Penaksiran Awal Deret Gangguan Penetapan untuk Model ARIMA

untuk untuk untuk untuk Secara intuitif arti r, s, b dapat diuraikan dengan aturan-aturan berikut. Pertama, nilai b menyatakan bahwa y tidak dipengaruhi oleh nilai sampai periode , atau dengan persamaan sebagai berikut: berikutnya, nilai s menyatakan untuk beberapa lama deret output y secara terus- menerus dipengaruhi oleh nilai-nilai baru dari deret input x, dipengaruhi oleh . Nilai r menunjukkan bahwa berkaitan dengan nilai-nilai masa lalunya yaitu y dipengaruhi oleh . Tiga prinsip atau petunjuk untuk menentukan nilai yang tepat untuk r, s, b yaitu sebagai berikut: 1. Sampai lag waktu ke b, crosscorelation tidak akan berbeda dari nol secara signifikan. 2. Untuk s time lag selanjutnya, crosscorelation tidak akan memperlihatkan adanya pola yang jelas. 3. Untuk r time lag selanjutnya, crosscorelation akan memperlihatkan suatu pola yang jelas.

2.3.1.7. Penaksiran Awal Deret Gangguan

Universitas Sumatera Utara Bobot respons impuls diukur secara langsung dan ini memungkinkan perhitungan nilai taksiran dari deret gangguan , dikarenakan: dengan g adalah nilai praktis yang dipilih.

2.3.1.8. Penetapan untuk Model ARIMA

dari Deret Gangguan Autokorelasi, autokorelasi parsial ditetapkan dan selanjutnya nilai dan untuk autoregressive dan proses moving average, berturut-turut dipilih. Dengan cara seperti ini, fungsi dan untuk deret gangguan pada persamaan 38 diperoleh untuk mendapatkan: 2.3.1.9. Analisis Autokorelasi untuk Nilai Sisa Model r, s, b yang Menghubungkan Deret Input dan Output Pengujian kelayakan suatu model perlu dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model yaitu sudah memenuhi syarat white noise. Caranya adalah dengan memeriksa autokorelasi dan korelasi residualnya. Pengujian autokorelasi untuk nilai sisa menggunakan hipotesis: H : Autokorelasi pada deret sisa tidak signifikan H 1 : Autokorelasi pada deret sisa signifikan Dengan statistik uji: Universitas Sumatera Utara dengan: = banyak data pada gugus residual = lag terbesar yang diperhatikan r, s, b = parameter model fungsi transfer = autokorelasi residual untuk lag k Selanjutnya membandingkan hasilnya dengan tabel distribusi dengan taraf signifikansi , derajat bebas merupakan nilai autoregressive dan moving average dari deret noise dan tolak H jika . 2.3.1.10. Analisi Korelasi Silang antara Nilai Sisa dengan Deret Ganguan yang Telah Diputihkan Pada proses perkiraan langsung bobot fungsi transfer dibuat asumsi bahwa deret input yang disesuaikan adalah bebas dari komponen noise random. Karena itu bagian penting dari proses diagnostik adalah untuk membuktikan asumsi ini. Untuk menguji kesimpulan ini secara formal, akan digunakan uji Box-Pierce sekali lagi. Pengujian crosscorelation antara nilai sisa dengan deret gangguan yang telah diputihkan menggunakan statistik uji dengan hipotesis: H : Crosscorelation antara deret dan tidak signifikan H 1 : Crosscorelation antara deret dan signifikan Formula yang sesuai untuk uji keterikatan dan , adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara dengan: = banyak data pada deret x yang telah white noise = lag maksimum = jumlah parameter AR pada model ARIMA dengan deret input s dan b adalah parameter yang diperoleh dari hasil perhitungan. Hasilnya dibandingkan dengan tabel dengan derajat bebas dengan kriteria keputusan, tolak H jika .

2.4. Prosedur Menentukan Model Fungsi Transfer Multivariat