juga  mempunyai  kewajiban.  Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1974  tentang Perkawinan  telah meletakkan kewajiban anak terhadap orang tuanya adalah:
1 Anak wajib menghormati orang tua;
2 Anak wajib mentaati kehendak orang tua;
3 Anak wajib mememlihara dan memberikan bantuan kepada orang tuanya
jika anak sudah dewasa menurut kemampuannya.
84
Sesungguhnya  kewajiban  anak  menghormati  orang  tua  dan  mentaati kehendaknya  bersifat  universal,  barangkali  tidak  ada  suatu  bangsa  yang  tidak
menghendaki  demikian.  Tetapi  sebaliknya  orang  tua  harus  memberikan  contoh teladan  yang  baik  dengan  cara  yang  bijaksana  dan  tidak  bersifat  paksaan.  Jika
orang tua taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan taat beribadah, tentunya anak wajib hormat dan mentaatinya, tetapi jika orang tua penjudi, pemabuk dan penuh
maksiat, tidak wajib anak mentaatinya.
85
C.  Perlindungan Terhadap Hak-Hak Anak
Anak  adalah  amanah  dan  karunia  Tuhan  Yang  Maha  Esa  yang  dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan
tunas,  potensi,  dan  generasi muda  penerus  cita-cita  perjuangan  bangsa,  memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan
eksistensi  bangsa  dan  negara  di  masa  depan.  Ketentuan  Pasal  28B  ayat  2 Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  menyebutkan  bahwa  setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
84
Tan Kamello dan Syarifah Lisa Andriati,  Op.Cit., hal. 65
85
Hilman Hadikusuma, Op.Cit. hal. 132
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan  hak-hak  anak  diatur  dalam  sejumlah  undang-undang  yang terkait yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-
Undang  Nomor  4  Tahun  1979  tentang  Kesejahteraan  Anak,  Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Undang-Undang Nomor
35  Tahun  2014 tentang  Perubahan  Atas  Undang-Undang  Nomor  23  Tahun  2002 tentang  Perlindungan  anak  serta  Instruksi  Presiden  Nomor  1991  tentang
Kompilasi Hukum Islam.
86
Hak-hak  anak  merupakan  bagian  dari  hak  asasi  manusia  yang  termuat dalam  Pasal  28  B  ayat  2  Undang-Undang  Dasar  1945  hasil  amandemen  kedua
disebutkan  “setiap  anak  berhak  atas  kelangsungan  hidup,  tumbuh,  dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Hak anak  dalam  perspektif  hukum  memiliki  aspek  yang  universal  terhadap
kepentingan  anak.  Meletakkan  hak  anak  dalam  pandangan  hukum,  memberikan gambaran  bahwa  tujuan  dasar  kehidupan  manusia  adalah  membangun  umat
manusia yang memegang teguh ajaran agama. Dengan demikian, hak anak dalam pandangan  hukum  meliputi  aspek  hukum  dalam  lingkungan  hidup  seseorang.
Pada  tindakan  lain  Maulana  Hasan  Wadong  mengatakan  “seorang  umat  Islam harus  taat  dalam  menegakkan  hak-hak  anak  dengan  berpegang  pada  hukum
nasional yang positif”.
87
Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1974  tentang  Perkawinan  telah disebutkan  bahwa  hukum  pengasuhan  anak  secara  tegas  yang  merupakan
rangkaian  dari  hukum  perkawinan  di  Indonesia,  akan  tetapi  hukum  pengasuhan
86
https:www.researchgate.netpublication42348871 Kajian
Yuridis Terhadap
Perlindungan  Hak  Hak  Anak  Dan  Penerapannya  Penelitian  Di  Kota  Binjai  Kota  Medan  Dan Kabupaten Deli Serdang, di akses pada tanggal 24 Mei 2016, Pukul 13.30 WIB
87
Maulana Hasan Wadong, Op.Cit., hal. 33
Universitas Sumatera Utara
anak  itu  belum  diatur  dalam  Peraturan  Pemerintah  Nomor  9  Tahun  1975  secara luas dan rinci. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal  45  sampai  dengan  Pasal  49  dijelaskan  bahwa  orang  tua  wajib  memelihara dan  mendidik  anak-anaknya  yang  belum  mencapai  umur  18  tahun  dengan  cara
yang baik sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban ini berlaku terus meskipun perkawinan antara orang tua si anak putus karena perceraian atau
kematian.
88
Undang-Undang  Nomor  39  Tahun  1999  Tentang  Hak  Asasi  Manusia dalam  Bab  III  Hak  Asasi  Manusia  dan  Kebebasan  Dasar  Manusia  pada  Bagian
Kesepuluh  mengatur  mengenai  hak  anak.  Bagian  yang  mempunyai  judul  Hak Anak  ini  memberikan  ketentuan  pengaturan  yang  dituangkan  ke  dalam  15  lima
belas  pasal,  dimana  dalam  Pasal  52  ayat  2  disebutkan  bahwa  hak  anak  adalah hak  asasi  manusia  dan  untuk  kepentingannya  hak  anak  itu  diakui  dan  dilindungi
oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan. Pasal 1 angka 5 Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia memberikan
batasan pengertian mengenai anak yaitu setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan  belas  tahun  dan  belum  menikah,  termasuk  anak  yang  masih  dalam
kandungan  apabila  hal  tersebut  adalah  demi  kepentingannya.  Batasan  pengertian mengenai anak yang terdapat dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang tentang Hak
Asasi Manusia tersebut mempunyai makna yang sama dengan batasan pengertian yang  terdapat  dalam  Pasal  1  angka  1  Undang_Undang  Nomor  23  Tahun  2002
tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang
88
http:journal.uin-suka.ac.idmediaartikelASY134702-Imam20Jauhari.pdf    di  akses pada tanggal 1 Mei 2016, Pukul 11.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
belum  berusia  18  delapan  belas  tahun,  termasuk  anak  yang  masih  dalam kandungan.
89
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan pada setiap warga negaranya salah satunya adalah dengan memberikan perlindungan terhadap
hak  anak  yang  merupakan  salah  satu  dari  hak  asasi  manusia.  Pemerintah Indonesia  dalam  usahanya  untuk  menjamin  dan  mewujudkan  perlindungan  dan
kesejahteraan  anak  adalah  melalui  pembentukan  Undang-Undang  Nomor  35 Tahun  2014  tentang  Perubahan  Atas  Undang-Undang  Nomor  23  Tahun  2002
tentang  Perlindungan  Anak.  Pasal  1  angka  2  Undang-Undang  Nomor  23  Tahun 2002  jo  Undang-Undang  Nomor    35  Tahun  2014  tentang  Perlindunagn  Anak
menentukan  bahwa  perlindungan  anak  adalah  segala  kegiatan  untuk  menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi,  secara  optimal  sesuai  dengan  harkat  dan  martabat  kemanusiaan. Perlindungan  anak  juga  dapat  diartikan  sebagai  segala  upaya  yang  ditunjukkan
untuk  mencegah,  rehabilitasi  dan  memberdayakan  anak  yang  mengalami  tindak perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan
hidup  dan  tumbuh  kembang  secara  wajar,  baik  fisik,  mental  maupun  sosialnya. Perlindungan anak adalah suatu usaha melindungi anak agar dapat melaksanakan
hak dan kewajibannya.
90
Pasal 3 Undang-Undang tentang Perlindungan  Anak menyebutkan bahwa perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar
89
http:www.kumham-jogja.infokarya-ilmiah37-karya-ilmiah-lainnya801- perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002  di  akses  pada  tanggal
24 Mei 2016, Pukul 13.30 WIB
90
Maidin  Gultom,  Perlindungan  Hukum  Terhadap  Anak  Dan  Perempuan,  Rafika Aditama, Cet- Ke 2, Jakarta, 20013, hal. 70
Universitas Sumatera Utara
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat  dan  martabat  kemanusiaan,  serta  mendapat  perlindungan  dari  kekerasan
dan  diskriminasi  demi  terwujudnya  anak  Indonesia  yang  berkualitas,  berakhlak mulia dan sejahtera.
Hak anak dalam Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia diatur dalam ketentuan Pasal 52 sampai dengan Pasal 66 yang antara lain meliputi hak :
a. Atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara;
b. Sejak  dalam  kandungan  untuk  hidup,  mempertahankan  hidup,  dan
meningkatkan taraf kehidupannya; c.
Sejak kelahirannya atas suatu nama dan status kewarganegaraannya; d.
Untuk  anak  yang  cacat  fisik  danatau  mental  untuk  memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara.
e. Untuk anak yang cacat fisik danatau mental untuk terjamin kehidupannya
sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara; f.
Untuk  beribadah  menurut  agamanya,  berpikir  dan  berekspresi  sesuai dengan  tingkat  intelektualitas  dan  biaya  di  bawah  bimbingan  orang  tua
danatau wali; g.
Untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri;
h. Untuk  dibesarkan,  dipelihara,  dirawat,  dididik,  diarahkan,  dan  dibimbing
kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa; i.
Untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan
Universitas Sumatera Utara
fisik  atau  mental,  penelantaran,  perlakuan  buruk,  dan  pelecehan  seksual selama  dalam  pengasuhan  orang  tua  atau  walinya,  atau  pihak  lain
manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak tersebut; j.
Untuk  tidak  dipisahkan  dari  orang  tuanya  secara  bertentangan  dengan kehendak anak sendiri kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah
yang menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak;
k. Untuk  memperoleh  pendidikan  dan  pengajaran  dalam  rangka
pengembangan  pribadinya  sesuai  dengan  minat,  bakat,  dan  tingkat kecerdasannya;
l. Untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi
dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri;
m. Untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara layak
sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya; n.
Untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata, kerusuhan social dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan;
o. Untuk  mendapat  perlindungan  dari  kegiatan  eksploitasi  ekonomi  dan
setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya sehingga dapat mengganggu pendidikan,  kesehatan  fisik,  moral,  kehidupan  sosial  dan  mental
spiritualnya; p.
Untuk  memperoleh  perlindungan  dari  kegiatan  eksploitasi  dan  pelecehan seksual,
penculikan, perdagangan
anak serta
berbagai bentuk
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya;
Universitas Sumatera Utara
q. Untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan
hukuman yang tidak manusiawi; dan r.
Untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum. Undang-Undang  tentang  Hak  Asasi  Manusia  tidak  mencantumkan
ketentuan  mengenai  kewajiban  anak  secara  terperinci.  Ketentuan  mengenai kewajiban  yang  terdapat  dalam  undang-undang  tersebut  adalah  kewajiban  dasar
manusia secara menyeluruh.
91
Bab  III  Undang-Undang  tentang  Perlindungan  Anak  mengatur  mengenai hak dan kewajiban anak. Hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan
Pasal  18  sedangkan  kewajiban anak  dicantumkan  pada  Pasal  19.  Hak  anak  yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Anak tersebut antara lain
meliputi hak : 1.
Untuk  dapat  hidup, tumbuh,  berkembang  dan  berpartisipasi  secara  wajar sesuai  dengan  harkat  dan  martabat  kemanusiaan  serta  mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; 2.
Atas suatu nama sebagai identitas dan status kewarganegaraan; 3.
Untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berkreasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua;
4. Untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya
sendiri; 5.
Memperoleh  pelayanan  kesehatan  dan  jaminan  sosial  sesuai  dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial;
91
http:www.kumham-jogja.infokarya-ilmiah37-karya-ilmiah-lainnya801- perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002  di  akses  pada  tanggal
24 Mei 2016, Pukul 13.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
6. Memperoleh  pendidikan  dan  pengajaran  dalam  rangka  pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; 7.
Setiap anak  berhak  mendapatkan  perlindungan  di  satuan  pendidikan  dari kejahatan  seksual  dan  kekerasan  yang  dilakukan  oleh  pendidik,  tenaga
kependidikan, sesama peserta didik, danatau pihak lain. 8.
Memperoleh  pendidikan  luar  biasa,  rehabilitasi,  bantuan  sosial  dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat;
9. Memperoleh pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keunggulan;
10. Menyatakan  dan  didengar  pendapatnya,  menerima,  mencari  dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan;
11. Untuk  beristirahat  dan  memanfaatkan  waktu  luang,  bergaul  dengan  anak
yang sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri;
12. Mendapat  perlindungan  dari  perlakuan  diskriminasi,  eksploitasi  baik
ekonomi  maupun  seksual,  penelantaran,  kekejaman,  kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya;
13. Untuk  diasuh  oleh  orang  tuanya  sendiri  kecuali  jika  ada  alasan  danatau
aturan  hukum  yang  sah  menunjukkan  bahwa  pemisahan  itu  adalah  demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir;
14. Memperoleh  perlindungan  dari  sasaran  penganiayaan,  penyiksaan  atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi; 15.
Memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum; 16.
Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatan yang
Universitas Sumatera Utara
dipisahkan  dari  orang  dewasa,  memperoleh  bantuan  hukum  atau  bantuan lainnya  secara  efektif  dalam  setiap  tahapan  upaya  hukum  yang  berlaku,
serta  membela  diri  dan  memperoleh  keadilan  di  depan  pengadilan  anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum, bagi
setiap anak yang dirampas kebebasannya; 17.
Untuk  dirahasiakan,  bagi  setiap  anak  yang  menjadi  korban  atau  pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum; dan
18. Mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya, bagi setiap anak yang
menjadi korban atau pelaku tindak pidana. Pasal-pasal  yang  memuat  ketentuan  mengenai  hak  anak  dalam  Undang-
Undang  tentang  Perlindungan  Anak  mempunyai  banyak  kesamaan  dengan ketentuan hak anak dalam Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia. Undang-
Undang  tentang  Perlindungan  Anak  juga  mengatur  mengenai  kewajiban  yang harus dilakukan oleh setiap anak. Ketentuan Pasal 19 menyebutkan bahwa setiap
anak  berkewajiban  untuk  a  menghormati  orang  tua;  b  mencintai  keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; c mencintai tanah air, bangsa, dan negara; d
menunaikan  ibadah  sesuai  dengan  ajaran  agamanya;  dan  e  melaksanakan  etika dan akhlak yang mulia.
Perlindungan anak sebagaimana batasan pengertian yang tercantum dalam Pasal  1  angka  2  Undang-Undang  tentang  Perlindungan  Anak  dapat  terwujud
apabila  mendapatkan  dukungan  dan  tanggungjawab  dari  berbagai  pihak. Dukungan  yang  dibutuhkan  guna  mewujudkan  perlindungan  atas  hak  anak  di
Indonesia  diatur  dalam  ketentuan  Bab  IV  Undang-Undang  tentang  Perlindungan Anak. Pasal 20 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara, pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
pemerintah  daerah,  masyarakat,  keluarga,  dan  orang  tua  atau  wali  berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Negara  dan  Pemerintah  Republik  Indonesia  mempunyai  kewajiban  dan tanggungjawab  untuk  menghormati  dan  menjamin  hak  asasi  setiap  anak  tanpa
membedakan  suku,  agama,  ras,  golongan,  jenis  kelamin,  etnik,  budaya  dan bahasa,  status  hukum  anak,  urutan  kelahiran  anak,  dan  kondisi  fisik  danatau
mental. Negara dan pemerintah juga berkewajiban serta bertanggungjawab untuk memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan
anak. Pengaturan mengenai kewajiban dan tanggungjawab negara, pemerintah dan pemerintah  daerah  tercantum  dalam  ketentuan  Pasal  21  dan  Pasal  22  Undang-
Undang tentang Perlindungan Anak. Pasal  23  dan  Pasal  24  Undang-Undang  tentang  Perlindungan  Anak
mengatur  mengenai  jaminan  Negara,  pemerintah  dan  pemerintah  daerah  atas penyelenggaraan  perlindungan  anak.  negara,  pemerintah,  dan  pemerintah  daerah
menjamin  perlindungan,  pemeliharaan  dan  kesejahteraan  anak  dengan memperhatikan  hak  dan  kewajiban  orang  tua,  wali,  atau  orang  lain  yang  secara
hukum  bertanggungjawab  terhadap anak.  Negara  dan  pemerintah juga  menjamin anak  untuk  menggunakan  haknya  dalam  menyampaikan  pendapat  sesuai  dengan
usia  dan  tingkat  kecerdasan  anak.  Jaminan  yang  diberikan  oleh  negara  dan pemerintah  tersebut  diikuti  pula  dengan  pengawasan  dalam  penyelenggaraan
perlindungan anak. Kewajiban  dan  tanggungjawab  masyarakat  atas  perlindungan  anak
sebagaimana  diatur  dalam  Pasal  25.  Kewajiban  dan  tanggungjawab  masyarakat terhadap  perlindungan  anak  dilaksanakan  melalui  kegiatan  peran  masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Ketentuan Pasal 72 ayat 2 Undang- Undang  tentang  Perlindungan  Anak  menyebutkan  bahwa  peran  masyarakat
dilakukan  oleh  orang  perseorangan,  lembaga  perlindungan  anak,  lembaga kesejahteraan  sosial,  organisasi  kemasyarakatan,  lembaga  pendidikan,  media
massa dan dunia usaha. Pasal 26 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai
kewajiban  dan  tanggung  jawab  orang  tua  dan  keluarga.  Orang  tua  berkewajiban dan  bertanggungjawab  untuk  a  mengasuh,  memelihara,  mendidik,  dan
melindungi  anak;  b  menumbuhkembangkan  anak  sesuai  dengan  kemampuan anak,  bakat  dan  minatnya;  c  mencegah  terjadinya  perkawinan  pada  usia  anak-
anak;  dan  d  memberikan  pendidikan  karakter  dan  penanaman  nilai  budi  pekerti pada anak. Apabila orang tua tidak ada, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan
tanggung  jawabnya,  atau  tidak  diketahui  keberadaannya,  maka  kewajiban  dan tanggungjawab  orang  tua  atas  anak  dapat  beralih  kepada  keluarga  yang
dilaksanakan  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan  yang berlaku.
Penyelenggaraan  perlindungan  terhadap  anak  diatur  dalam  Bab  IX Undang-Undang  tentang  Perlindungan  Anak.  Perlindungan  terhadap  anak
diselenggarakan  dalam  bidang  agama,  kesehatan,  pendidikan,  sosial,  serta perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat.
Universitas Sumatera Utara
81
BAB IV AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA ADANYA
PEMALSUAN IDENTITAS DAN KAITANNNYA DENGAN KEDUDUKAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN STUDI PADA PENGADILAN AGAMA MEDAN KELAS 1-A
Kasus Posisi
Penulis telah melakukan penelitian mengenai pembatalan perkawinan dan akibat  hukumnya  di  Pengadilan  Agama  Medan  Kelas  I-A.  Penulis  meneliti
perkara  yang  ditangani  oleh  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  yaitu  perkara Nomor  :  767Pdt.G2013PA.TPI  tentang  pembatalan  perkawinan  karena  adanya
pemalsuan  identitas.  Penulis  melakukan  penelitian  di  Pengadilan  Agama  Medan Kelas I-A tentang perkara Nomor : 767Pdt.G2013PA.TPI yang dilaksanakan di
Pengadilan Agama Tanjung pinang untuk mengetahui bagaimana pendapat hakim mengenai  akibat  pembatalan  perkawinan  karena  adanya  pemalsuan  identitas  dan
kaitannya dengan
kedudukan anak.
Berdasarkan perkara
Nomor: 767Pdt.G2013PA.TPI kasus posisinya sebagai berikut:
Nomor Perkara: 767Pdt.G2013PA.TPI Pemohon
: SAID KAMALUDDIN bin SAID IDRIS, umur 33 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS  Penghulu KUA Kecamatan Bukit Bestari,
tempat  tinggal  di  Jalan  Perum.  Bukit  Indah  Lestari,  Blok  D, RT.003RW.014
No.11, Kelurahan
Batu IX,
Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang
Universitas Sumatera Utara
Termohon I  :  YON  HENDRI  bin  ALI  ANAS,  umur  30  tahun,  agama  Islam,
pekerjaan  Wiraswasta,  tempat  tinggal  di  Jalan  Sungai  Jang, RT.003RW.003,  Kelurahan  Sungai  Jang,  Kecamatan  Bukit
Bestari, Kota Tanjungpinang.
Termohon II  :  SULASMI  binti  WAKINO,  umur  29  tahun,  agama  Islam,
pekerjaan  Wiraswasta,  tempat  tinggal  di  Jalan  Sungai  Jang, RT.003RW.003,  Kelurahan  Sungai  Jang,  Kecamatan  Bukit
Bestari, Kota Tanjungpinang.
Duduk perkara:
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 18 Desember  2013,  yang  telah    didaftarkan  di  Kepaniteraan  Pengadilan  Agama
anjungpinang pada hari itu juga dengan Nomor Register: 767Pdt.G2013PA.TPI, dengan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Bahwa  pada  tanggal  18  Juli  2013,  Termohon  I  dan  Termohon  II
melangsungkan  pernikahan  yang  dicatat  oleh  Pegawai  Pencatat  Nikah Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit  Bestari,  Kota  Tanjungpinang
Kutipan Akta Nikah Nomor: 26718VII2013 tanggal 18 Juli 2013; 2.
Bahwa  setelah  pernikahan  tersebut  Termohon  I  dan  Termohon  II bertempat tinggal di rumah kontrakan sampai sekarang, selama pernikahan
tersebut Termohon I dengan Termohon II telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami isteri dan dikaruniai seorang anak yang bernama: OLIFIA
SALSABILA binti YON HENDRI, umur 3 bulan; 3.
Bahwa kemudian ditengah rumah tangga Termohon I dengan Termohon II ada  seorang  laki-laki  yang  bernama  TEGUH  SLAMET  RIYANTO  bin
Universitas Sumatera Utara
ANWAR,  umur  37  tahun,  pekerjaan  Wiraswasta,  tempat  kediaman  di Jalan Gatot Subroto, RT.002RW.001, Kelurahan Kp. Bulang, Kecamatan
Tanjungpinang Timur,
Kota Tanjungpinang,
yang mana
yang bersangkutan  datang  ke  Kantor  KUA  Bukit  Bestari  atas  permintaan
Termohon  I  dan  Termohon  II  untuk  merubah  status  Termohon  II  dari Perawan menjadi Janda, dengan melampirkan Akta Cerai dari Pengadilan
Agama  Tanjungpinang  No.  0358AC2013PA.TPI,  dan  atas  dasar tersebutlah  maka  pihak  KUA  mengetahui  bahwa  pernikahan  yang
dilaksanakan  pada  tanggal  18  Juli  2013  dengan  Kutipan  Akta  Nikah Nomor:  26718VII2013,  yang  dikeluarkan  oleh  Kantor  Urusan  Agama
Kecamatan  Bukit  Bestari,  Kota  Tanjungpinang,  ternyata  pernikahan tersebut cacat secara hukum karena Termohon II dalam masa iddah;
4. Pada  saat  Termohon  I  melaksanakan  pernikahan  dengan  Termohon  II,
Termohon II mengaku berstatus perawan kepada Termohon I dan sekarang karena  pihak  KUA  telah  mengetahui  perihal  kejadian  tersebut,  maka  apa
yang telah dilakukan oleh Termohon I selama ini salah karena Termohon II telah melakukan pernikahan yang mana masa iddah Termohon II belum
habis; 5.
Pemohon  sanggup  membayar  seluruh  biaya  perkara  yang  timbul  akibat perkara ini;
Berdasarkan  alasandalil-dalil  di  atas,  Pemohon  mohon  agar  Ketua Pengadilan  Agama  Tanjungpinang  segera  memeriksa  dan  mengadili  perkara  ini,
selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut: 1.
Mengabulkan permohonan Pemohon;
Universitas Sumatera Utara
2. Menetapkan,  membatalkan  perkawinan  antara  Termohon  I  dengan
Termohon II; 3.
Menyatakan  Akta  Nikah  dan  Kutipan  Akta  Nikah  Nomor: “26718VII2013” tidak berkekuatan hukum;
4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
5. Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya.
Upaya perdamaian Majelis Hakim:
Bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan para pihak telah datang dan menghadap dipersidangan dan setelah majelis hakim mendamaikan tidak berhasil,
lalu  pemeriksaan  dilanjutkan  dengan  membacakan  surat  permohonan  Pemohon tersebut, yang isinya tetap dipertahankan oleh pemohon.
Jawaban Termohon:
Bahwa  terhadap  permohonan  Pemohon  tersebut,  para  Termohon  telah mengajukan  jawaban  secara  lisan  dipersidangan  yang  pada  pokoknya
membenarkan dan tidak membantah dalil-dalil serta alasan Pemohon.
Alat bukti yang diajukan Pemohon:
Bahwa untuk menguatkan dali-dalil permohonan Pemohon, Pemohon telah mengajukan bukti berupa:
a. Surat
1. Fotokopi  Kartu  Tanda  Pengenal,  atas  nama  SAID  KAMALUDIN,
S.HI,  yang  aslinya  dikeluarkan  oleh  Kepala  Kantor  Kementrian Agama,  Kota  Tanjungpinang,  Provinsi  Kepulauan  Riau,  pada  bulan
Januari  2012,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah
Universitas Sumatera Utara
di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai  bukti P.1;
2. Fotokopi  Kartu  Keluarga,  Nomor  :  2172041604130004,  atas  nama
kepala keluarga YON HENDRI, yang aslinya dikeluarkan oleh Kepala Dinas  Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang, pada
tanggal 07 Mei 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta
telah  di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai bukti P.2;
3. Fotokopi Surat Keterangan Domisili, Nomor : 266KETVII2013, atas
nama  SULASMI,  yang  dikeluarkan  oleh  Lurah  Tanjung  Unggat, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 11 Juli 2013, telah dicocokkan
dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah  bermaterai  cukup  dan dinachtzagelen  Kantor  Pos  dan  Giro,  serta  telah  di  legalisir  Panitera
Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.3; 4.
Fotokopi  Daftar  Pemeriksaan  Nikah,  Nomor  :  0291022013,  atas nama  YON  HENDRI  dengan  SULASMI  binti  WAKINO,  yang
dikeluarkan  oleh  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit  Bestari, Kota  Tanjungpinang,  pada  tanggal  22  Juni  2013,  telah  dicocokkan
dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah  bermaterai  cukup  dan dinachtzagelen  Kantor  Pos  dan  Giro,  serta  telah  di  legalisir  Panitera
Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.4; 5.
Fotokopi Kuitansi, Nomor : 0291022013, atas nama YON HENDRI, yang  dikeluarkan  oleh  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit
Universitas Sumatera Utara
Bestari,  Kota  Tanjungpinang,  tanpa  tanggal  dan  tahun,  telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan
dinachtzagelen  Kantor  Pos  dan  Giro,  serta  telah  di  legalisir  Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.5;
6. Fotokopi Pemberitahuan Kehendak Nikah model N-7, atas nama Yon
Hendri dengan Sulasmi Binti Wakino, yang dibuat pada tanggal 21 Juli 2013,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai  bukti
P.6; 7.
Fotokopi  Surat  Keterangan  untuk  Nikah  model  N-1,  Nomor  : 106474.2VII2013, atas nama YON HENDRI, yang dikeluarkan oleh
Lurah Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 01 Juli  2013,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai  bukti
P.7; 8.
Fotokopi  Surat  Keterangan  Asal-Usul  model  N-2,  Nomor  : 106474.2VII2013, atas nama YON HENDRI, yang dikeluarkan oleh
Lurah Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 01 Juli  2013,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai  bukti
P.8;
Universitas Sumatera Utara
9. Fotokopi Surat Keterangan Asal-Usul Orang Tua model N-4, Nomor:
106474.2VII2013, atas nama YON HENDRI, yang dikeluarkan oleh LurahTanjung  Ayun Sakti,  Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 01
Juli  2013,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah
di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai  bukti P.9;
10. Fotokopi  Surat  Keterangan  untuk  Nikah  model  N-1,  atas  nama
SULASMI, yang dikeluarkan oleh Lurah Tanjung Unggat, Kecamatan Bukit  Bestari,  pada  tanggal  11  Juli  2013,  telah  dicocokkan  dengan
aslinya  ternyata  cocok,  telah  bermaterai  cukup  dan  dinachtzagelen Kantor  Pos  dan  Giro,  serta  telah  di  legalisir  Panitera  Pengadilan
Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.10; 11.
Fotokopi  Surat  Keterangan  Asal-Usul  model  N-2,  Nomor  : 161474.2VII2013,  atas  nama  SULASMI,  yang  dikeluarkan  oleh
Lurah Tanjung Unggat, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 11 Juli 2013,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai  bukti
P.11; 12.
Fotokopi  Surat  Persetujuan  Mempelai  model  N-3,  atas  nama  YON HENDRI  dengan  SULASMI  BINTI  WAKINO,  yang  dibuat  pada
tanggal 16 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta
Universitas Sumatera Utara
telah  di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai bukti P.12;
13. Fotokopi Surat Keterangan Tentang Orang Tua model N-4, Nomor:
161474.2VII2013,  dari  SULASMI,  yang  dikeluarkan  oleh  Lurah Tanjung Unggat, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 11 Juli 2013,
telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah  bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir
Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.13; 14.
Fotokopi Surat Pernyataan, yang dibuat oleh SULASMI, pada tanggal 18 Juli 2013, dan disaksikan oleh 2 orang saksi yaitu : Jemmy Achmed
dan  Tabrani,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah
di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  sebagai  bukti P.14;
15. Fotokopi  Buku  Kutipan  Akta  Nikah  Nomor  :  26718VII2013,  atas
nama  YON  HENDRI  bin  ALI  ANAS  dengan  SULASMI  binti WAKINO,  yang  dikeluarkan  oleh  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan
Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 18 Juli 2013, telah dicocokkan dengan  aslinya  ternyata  cocok,  telah  bermaterai  cukup  dan
dinachtzagelen  Kantor  Pos  dan  Giro,  serta  telah  di  legalisir  Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.15;
16. Fotokopi  Kutipan  Akta  Cerai,  Nomor  :  358AC2013PA.TPI,  atas
nama SULASMI binti WAKINO, dengan MAKMURI bin ISTAMAR, yang  dikeluarkan  oleh  Panitera  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,
Universitas Sumatera Utara
pada  tanggal  08  Juli  2013,  telah  dicocokkan  dengan  aslinya  ternyata cocok,  telah  bermaterai  cukup  dan  dinachtzagelen  Kantor  Pos  dan
Giro, serta  telah  di  legalisir  Panitera  Pengadilan  Agama
Tanjungpinang, sebagai bukti P.16; b.
Saksi TEGUH  SLAMET  RIYANTO  bin  ANWAR,  umur  37  tahun,  pekerjaan
Wiraswasta,  tempat  kediaman  di  Jalan  Gatot  Subroto,  No.51, RT.002RW.001, Kelurahan Kampung Bulang, Kecamatan Tanjungpinang
Timur,  Kota  Tanjungpinang, yang  memberikan  keterangan  di  bawah
sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut: -
Bahwa  saksi  kenal  dengan  Pemohon  dan  kenal  Termohon  I  dan Termohon II, karena saksi adalah teman Termohon I dan Termohon II;
- Bahwa  saksi  mengetahui  Pemohon  mengajukan  permohonan
Pembatalan Nikah atas pernikahan Termohon I dengan Termohon II; -
Bahwa Termohon I menikah dengan Termohon II pada tanggal 18 Juli 2013  di  depan  Pegawai  Pencatat  Nikah  Kantor  Urusan  Agama
Kecamatan  Bukti  Bestari,  tetapi  saksi  tidak  hadir  waktu  pernikahan tersebut;
- Bahwa sepengetahuan saksi alasan Pemohon mengajukan permohonan
pembatalan nikah Termohon I dengan Termohon II karena pada waktu aqad nikah dilaksanakan Termohon II mengaku perawan sesuai dengan
Surat  Keterangan  dari  Lurah  Tanjung  Ayun  Sakti,  Kecamatan  Bukit Bestari,  dan  ternyata  sebenarnya  Termohon  II  adalah  seorang  janda
dan masih dalam masa iddah dari perceraian dengan mantan suaminya;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa  saksi  mengetahui  tentang  status  Termohon  II  tersebut  sejak
Termohon  I  dan  Termohon  II  minta  bantuan  kepada  saksi  untuk mengurus  perubahan  status  Termohon  II  dalam  buku  nikah  mereka
dari  perawan  menjadi  janda  sesuai  dengan  Akta  Cerai  Termohon  II, kemudian  saksi  datang  ke  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit
Bestari  dan  menyampaikan  maksud  tersebut,  namun  pihak  Kantor Urusan  Agama  menolak  untuk  merubah  status  Termohon  II,  tetapi
setelah  pihak  Kantor  Urusan  Agama  melihat  Akta  Cerai  atas  nama Termohon  II  dan  ternyata  benar  Termohon  II  sudah  janda  dan  masih
dalam  masa  iddah,  maka  pihak  Kantor  Urusan  Agama  berpendapat pernikahan Termohon I dengan Termohon II harus segera dibatalkan;
- Bawha  saksi  datang  ke  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit
Bestari  setelah  4  empat  bulan  pernikahan  Termohon  I  dengan Termohon II;
Pemohon hanya mampu menghadirkan satu orang saksi, maka berdasarkan Putusan  Sela  Nomor  :  676Pdt.G2013PA.TPI,  tanggal  28  Januari  2014  untuk
memenuhi  batas  minimal  pembuktian  Pemohon  telah  mengucapkan  sumpah tambahanpelengkap  Suplitoire  eed,
yang  berbunyi  sebagai  berikut; “Bismillahirrahmaanirrahiim,  Wallahi,  Demi  Allah  saya  bersumpah,  bahwa  apa
yang  saya  terangkan  dalam  persidangan  ini  adalah  benar,  jika  keterangan  saya palsu atau bohong, saya bersedia menerima akibat dari sumpah tersebut dunia dan
akhirat”; Selanjutnya Majelis Hakim memberi kesempatan kepada Termohon I dan
Termohon II untuk mengajukan bukti-bukti, namun para Termohon menyatakan
Universitas Sumatera Utara
tidak akan mengajukan bukti-bukti;
Kesimpulan:
Pemohon menyampaikan
kesimpulan secara
lisan tetap
pada permohonanannya  dan  mohon  agar  Majelis  Hakim  segera  menjatuhkan  putusan,
kemudian  para  Termohon  juga  menyampaikan  kesimpulan  secara  lisan  yang menyatakan tidak keberatan dengan maksud dan tujuan permohonan Pemohon;
Menimbang,  bahwa  untuk  mempersingkat  uraian  dalam  putusan  ini, Majelis  Hakim  menunjuk  kepada  segala  sesuatu  sebagaimana  termuat  dalam
Berita  Acara  Persidangan  perkara  ini  yang  merupakan  bagian  tidak  terpisahkan dari putusan ini;
Pertimbangan hukum:
Menimbang,  bahwa  maksud  dan  tujuan  permohonan  Pemohon  adalah
sebagaimana telah diuraikan di atas;
Menimbang,  bahwa  berdasarkan  pasal  49  huruf  a  Undang-Undang Nomor  3  tahun  2006  tentang  perubahan  atas  Undang-Undang  Nomor  7  tahun
1989,  yang  telah  diubah  pula  dengan  Undang-undang  Nomor  50  Tahun  2009 perkara  ini  termasuk  wewenang  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang,  oleh
karenanya Majelis Hakim akan mempertimbangkan lebih lanjut; Menimbang, bahwa pada hari sidang  yang telah ditetapkan Pemohon dan
para Termohon hadir menghadap di persidangan dengan memberikan keterangan yang cukup disertai dengan bukti-bukti;
Menimbang,  bahwa  berdasarkan  keterangan  Pemohon  yang  dibenarkan oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat P.15 serta keterangan satu
orang  saksi  yang  dilengkapi  dengan  sumpah  pelengkap  Suplitoire  eed,  harus
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan  terbukti  bahwa  pernikahan  antara  Termohon  I  dengan  Termohon  II yang  dilaksanakan  di  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit  Bestari,  Kota
Tanjungpinang,  yaitu  dalam  wilayah  hukum  Pengadilan  Agama  Tanjungpinang, dengan demikian sesuai ketentuan pasal 25 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
jo  pasal  74  1  Kompilasi  Hukum  Islam,  perkara  ini  termasuk  yurisdiksi Pengadilan Agama Tanjungpinang;
Menimbang,  bahwa  berdasarkan  keterangan  Pemohon  serta  dikuatkan dengan bukti surat P.1 serta keterangan satu orang saksi yang dilengkapi dengan
sumpah  pelengkap  Suplitoire  eed,  harus  dinyatakan  terbukti  bahwa  Pemohon adalah  Pejabat  yang  berwenang  untuk  mengajukan  perkara  ini,  maka  sesuai
ketentuan  pasal  23  c  Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1974  jo  pasal  73  c Kompilasi  Hukum  Islam,  Pengadilan  Agama  dapat  menerima  permohonan
Pemohon, karena Pemohon mempunyai kewenangan untuk mengajukannya; Menimbang,  bahwa  berdasarkan  keterangan  Pemohon  yang  dibenarkan
oleh  para  Termohon  serta  dikuatkan  dengan  bukti  surat  P.2,  P.7  sd  P.9  serta keterangan  satu  orang  saksi  yang  dilengkapi  dengan  sumpah  pelengkap
Suplitoire  eed,  harus  dinyatakan  terbukti  bahwa  pada  saat  menikah  dengan Termohon II pada tanggal 18 Juli 2013, Termohon I masih jejaka;
Menimbang,  bahwa  berdasarkan  keterangan  Pemohon  yang  dibenarkan oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat P.3, P.10, P.11, P.12  sd
P.14 serta keterangan satu orang saksi yang dilengkapi dengan sumpah pelengkap Suplitoire eed, harus dinyatakan terbukti bahwa identitas Termohon II pada saat
menikah  dengan  Termohon  I  pada  tanggal  18  Juli  2013,  Termohon  II  mengaku
Universitas Sumatera Utara
berstatus  Perawan  padahal  masih  dalam  masa  iddah  dari  laki-laki  lain  mantan suaminya;
Menimbang,  bahwa  berdasarkan  keterangan  Pemohon  yang  dibenarkan oleh  para  Termohon  serta  dikuatkan  dengan  bukti  surat  P.4  dan  P.12  serta
keterangan  satu  orang  saksi  yang  dilengkapi  dengan  sumpah  pelengkap Suplitoire eed, harus dinyatakan terbukti bahwa Petugas Kantor Urusan Agama
Kecamatan  Bukit  Bestari  tidak  mengetahui  tentang  identitas  Termohon  II, sehingga  kehendak  nikah  dari  Termohon  I  dengan  Termohon  II  telah  dicatat
identitasnya  dalam  Daftar  Pemeriksaan  Nikah  dan  dengan  Biaya  Pencatatan Nikah  sesuai  dengan  bukti  surat  P.5,  sehingga  pernikahan  antara  Termohon  I
dengan Termohon II berlangsung seperti biasa pada tanggal 18 Juli 2013; Menimbang,  bahwa  berdasarkan  keterangan  Pemohon  yang  dibenarkan
oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat-surat dan keterangan satu orang saksi di persidangan yang dilengkapi dengan sumpah pelengkap Suplitoire
eed  sebagaimana  tersebut  di  atas,  harus  dinyatakan  terbukti  bahwa  surat-surat yang digunakan sebagai syarat pernikahan antara Termohon II dengan Termohon
I  adalah  identitas  yang  palsu,  dimana  Termohon  II  berstatus  perawan,  padahal yang  benar  adalah  Termohon  II  telah  menikah  dan  telah  bercerai  di  Pengadilan
Agama  Tanjungpinang  serta  masih  dalam  masa iddah  dari  laki-laki lain  mantan suaminya  sebagaimana  bukti  surat  P.16,  dengan  demikian  pernikahan  antara
Termohon I dengan Termohon II mengandung unsure pemalsuan identitas; Menimbang, bahwa berdasarkan peristiwa tersebut di atas, Majelis Hakim
telah  menemukan  fakta  bahwa  Termohon  II  telah  melanggar  ketentuan  Pasal  40 b  Kompilasi  Hukum  Islam  yang  menyatakan:  Dilarang  melangsungkan
Universitas Sumatera Utara
perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;
Menimbang,  bahwa  berdasarkan  ketentuan  pasal  2  ayat  1  Undang- Undang  Nomor  1  Tahun  1974  jo  pasal  4  Kompilasi  Hukum  Islam,  perkawinan
adalah  sah  apabila  dilakukan  menurut  hukum  masing-masing  agama  dan kepercayaannya  itu,  selanjutnya  dalam  penjelasan  pasal  2  tersebut  berbunyi  :
“Dengan  perumusan  pasal  2  ayat  1  ini  tidak  ada  perkawinan  di  luar  hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan Undang-Undang
Dasar  1945”,  sedangkan  selanjutnya  “yang  dimaksud  dengan  hukum  masing- masing  agamanya  dan  kepercayaannya  itu,  termasuk  ketentuan  perundang-
undangan  yang  berlaku  bagi  golongan  agamanya  dan  kepercayaannya  itu sepanjang  tidak  ditentukan  lain  dalam  undang-
undang ini’, oleh karenanya suatu perkawinan  harus  dilakukan  sesuai  ketentuan  syari’at  agama  dan  ketentuan
peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku;  sedangkan  perkawinan  yang dilakukan  oleh  Termohon  II  dengan  Termohon  I  tidak  memenuhi  ketentuan
perundangundangan yang berlaku dan dengan menggunakan identitas palsu, maka perkawinan tersebut tidak sah dan harus dibatalkan;
Menimbang, bahwa Kutipan Akta Nikah Nomor: 26718VII2013 tanggal 18  Juli  2013  yang  dikeluarkan  oleh  Kepala  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan
Bukit  Bestari,  Kota  Tanjungpinang  mengandung  unsur  pemalsuan  identitas, karena  dalam  pelaksanaan  pernikahan  tersebut  identitas  Termohon  II  berstatus
Perawan  padahal  masih  dalam  masa  iddah  dengan  laki-laki  lain  mantan suaminya,  dengan  demikian  Majelis  Hakim  berpendapat  Akta  Nikah  yang
dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama tersebut adalah cacat hukum dan
Universitas Sumatera Utara
batal  serta  harus  dinyatakan  tidak  pernah  ada,  hal  ini  sejalan  dengan  ketentuan pasal  28  ayat  1  Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1974  jo  pasal  74  ayat  1
Kompilasi Hukum Islam; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas Majelis berpendapat
dan berkesimpulan bahwa dalil-dalil permohonan Pemohon telah terbukti, karena telah sesuai dengan ketentuan pasal 24 Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 jo
pasal  71  a  dan  pasal  72  ayat  2  Kompilasi  Hukum  Islam,  dengan  demikian Permohonan Pemohon tersebut dapat dikabulkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 89 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka biaya perkara ini dibebankan kepada Pemohon;
Amar putusan:
Mengingat,  segala  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku  dan kaidah hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini ;
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menetapkan  batal  perkawinan  antara  YON  HENDRI  bin  ALI  ANAS
dengan  SULASMI  Binti  WAKINO,  yang  dilaksanakan  pada  tanggal  18 Juli  2013  di  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit  Bestari,  Kota
Tanjungpinang; 3.
Menyatakan  buku  Kutipan  Akta  Nikah,  Nomor  :  26718VII2013,  atas nama YON HENDRI  Bin  ALI  ANAS dengan SULAMI  Binti WAKINO,
yang  dikeluarkan  oleh  Kantor  Urusan  Agama  Kecamatan  Bukit  Bestari, Kota Tanjungpinang pada tanggal 18 Juli 2013, tidak berkekuatan hukum;
Universitas Sumatera Utara
4. Menghukum  Pemohon  untuk  membayar  biaya  perkara  sebesar  Rp.
471.000,- Empat ratus tujuh puluh satu ribu rupiah;
A.  Kedudukan  Anak  Akibat  Batalnya  Perkawinan  karena  adanya Pemalsuan Identitas