak-anak, sehingga konsekuensi hukumnya, seorang perempuan yang telah menikah kendatipun belum berusia 18 tahun, misalnya masih 16 tahun, secara hukum telah dikualifikasi sebagai status orang dewasa. Secara yuridis formal terdapat berbagai batasan usia anak, yang dirumuskan sesuai dengan segi hukum yang mengatur masing-masing perbuatan hukumnya, seperti KUHPerdata, KUHP, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan lain-lain. Sehingga dapat dikemukakan bahwa terdapat 3 tiga isu krusial dalam menentukan apa dan bagaimana pengertianbatasan usia anak yang menyangkut 3 tiga aspek, yaitu: a. Pertama, batas kuantitatif usia anak itu sendiri, apakah 18 tahun, 21 tahun, 17 tahun, 16 tahun, 15 tahun, dan lain sebagainya. b. Kedua, isu tentang menikah atau belum menikah sebagai suatu penentu dalam batasan anak bandingkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun Universitas Sumatera Utara 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997. c. Ketiga, isu anak dalam kandungan atau tidak Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan Pasal 1 Konvensi Hak Anak. 76 Pengertian anak juga dapat ditinjau dari usia atau dari aspek kejiwaan. Seseorang dapat dikategorikan anak bila ia berumur 8-17 tahun. Sementara aspek kejiwaan tampaknya ada pengklasifikasian yang agak rinci, yaitu anak, remaja dini, remaja penuh, dewasa muda, dan akhirnya dewasa. 77 Pada dasarnya pengertian anak dapat kita jumpai dari berbagai aspek , baik aspek agama, aspek hukum maupun aspek sosial. Dalam hukum kita, terdapat berbagai pluralisme mengenai kriteria anak, ini sebagai akibat tiap-tiap peraturan perundang-undangan mengatur secara tersendiri kriteria tentang anak. Adapun pengertian anak dalam aspek hukum adalah sebagai berikut: 1 Pengertian anak menurut hukum perdata Pengelompokan anak menurut hukum perdata, dibangun dari beberapa aspek keperdataan yang ada pada anak sebagai subjek hukum yang tidak mampu, aspek-aspek tersebut sebagai berikut: a Status belum dewasa batas usia sebagai subjek hukum Dalam hukum perdata khususnya Pasal 330 ayat 1 KUHPerdata 76 http:journal.uin-suka.ac.idmediaartikelASY134702-Imam20Jauhari.pdf. Di akses pada tanggal 1 Mei 2016, Pukul 11.00 WIB 77 Paulus Hadisuprapto, Juvenile Delinquency Pemahaman Dan Penanggulangannya, PT. Citra Aditia Bakti, Bandung 1997, hal. 3 Universitas Sumatera Utara mendudukkan status anak sebagai berikut: “Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap berusia 21 tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin”. Dalam Pasal 330 ayat 3 mendudukkan anak sebagai berikut: “seseorang yang belum dewasa yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua akan berada di bawah perwalian”. b Hak-hak anak di dalam Hukum Perdata Kedudukan seorang anak, akibat dari belum dewasa menimbulkan hak-hak anak perlu direalisasikan dengan ketentuan hukum khusus yang menyangkut urusan hak-hak keperdataan anak tersebut. Hak-hak keperdataan anak dijelaskan dalam Pasal 2 KUHPerdata yang menyebutkan: “anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya”. Hak-hak anak demikian ini menonjolkan hak untuk dibuktikan, bahwa anak adalah seseorang yang dilahirkan oleh si ibu, dan anak mempunyai hak untuk membuktikan dengan jalan menunjuk bahwa seorang wanita adalah ibunya. Ketentuan ini terdapat di dalam Pasal 288 KUHPerda ta “ Menyelidiki soal siapakah ibu seorang anak luar kawin adalah diperbolehkan. Dalam hal demikian si anak harus dibuktikan, bahwa ia adalah anak yang dilahirkan oleh si ibu. Si anak diperbolehkan membuktikannya dengan saksi, kecuali kiranya telah ada bukti permulaan dengan tulisan. 78 2 Anak menurut KUHPidana Pasal 45 KUHP mendifinisikan anak yang belum dewasa apabila belum 78 Maulana Hasan Wadong, Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta, 2000, hal. 19 Universitas Sumatera Utara berumur 16 enam belas tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya dengan tidak dikenakan suatu hukuman. Atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman. Ketentuan Pasal 35, 46 dan 47 KUHP ini telah dihapuskan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. 3 Undang-Undang Pengadilan Anak Undang-undang pengadilan anak Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 2 merumuskan, bahwa anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 delapan tahun, tetapi belum mencapai 18 delapan belas tahun dan belum pernah menikah. Jadi anak dibatasi dengan umur antara 8 delapan tahun sampai umur 18 delapan belas tahun. Sedangkan syarat kedua anak belum pernah kawin. Maksudnya tidak sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian bercerai. Apabila si anak sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinan putus karena perceraian, maka anak dianggap sudah dewasa, walaupun umurnya belum genap 18 delapan belas tahun. 79 4 Anak menurut Undang-Undang Perkawinan. Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengatakan, seorang pria hanya diijinkan kawin apabila telah mencapai usia 19 Sembilan belas tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 enam belas tahun. Penyimpangan atas hal tersebut hanya dapat dimintakan dispensasi kepada Pengadilan Negeri. 80

B. Hak Dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Dokumen yang terkait

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

3 123 72

Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan Poligami Tanpa Izin Dan Kaitannya dengan Status Anak Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi di Pengadilan Agama Klas I-A Medan)

2 35 156

Anak luar nikah dalam undang-undang perkawinan No.1 Tahun 1974: analisis putusan MK tentang status anak luar nikah

0 3 86

Pembatalan Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Semarang)

0 18 159

Perkawinan Dibawah Umur Menurut Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (studi di Pengadilan Agama Klaten)

0 9 183

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta) Pembatalan Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas (Studi kasus di Pengadilan Agama Surakarta).

0 1 19

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS (Studi pada Pengadilan Agama Surakarta).

0 7 20

Akibat Hukum Adanya pembatalan perkawinan kedua yang perkawinannya tanpa izin istri pertama yang dilangsungkan menurut Hukum Agama berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

1 1 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN A. Pengertian Pembatalan Perkawinan A.1. Pengertian Pembatalan Perkawinan menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 - Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawina

0 0 19