Tahap Kedua: Penaksiran Parameter-parameter Model Fungsi Transfer Tahap Ketiga: Uji Diagnosis Model Fungsi Transfer Tunggal Tahap Keempat: Penentuan Model Fungsi Transfer Multi Input

Bobot respon impuls diukur secara langsung, ini memungkinkan dilakukan perhitungan nilai taksiran dari deret gangguan dengan rumusan: 8 Penetapan untuk model ARIMA dari deret gangguan Sesudah menggunakan persamaan deret gangguan , nilai-nilai dianalisis dengan cara ARIMA biasa untuk menentukan model ARIMA yang tepat sehingga diperoleh nilai dan . Dengan cara ini, fungsi dan untuk deret gangguan dapat diperoleh untuk mendapatkan persamaan berikut:

2.4.2. Tahap Kedua: Penaksiran Parameter-parameter Model Fungsi Transfer

Berikut adalah model fungsi transfer dan ARIMA untuk deret noise: Pada tahap ini, akan dilakukan penaksiran nilai-nilai , , dan . Nilai taksiran diperoleh dengan cara mensubstitusikan persamaan khusus seperti berikut: untuk untuk Universitas Sumatera Utara untuk untuk Dengan pembobotan impuls, maka akan diperoleh nilai-nilai parameter yang diperlukan dengan cara mensubstitusikannya.

2.4.3. Tahap Ketiga: Uji Diagnosis Model Fungsi Transfer Tunggal

Pada tahap ini diperlukan pengecekan deret gangguan dan hubungan deret dengan . Deret yang sudah diperoleh melalui tahap 1 dan 2, secara umum bentuknya adalah: Dikalikan dengan . Selanjutnya, mencari nila parameter yang diatur kembali untuk digunakan pada model peramalan.

2.4.4. Tahap Keempat: Penentuan Model Fungsi Transfer Multi Input

Pemodelan fungsi transfer multi input dilakukann dengan cara memodelkan secara serentak seluruh variabel yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Identifikasi nilai-nilai bobot respon impuls dan korelasi silang dijadikan dasar dalam pemodelan serentak yang menghasilkan fungsi transfer multi input. Langkah-langkah penentuan model fungsi transfer multi input adalah sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi deret input dan output untuk mengetahui kestasioneran dan menentukan orde model ARIMA. 2 Menghitung estimasi parameter model ARIMA yang sesuai untuk masing-masing deret input, selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah model sudah memenuhi proses white noise atau tidak memenuhi. Universitas Sumatera Utara 3 Mencari nilai korelasi silang untuk masing-masing deret input terhadap deret output, yang berguna untuk menghitung deret noise dan juga menentukan orde model fungsi transfer dengan mengidentifikasi plot korelasi silang. 4 Menentukan nilai pada masing-masing deret dan menghitung nilai gangguan sehingga model fungsi transfer multi input tunggal selesai. 5 Nilai masing-masing deret input yang telah diperoleh, dilakukan estimasi secara serentak. 6 Penentuan nilai gabungan fungsi transfer multi input Nilai-nilai yang telah diidentifikasi dalam model fungsi transfer input tunggal, dijumlahkan sehingga model multi input mejadi: dengan: = operator moving average orde untuk variabel ke-j = operator autoregressive orde untuk variabel ke-j = operator moving average orde = operator autoregressive orde = nilai gangguan acak Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber kas negara yang digunakan untuk pembangunan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan secara langsung memaksa masyarakat turut serta dalam pembangunan daerah dengan membayar pajak yang diwajibkan. Untuk menjamin kelancaran pembayaran dan pemungutan pajak maka pemerintah menetapkan ketentuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jenis Pajak Provinsi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu Pajak Kendaraan Bermotor PKB, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Pajak Kendaraan Bermotor PKB merupakan pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaan Kendaraan Bermotor. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB adalah pajak yang dipungut atas setiap penyerahan Kenderaan Bermotor KBM dalam hak milik. Dari statistik kabupaten Karo, berdasarkan hasil survei badan Pusat Statistika diperlihatkan bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor mengalami peningkatan secara simultan pada tahun 2009-2014 berkisar 2. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi dari sektor transportasi menyumbang sekitar 1,9 secara kumulatif dengan sektor komunikasi untuk PAD kabupaten Karo. Dari hasil perkiraan, diperoleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kabupaten Karo pada tahun 2012 sebesar 0,041, tahun 2013 sebesar 0,067 dan terjadi peningkatan yang besar pada tahun 2014 yaitu 0,11. Sehingga dengan semakin baiknya sistem pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu mencapai target penerimaan yang maksimum, akan membantu perekonomian daerah kabupaten Karo. Dalam kenyataannya, banyak variabel yang mempengaruhi pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor PKB dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB Universitas Sumatera Utara