juga mempunyai kewajiban. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah meletakkan kewajiban anak terhadap orang tuanya adalah:
1 Anak wajib menghormati orang tua;
2 Anak wajib mentaati kehendak orang tua;
3 Anak wajib mememlihara dan memberikan bantuan kepada orang tuanya
jika anak sudah dewasa menurut kemampuannya.
84
Sesungguhnya kewajiban anak menghormati orang tua dan mentaati kehendaknya bersifat universal, barangkali tidak ada suatu bangsa yang tidak
menghendaki demikian. Tetapi sebaliknya orang tua harus memberikan contoh teladan yang baik dengan cara yang bijaksana dan tidak bersifat paksaan. Jika
orang tua taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan taat beribadah, tentunya anak wajib hormat dan mentaatinya, tetapi jika orang tua penjudi, pemabuk dan penuh
maksiat, tidak wajib anak mentaatinya.
85
C. Perlindungan Terhadap Hak-Hak Anak
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan
tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan
eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Ketentuan Pasal 28B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
84
Tan Kamello dan Syarifah Lisa Andriati, Op.Cit., hal. 65
85
Hilman Hadikusuma, Op.Cit. hal. 132
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan hak-hak anak diatur dalam sejumlah undang-undang yang terkait yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak serta Instruksi Presiden Nomor 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam.
86
Hak-hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Pasal 28 B ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen kedua
disebutkan “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Hak anak dalam perspektif hukum memiliki aspek yang universal terhadap
kepentingan anak. Meletakkan hak anak dalam pandangan hukum, memberikan gambaran bahwa tujuan dasar kehidupan manusia adalah membangun umat
manusia yang memegang teguh ajaran agama. Dengan demikian, hak anak dalam pandangan hukum meliputi aspek hukum dalam lingkungan hidup seseorang.
Pada tindakan lain Maulana Hasan Wadong mengatakan “seorang umat Islam harus taat dalam menegakkan hak-hak anak dengan berpegang pada hukum
nasional yang positif”.
87
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah disebutkan bahwa hukum pengasuhan anak secara tegas yang merupakan
rangkaian dari hukum perkawinan di Indonesia, akan tetapi hukum pengasuhan
86
https:www.researchgate.netpublication42348871 Kajian
Yuridis Terhadap
Perlindungan Hak Hak Anak Dan Penerapannya Penelitian Di Kota Binjai Kota Medan Dan Kabupaten Deli Serdang, di akses pada tanggal 24 Mei 2016, Pukul 13.30 WIB
87
Maulana Hasan Wadong, Op.Cit., hal. 33
Universitas Sumatera Utara
anak itu belum diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 secara luas dan rinci. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 45 sampai dengan Pasal 49 dijelaskan bahwa orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya yang belum mencapai umur 18 tahun dengan cara
yang baik sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban ini berlaku terus meskipun perkawinan antara orang tua si anak putus karena perceraian atau
kematian.
88
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dalam Bab III Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia pada Bagian
Kesepuluh mengatur mengenai hak anak. Bagian yang mempunyai judul Hak Anak ini memberikan ketentuan pengaturan yang dituangkan ke dalam 15 lima
belas pasal, dimana dalam Pasal 52 ayat 2 disebutkan bahwa hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi
oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan. Pasal 1 angka 5 Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia memberikan
batasan pengertian mengenai anak yaitu setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Batasan pengertian mengenai anak yang terdapat dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang tentang Hak
Asasi Manusia tersebut mempunyai makna yang sama dengan batasan pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang_Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang
88
http:journal.uin-suka.ac.idmediaartikelASY134702-Imam20Jauhari.pdf di akses pada tanggal 1 Mei 2016, Pukul 11.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
89
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan pada setiap warga negaranya salah satunya adalah dengan memberikan perlindungan terhadap
hak anak yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Pemerintah Indonesia dalam usahanya untuk menjamin dan mewujudkan perlindungan dan
kesejahteraan anak adalah melalui pembentukan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindunagn Anak
menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Perlindungan anak juga dapat diartikan sebagai segala upaya yang ditunjukkan
untuk mencegah, rehabilitasi dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan
hidup dan tumbuh kembang secara wajar, baik fisik, mental maupun sosialnya. Perlindungan anak adalah suatu usaha melindungi anak agar dapat melaksanakan
hak dan kewajibannya.
90
Pasal 3 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar
89
http:www.kumham-jogja.infokarya-ilmiah37-karya-ilmiah-lainnya801- perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002 di akses pada tanggal
24 Mei 2016, Pukul 13.30 WIB
90
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan, Rafika Aditama, Cet- Ke 2, Jakarta, 20013, hal. 70
Universitas Sumatera Utara
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
Hak anak dalam Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia diatur dalam ketentuan Pasal 52 sampai dengan Pasal 66 yang antara lain meliputi hak :
a. Atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara;
b. Sejak dalam kandungan untuk hidup, mempertahankan hidup, dan
meningkatkan taraf kehidupannya; c.
Sejak kelahirannya atas suatu nama dan status kewarganegaraannya; d.
Untuk anak yang cacat fisik danatau mental untuk memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara.
e. Untuk anak yang cacat fisik danatau mental untuk terjamin kehidupannya
sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara; f.
Untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan biaya di bawah bimbingan orang tua
danatau wali; g.
Untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri;
h. Untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing
kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa; i.
Untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan
Universitas Sumatera Utara
fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain
manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak tersebut; j.
Untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan dengan kehendak anak sendiri kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah
yang menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak;
k. Untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya;
l. Untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi
dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri;
m. Untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara layak
sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya; n.
Untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata, kerusuhan social dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan;
o. Untuk mendapat perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi dan
setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya sehingga dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial dan mental
spiritualnya; p.
Untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual,
penculikan, perdagangan
anak serta
berbagai bentuk
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya;
Universitas Sumatera Utara
q. Untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan
hukuman yang tidak manusiawi; dan r.
Untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum. Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia tidak mencantumkan
ketentuan mengenai kewajiban anak secara terperinci. Ketentuan mengenai kewajiban yang terdapat dalam undang-undang tersebut adalah kewajiban dasar
manusia secara menyeluruh.
91
Bab III Undang-Undang tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai hak dan kewajiban anak. Hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan
Pasal 18 sedangkan kewajiban anak dicantumkan pada Pasal 19. Hak anak yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Anak tersebut antara lain
meliputi hak : 1.
Untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; 2.
Atas suatu nama sebagai identitas dan status kewarganegaraan; 3.
Untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berkreasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua;
4. Untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya
sendiri; 5.
Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial;
91
http:www.kumham-jogja.infokarya-ilmiah37-karya-ilmiah-lainnya801- perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002 di akses pada tanggal
24 Mei 2016, Pukul 13.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
6. Memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; 7.
Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, sesama peserta didik, danatau pihak lain. 8.
Memperoleh pendidikan luar biasa, rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat;
9. Memperoleh pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keunggulan;
10. Menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan;
11. Untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak
yang sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri;
12. Mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik
ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya;
13. Untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri kecuali jika ada alasan danatau
aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir;
14. Memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi; 15.
Memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum; 16.
Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatan yang
Universitas Sumatera Utara
dipisahkan dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku,
serta membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum, bagi
setiap anak yang dirampas kebebasannya; 17.
Untuk dirahasiakan, bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum; dan
18. Mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya, bagi setiap anak yang
menjadi korban atau pelaku tindak pidana. Pasal-pasal yang memuat ketentuan mengenai hak anak dalam Undang-
Undang tentang Perlindungan Anak mempunyai banyak kesamaan dengan ketentuan hak anak dalam Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia. Undang-
Undang tentang Perlindungan Anak juga mengatur mengenai kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak. Ketentuan Pasal 19 menyebutkan bahwa setiap
anak berkewajiban untuk a menghormati orang tua; b mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; c mencintai tanah air, bangsa, dan negara; d
menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan e melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Perlindungan anak sebagaimana batasan pengertian yang tercantum dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak dapat terwujud
apabila mendapatkan dukungan dan tanggungjawab dari berbagai pihak. Dukungan yang dibutuhkan guna mewujudkan perlindungan atas hak anak di
Indonesia diatur dalam ketentuan Bab IV Undang-Undang tentang Perlindungan Anak. Pasal 20 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara, pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Negara dan Pemerintah Republik Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik danatau
mental. Negara dan pemerintah juga berkewajiban serta bertanggungjawab untuk memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan
anak. Pengaturan mengenai kewajiban dan tanggungjawab negara, pemerintah dan pemerintah daerah tercantum dalam ketentuan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-
Undang tentang Perlindungan Anak. Pasal 23 dan Pasal 24 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak
mengatur mengenai jaminan Negara, pemerintah dan pemerintah daerah atas penyelenggaraan perlindungan anak. negara, pemerintah, dan pemerintah daerah
menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara
hukum bertanggungjawab terhadap anak. Negara dan pemerintah juga menjamin anak untuk menggunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan
usia dan tingkat kecerdasan anak. Jaminan yang diberikan oleh negara dan pemerintah tersebut diikuti pula dengan pengawasan dalam penyelenggaraan
perlindungan anak. Kewajiban dan tanggungjawab masyarakat atas perlindungan anak
sebagaimana diatur dalam Pasal 25. Kewajiban dan tanggungjawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Ketentuan Pasal 72 ayat 2 Undang- Undang tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa peran masyarakat
dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media
massa dan dunia usaha. Pasal 26 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai
kewajiban dan tanggung jawab orang tua dan keluarga. Orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab untuk a mengasuh, memelihara, mendidik, dan
melindungi anak; b menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan anak, bakat dan minatnya; c mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-
anak; dan d memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak. Apabila orang tua tidak ada, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan
tanggung jawabnya, atau tidak diketahui keberadaannya, maka kewajiban dan tanggungjawab orang tua atas anak dapat beralih kepada keluarga yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan perlindungan terhadap anak diatur dalam Bab IX Undang-Undang tentang Perlindungan Anak. Perlindungan terhadap anak
diselenggarakan dalam bidang agama, kesehatan, pendidikan, sosial, serta perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat.
Universitas Sumatera Utara
81
BAB IV AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA ADANYA
PEMALSUAN IDENTITAS DAN KAITANNNYA DENGAN KEDUDUKAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN STUDI PADA PENGADILAN AGAMA MEDAN KELAS 1-A
Kasus Posisi
Penulis telah melakukan penelitian mengenai pembatalan perkawinan dan akibat hukumnya di Pengadilan Agama Medan Kelas I-A. Penulis meneliti
perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Tanjungpinang, yaitu perkara Nomor : 767Pdt.G2013PA.TPI tentang pembatalan perkawinan karena adanya
pemalsuan identitas. Penulis melakukan penelitian di Pengadilan Agama Medan Kelas I-A tentang perkara Nomor : 767Pdt.G2013PA.TPI yang dilaksanakan di
Pengadilan Agama Tanjung pinang untuk mengetahui bagaimana pendapat hakim mengenai akibat pembatalan perkawinan karena adanya pemalsuan identitas dan
kaitannya dengan
kedudukan anak.
Berdasarkan perkara
Nomor: 767Pdt.G2013PA.TPI kasus posisinya sebagai berikut:
Nomor Perkara: 767Pdt.G2013PA.TPI Pemohon
: SAID KAMALUDDIN bin SAID IDRIS, umur 33 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS Penghulu KUA Kecamatan Bukit Bestari,
tempat tinggal di Jalan Perum. Bukit Indah Lestari, Blok D, RT.003RW.014
No.11, Kelurahan
Batu IX,
Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang
Universitas Sumatera Utara
Termohon I : YON HENDRI bin ALI ANAS, umur 30 tahun, agama Islam,
pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Sungai Jang, RT.003RW.003, Kelurahan Sungai Jang, Kecamatan Bukit
Bestari, Kota Tanjungpinang.
Termohon II : SULASMI binti WAKINO, umur 29 tahun, agama Islam,
pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Sungai Jang, RT.003RW.003, Kelurahan Sungai Jang, Kecamatan Bukit
Bestari, Kota Tanjungpinang.
Duduk perkara:
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 18 Desember 2013, yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama
anjungpinang pada hari itu juga dengan Nomor Register: 767Pdt.G2013PA.TPI, dengan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Bahwa pada tanggal 18 Juli 2013, Termohon I dan Termohon II
melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang
Kutipan Akta Nikah Nomor: 26718VII2013 tanggal 18 Juli 2013; 2.
Bahwa setelah pernikahan tersebut Termohon I dan Termohon II bertempat tinggal di rumah kontrakan sampai sekarang, selama pernikahan
tersebut Termohon I dengan Termohon II telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami isteri dan dikaruniai seorang anak yang bernama: OLIFIA
SALSABILA binti YON HENDRI, umur 3 bulan; 3.
Bahwa kemudian ditengah rumah tangga Termohon I dengan Termohon II ada seorang laki-laki yang bernama TEGUH SLAMET RIYANTO bin
Universitas Sumatera Utara
ANWAR, umur 37 tahun, pekerjaan Wiraswasta, tempat kediaman di Jalan Gatot Subroto, RT.002RW.001, Kelurahan Kp. Bulang, Kecamatan
Tanjungpinang Timur,
Kota Tanjungpinang,
yang mana
yang bersangkutan datang ke Kantor KUA Bukit Bestari atas permintaan
Termohon I dan Termohon II untuk merubah status Termohon II dari Perawan menjadi Janda, dengan melampirkan Akta Cerai dari Pengadilan
Agama Tanjungpinang No. 0358AC2013PA.TPI, dan atas dasar tersebutlah maka pihak KUA mengetahui bahwa pernikahan yang
dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2013 dengan Kutipan Akta Nikah Nomor: 26718VII2013, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang, ternyata pernikahan tersebut cacat secara hukum karena Termohon II dalam masa iddah;
4. Pada saat Termohon I melaksanakan pernikahan dengan Termohon II,
Termohon II mengaku berstatus perawan kepada Termohon I dan sekarang karena pihak KUA telah mengetahui perihal kejadian tersebut, maka apa
yang telah dilakukan oleh Termohon I selama ini salah karena Termohon II telah melakukan pernikahan yang mana masa iddah Termohon II belum
habis; 5.
Pemohon sanggup membayar seluruh biaya perkara yang timbul akibat perkara ini;
Berdasarkan alasandalil-dalil di atas, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Tanjungpinang segera memeriksa dan mengadili perkara ini,
selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut: 1.
Mengabulkan permohonan Pemohon;
Universitas Sumatera Utara
2. Menetapkan, membatalkan perkawinan antara Termohon I dengan
Termohon II; 3.
Menyatakan Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah Nomor: “26718VII2013” tidak berkekuatan hukum;
4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
5. Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya.
Upaya perdamaian Majelis Hakim:
Bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan para pihak telah datang dan menghadap dipersidangan dan setelah majelis hakim mendamaikan tidak berhasil,
lalu pemeriksaan dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan Pemohon tersebut, yang isinya tetap dipertahankan oleh pemohon.
Jawaban Termohon:
Bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, para Termohon telah mengajukan jawaban secara lisan dipersidangan yang pada pokoknya
membenarkan dan tidak membantah dalil-dalil serta alasan Pemohon.
Alat bukti yang diajukan Pemohon:
Bahwa untuk menguatkan dali-dalil permohonan Pemohon, Pemohon telah mengajukan bukti berupa:
a. Surat
1. Fotokopi Kartu Tanda Pengenal, atas nama SAID KAMALUDIN,
S.HI, yang aslinya dikeluarkan oleh Kepala Kantor Kementrian Agama, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, pada bulan
Januari 2012, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah
Universitas Sumatera Utara
di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.1;
2. Fotokopi Kartu Keluarga, Nomor : 2172041604130004, atas nama
kepala keluarga YON HENDRI, yang aslinya dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang, pada
tanggal 07 Mei 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta
telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.2;
3. Fotokopi Surat Keterangan Domisili, Nomor : 266KETVII2013, atas
nama SULASMI, yang dikeluarkan oleh Lurah Tanjung Unggat, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 11 Juli 2013, telah dicocokkan
dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera
Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.3; 4.
Fotokopi Daftar Pemeriksaan Nikah, Nomor : 0291022013, atas nama YON HENDRI dengan SULASMI binti WAKINO, yang
dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang, pada tanggal 22 Juni 2013, telah dicocokkan
dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera
Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.4; 5.
Fotokopi Kuitansi, Nomor : 0291022013, atas nama YON HENDRI, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit
Universitas Sumatera Utara
Bestari, Kota Tanjungpinang, tanpa tanggal dan tahun, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan
dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.5;
6. Fotokopi Pemberitahuan Kehendak Nikah model N-7, atas nama Yon
Hendri dengan Sulasmi Binti Wakino, yang dibuat pada tanggal 21 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti
P.6; 7.
Fotokopi Surat Keterangan untuk Nikah model N-1, Nomor : 106474.2VII2013, atas nama YON HENDRI, yang dikeluarkan oleh
Lurah Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 01 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti
P.7; 8.
Fotokopi Surat Keterangan Asal-Usul model N-2, Nomor : 106474.2VII2013, atas nama YON HENDRI, yang dikeluarkan oleh
Lurah Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 01 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti
P.8;
Universitas Sumatera Utara
9. Fotokopi Surat Keterangan Asal-Usul Orang Tua model N-4, Nomor:
106474.2VII2013, atas nama YON HENDRI, yang dikeluarkan oleh LurahTanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 01
Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah
di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.9;
10. Fotokopi Surat Keterangan untuk Nikah model N-1, atas nama
SULASMI, yang dikeluarkan oleh Lurah Tanjung Unggat, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 11 Juli 2013, telah dicocokkan dengan
aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan
Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.10; 11.
Fotokopi Surat Keterangan Asal-Usul model N-2, Nomor : 161474.2VII2013, atas nama SULASMI, yang dikeluarkan oleh
Lurah Tanjung Unggat, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 11 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah
bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti
P.11; 12.
Fotokopi Surat Persetujuan Mempelai model N-3, atas nama YON HENDRI dengan SULASMI BINTI WAKINO, yang dibuat pada
tanggal 16 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta
Universitas Sumatera Utara
telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.12;
13. Fotokopi Surat Keterangan Tentang Orang Tua model N-4, Nomor:
161474.2VII2013, dari SULASMI, yang dikeluarkan oleh Lurah Tanjung Unggat, Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 11 Juli 2013,
telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir
Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.13; 14.
Fotokopi Surat Pernyataan, yang dibuat oleh SULASMI, pada tanggal 18 Juli 2013, dan disaksikan oleh 2 orang saksi yaitu : Jemmy Achmed
dan Tabrani, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah
di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.14;
15. Fotokopi Buku Kutipan Akta Nikah Nomor : 26718VII2013, atas
nama YON HENDRI bin ALI ANAS dengan SULASMI binti WAKINO, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Kecamatan Bukit Bestari, pada tanggal 18 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan
dinachtzagelen Kantor Pos dan Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang, sebagai bukti P.15;
16. Fotokopi Kutipan Akta Cerai, Nomor : 358AC2013PA.TPI, atas
nama SULASMI binti WAKINO, dengan MAKMURI bin ISTAMAR, yang dikeluarkan oleh Panitera Pengadilan Agama Tanjungpinang,
Universitas Sumatera Utara
pada tanggal 08 Juli 2013, telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, telah bermaterai cukup dan dinachtzagelen Kantor Pos dan
Giro, serta telah di legalisir Panitera Pengadilan Agama
Tanjungpinang, sebagai bukti P.16; b.
Saksi TEGUH SLAMET RIYANTO bin ANWAR, umur 37 tahun, pekerjaan
Wiraswasta, tempat kediaman di Jalan Gatot Subroto, No.51, RT.002RW.001, Kelurahan Kampung Bulang, Kecamatan Tanjungpinang
Timur, Kota Tanjungpinang, yang memberikan keterangan di bawah
sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut: -
Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan kenal Termohon I dan Termohon II, karena saksi adalah teman Termohon I dan Termohon II;
- Bahwa saksi mengetahui Pemohon mengajukan permohonan
Pembatalan Nikah atas pernikahan Termohon I dengan Termohon II; -
Bahwa Termohon I menikah dengan Termohon II pada tanggal 18 Juli 2013 di depan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Bukti Bestari, tetapi saksi tidak hadir waktu pernikahan tersebut;
- Bahwa sepengetahuan saksi alasan Pemohon mengajukan permohonan
pembatalan nikah Termohon I dengan Termohon II karena pada waktu aqad nikah dilaksanakan Termohon II mengaku perawan sesuai dengan
Surat Keterangan dari Lurah Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, dan ternyata sebenarnya Termohon II adalah seorang janda
dan masih dalam masa iddah dari perceraian dengan mantan suaminya;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa saksi mengetahui tentang status Termohon II tersebut sejak
Termohon I dan Termohon II minta bantuan kepada saksi untuk mengurus perubahan status Termohon II dalam buku nikah mereka
dari perawan menjadi janda sesuai dengan Akta Cerai Termohon II, kemudian saksi datang ke Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit
Bestari dan menyampaikan maksud tersebut, namun pihak Kantor Urusan Agama menolak untuk merubah status Termohon II, tetapi
setelah pihak Kantor Urusan Agama melihat Akta Cerai atas nama Termohon II dan ternyata benar Termohon II sudah janda dan masih
dalam masa iddah, maka pihak Kantor Urusan Agama berpendapat pernikahan Termohon I dengan Termohon II harus segera dibatalkan;
- Bawha saksi datang ke Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit
Bestari setelah 4 empat bulan pernikahan Termohon I dengan Termohon II;
Pemohon hanya mampu menghadirkan satu orang saksi, maka berdasarkan Putusan Sela Nomor : 676Pdt.G2013PA.TPI, tanggal 28 Januari 2014 untuk
memenuhi batas minimal pembuktian Pemohon telah mengucapkan sumpah tambahanpelengkap Suplitoire eed,
yang berbunyi sebagai berikut; “Bismillahirrahmaanirrahiim, Wallahi, Demi Allah saya bersumpah, bahwa apa
yang saya terangkan dalam persidangan ini adalah benar, jika keterangan saya palsu atau bohong, saya bersedia menerima akibat dari sumpah tersebut dunia dan
akhirat”; Selanjutnya Majelis Hakim memberi kesempatan kepada Termohon I dan
Termohon II untuk mengajukan bukti-bukti, namun para Termohon menyatakan
Universitas Sumatera Utara
tidak akan mengajukan bukti-bukti;
Kesimpulan:
Pemohon menyampaikan
kesimpulan secara
lisan tetap
pada permohonanannya dan mohon agar Majelis Hakim segera menjatuhkan putusan,
kemudian para Termohon juga menyampaikan kesimpulan secara lisan yang menyatakan tidak keberatan dengan maksud dan tujuan permohonan Pemohon;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, Majelis Hakim menunjuk kepada segala sesuatu sebagaimana termuat dalam
Berita Acara Persidangan perkara ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari putusan ini;
Pertimbangan hukum:
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah
sebagaimana telah diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 49 huruf a Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1989, yang telah diubah pula dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 perkara ini termasuk wewenang Pengadilan Agama Tanjungpinang, oleh
karenanya Majelis Hakim akan mempertimbangkan lebih lanjut; Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan Pemohon dan
para Termohon hadir menghadap di persidangan dengan memberikan keterangan yang cukup disertai dengan bukti-bukti;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon yang dibenarkan oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat P.15 serta keterangan satu
orang saksi yang dilengkapi dengan sumpah pelengkap Suplitoire eed, harus
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan terbukti bahwa pernikahan antara Termohon I dengan Termohon II yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit Bestari, Kota
Tanjungpinang, yaitu dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Tanjungpinang, dengan demikian sesuai ketentuan pasal 25 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
jo pasal 74 1 Kompilasi Hukum Islam, perkara ini termasuk yurisdiksi Pengadilan Agama Tanjungpinang;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon serta dikuatkan dengan bukti surat P.1 serta keterangan satu orang saksi yang dilengkapi dengan
sumpah pelengkap Suplitoire eed, harus dinyatakan terbukti bahwa Pemohon adalah Pejabat yang berwenang untuk mengajukan perkara ini, maka sesuai
ketentuan pasal 23 c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 73 c Kompilasi Hukum Islam, Pengadilan Agama dapat menerima permohonan
Pemohon, karena Pemohon mempunyai kewenangan untuk mengajukannya; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon yang dibenarkan
oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat P.2, P.7 sd P.9 serta keterangan satu orang saksi yang dilengkapi dengan sumpah pelengkap
Suplitoire eed, harus dinyatakan terbukti bahwa pada saat menikah dengan Termohon II pada tanggal 18 Juli 2013, Termohon I masih jejaka;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon yang dibenarkan oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat P.3, P.10, P.11, P.12 sd
P.14 serta keterangan satu orang saksi yang dilengkapi dengan sumpah pelengkap Suplitoire eed, harus dinyatakan terbukti bahwa identitas Termohon II pada saat
menikah dengan Termohon I pada tanggal 18 Juli 2013, Termohon II mengaku
Universitas Sumatera Utara
berstatus Perawan padahal masih dalam masa iddah dari laki-laki lain mantan suaminya;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon yang dibenarkan oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat P.4 dan P.12 serta
keterangan satu orang saksi yang dilengkapi dengan sumpah pelengkap Suplitoire eed, harus dinyatakan terbukti bahwa Petugas Kantor Urusan Agama
Kecamatan Bukit Bestari tidak mengetahui tentang identitas Termohon II, sehingga kehendak nikah dari Termohon I dengan Termohon II telah dicatat
identitasnya dalam Daftar Pemeriksaan Nikah dan dengan Biaya Pencatatan Nikah sesuai dengan bukti surat P.5, sehingga pernikahan antara Termohon I
dengan Termohon II berlangsung seperti biasa pada tanggal 18 Juli 2013; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon yang dibenarkan
oleh para Termohon serta dikuatkan dengan bukti surat-surat dan keterangan satu orang saksi di persidangan yang dilengkapi dengan sumpah pelengkap Suplitoire
eed sebagaimana tersebut di atas, harus dinyatakan terbukti bahwa surat-surat yang digunakan sebagai syarat pernikahan antara Termohon II dengan Termohon
I adalah identitas yang palsu, dimana Termohon II berstatus perawan, padahal yang benar adalah Termohon II telah menikah dan telah bercerai di Pengadilan
Agama Tanjungpinang serta masih dalam masa iddah dari laki-laki lain mantan suaminya sebagaimana bukti surat P.16, dengan demikian pernikahan antara
Termohon I dengan Termohon II mengandung unsure pemalsuan identitas; Menimbang, bahwa berdasarkan peristiwa tersebut di atas, Majelis Hakim
telah menemukan fakta bahwa Termohon II telah melanggar ketentuan Pasal 40 b Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan: Dilarang melangsungkan
Universitas Sumatera Utara
perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 4 Kompilasi Hukum Islam, perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, selanjutnya dalam penjelasan pasal 2 tersebut berbunyi :
“Dengan perumusan pasal 2 ayat 1 ini tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan Undang-Undang
Dasar 1945”, sedangkan selanjutnya “yang dimaksud dengan hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu, termasuk ketentuan perundang-
undangan yang berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu sepanjang tidak ditentukan lain dalam undang-
undang ini’, oleh karenanya suatu perkawinan harus dilakukan sesuai ketentuan syari’at agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; sedangkan perkawinan yang dilakukan oleh Termohon II dengan Termohon I tidak memenuhi ketentuan
perundangundangan yang berlaku dan dengan menggunakan identitas palsu, maka perkawinan tersebut tidak sah dan harus dibatalkan;
Menimbang, bahwa Kutipan Akta Nikah Nomor: 26718VII2013 tanggal 18 Juli 2013 yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang mengandung unsur pemalsuan identitas, karena dalam pelaksanaan pernikahan tersebut identitas Termohon II berstatus
Perawan padahal masih dalam masa iddah dengan laki-laki lain mantan suaminya, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat Akta Nikah yang
dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama tersebut adalah cacat hukum dan
Universitas Sumatera Utara
batal serta harus dinyatakan tidak pernah ada, hal ini sejalan dengan ketentuan pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 74 ayat 1
Kompilasi Hukum Islam; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas Majelis berpendapat
dan berkesimpulan bahwa dalil-dalil permohonan Pemohon telah terbukti, karena telah sesuai dengan ketentuan pasal 24 Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 jo
pasal 71 a dan pasal 72 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam, dengan demikian Permohonan Pemohon tersebut dapat dikabulkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 89 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka biaya perkara ini dibebankan kepada Pemohon;
Amar putusan:
Mengingat, segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kaidah hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini ;
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menetapkan batal perkawinan antara YON HENDRI bin ALI ANAS
dengan SULASMI Binti WAKINO, yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2013 di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit Bestari, Kota
Tanjungpinang; 3.
Menyatakan buku Kutipan Akta Nikah, Nomor : 26718VII2013, atas nama YON HENDRI Bin ALI ANAS dengan SULAMI Binti WAKINO,
yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang pada tanggal 18 Juli 2013, tidak berkekuatan hukum;
Universitas Sumatera Utara
4. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
471.000,- Empat ratus tujuh puluh satu ribu rupiah;
A. Kedudukan Anak Akibat Batalnya Perkawinan karena adanya Pemalsuan Identitas