Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Present Value of Growth Opportunity Saham yang Terdaftar Di Dalam Indeks LQ45

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESENT VALUE OF GROWTH OPPORTUNITY (PVGO) SAHAM

YANG TERDAFTAR DI DALAM INDEKS LQ45

OLEH

BAYU ANUGRAH WIBISONO 080501056

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRACT

The formulation of this research problems comprehen the facts that influences Present Value of Growth Opportunity (PVGO) at the companies that listed at LQ45 Index. The purpose of this research analyze what the influences of Return on Asset (ROA), Plowback Ratio, and Debt to Equity Ratio (DER) to PVGO. In this research data is used for 18 selected companies through the purposive sampling technique by the criterion (1) The Company whose stock listed in LQ45 Index at 2007 – 2008. (2) The Companies that the constantly survive at 2007 – 2010.

In this research that the analyze datas by using Ordinary Least Square models and Fixed Effect (FEM) which is assessed in this research, because this model has the intercept of the equation unconstantly or any differences for individually. Before analyzing the test data is done, firstly by stationarity test and test of redundant fixed effects-likelihood ratio to get the stationarity of data and get the data whether the fixed effect method is suitable for use in this study, further data processing is accomplished using the Eviews 6.

The result of this study is ROA, Plowback Ratio, and DER has a significant effection the variable PVGO at 95% confidence level in simultanously and partial. Beside the coefficient of getting the datas indicate the variable ROA, Plowback Ratio, and DERis only able to explain the variable PVGO of 59,16%. Keywords: Present Value of Growth Opportunity (PVGO), Return on Assets


(3)

ABSTRAK

Rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Present Value Growth of Opportunity (PVGO) pada perusahaan yang terdaftar di dalam Indeks LQ45. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA), Plowback Ratio, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap PVGO. Dalam peneltian ini data yang digunakan adalah 18 perusahaan yang terpilih melalui teknik purposive sampling dengan kriteria (1) perusahaan yang sahamnya tercatat di dalam indeks LQ45selama periode 2007-2010 (2) Perusahaan yang secara konsisten bertahan selama periode 2007-2010.

Di dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data panel dengan menggunakan model regresi linier berganda model fixed effect (FEM) yang dinilai sesuai dengan penelitian ini karena model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu. Sebelum menganalisis data dilakukan uji terlebih dahulu dengan Uji Stasioneritas dan Uji Redundant Fixed Effects – Likelihood Ratio untuk mengetahui stasioneritas data dan untuk mengetahui apakah metode fixed effect sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 6.

Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan melalui uji f-statistik dan parsial melalui uji t-statistik variabel ROA, Plowback ratio, dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel PVGO pada tingkat kepercayaan 95%. Selain itu koefisien determinasi menunjukan variabel ROA, Plowback ratio, dan DER hanya mampu menjelaskan variabel PVGO sebesar 59,16%.

Kata Kunci: Present Value Growth of Opportunity (PVGO), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER).


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang, Saya ucapkan puji dan syukur sebesar-besarnya yang karena atas izin dan ridha-Nya saya masih diberi sebuah kesempatan untuk menyelesaikan tugas saya sebagai seorang penuntut ilmu dalam menulis sebuah skripsi. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana dari program strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Present Value of Growth Opportunity Saham yang Terdaftar Di Dalam Indeks LQ45”.

Proses penulisan skripsi ini tentunya tidak akan terlaksana tanpa ada dukungan baik secara moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah saya untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc., selaku Ketua Prodi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi USU.

3. Bapak Syarif Fauzie, SE, AK, MAK., selaku Dosen Pembimbing saya yang telah bersedia membimbing saya dalam proses penulisan skripsi.

4. Orang Tua tercinta yang telah memberikan segalanya demi kesuksesan saya. 5. Teman-teman yang bersedia membagikan ilmu yang sangat membantu dalam


(5)

6. Seluruh Staf dan pegawai khususnya di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Saya berharap, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan syafa’atNya atas segala sesuatu yang telahmereka berikan kepada saya.

Akhir kata saya menyadari penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan belum sepurna. Oleh karena itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun agar dikemudian hari penelitian ini menjadi lebih baik. Semoga kiranya penelititan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkanya.

Medan, Mei 2012 Penulis

Bayu Anugrah Wibisono


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Supply and Demand ... 11

2.1.2 Supply and Demand Saham Di Pasar Modal ... 12

2.1.3 Pasar Modal ... 14

2.1.4 Analisis Fundamental ... 16

2.1.5 Nilai Perusahaan ... 19

2.1.6 Penilaian Dengan Pendekatan Pendapatan ... 22

2.1.7 Penilaian Dengan Pendekatan Pasar ... 25

2.1.8 Penilaian Dengan Pendekatan Aset ... 26

2.1.9 Present Value of Growth Opportunity (PVGO) ... 28

2.1.9.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi PVGO ... 29

2.1.9.1.1 Return on Asset (ROA) ... 29


(7)

2.1.9.1.3 Debt to Equity Ratio (DER) ... 32

2.2 Penelitian Terdahulu ... 37

2.3 Kerangka Konseptual ... 41

2.3.1 Pengaruh ROA terhadap PVGO ... 41

2.3.2 Pengaruh Plowback ratio Terhadap PVGO ... 42

2.3.3 Pengaruh DER terhadap PVGO ... 43

4.4 Hipotesis ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.2 Populasi dan Sampel ... 46

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 48

3.4 Pengolahan Data ... 48

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 49

3.5.1 Variabel Dependen ... 49

3.5.2 Variabel Independen ... 49

3.6 Teknik Analisis Data ... 51

3.6.1 Metode dan Model Analisis ... 51

3.6.2 Model Regresi Data Panel ... 51

3.7 Uji Stasioneritas ... 53

3.8 Redundant Fixed Effect Test ... 54

3.9 Test Goodness of Fit ... 54

3.9.1 Koefisien Determinasi ... 54

3.9.2 Uji F-Statistik ... 54

3.9.3 Uji T-Statistik ... 55

4.0 Uji Asumsi Klasik ... 56

4.0.1 Multikolinieritas ... 57


(8)

4.0.3 Autokorelasi ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 60

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 60

4.2 Analisis Data ... 62

4.3 Analisis Deskriptif ... 62

4.4 Uji Stasioneritas ... 65

4.5 Redundant Fixed Effect Test ... 66

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ... 67

4.6.1 Pengaruh Return on Asset (ROA) Terhadap PVGO ... 68

4.6.2 Pengaruh Plowback Ratio Terhadap PVGO ... 68

4.6.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap PVGO ... 69

4.7 Test Goodness of Fit ... 69

4.7.1 Koefisien Determinasi ... 69

4.7.2 Uji F-Statistik ... 69

4.7.3 Uji T-Statistik ... 71

4.8 Uji Asumsi Klasik ... 76

4.8.1 Multikolinearitas ... 76

4.8.2 Heterokedastisitas... 76

4.8.3 Autokorelasi ... 76

4.9 Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... xi


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Laporan Keuangan 2007 – 2009 ... 4

2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 39

3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 47

4.1 Capital Asset Pricing Model (CAPM) ... 61

4.2 Analisis Deskriptif ... 63

4.3 Augmented Dickey Fuller ... 65

4.4 Redundant Fixed Effect ... 66

4.5 Koefisien Variabel ... 67


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kurva Keseimbangan Pasar ... 12

2.2 Diagram Skematis Kerangka Konseptual ... 44

4.1 Kurva Ekor Tunggal ... 71

4.2 Kurva Dua Arah ROA ... 72

4.3 Kurva Dua Arah Plowback Ratio ... 74

4.4 Kurva Dua Arah DER ... 75


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Data Penelitian ... xiv 2 Hasil Regresi ... xvi 3 Analisis Deskriptif ... xvii


(12)

ABSTRACT

The formulation of this research problems comprehen the facts that influences Present Value of Growth Opportunity (PVGO) at the companies that listed at LQ45 Index. The purpose of this research analyze what the influences of Return on Asset (ROA), Plowback Ratio, and Debt to Equity Ratio (DER) to PVGO. In this research data is used for 18 selected companies through the purposive sampling technique by the criterion (1) The Company whose stock listed in LQ45 Index at 2007 – 2008. (2) The Companies that the constantly survive at 2007 – 2010.

In this research that the analyze datas by using Ordinary Least Square models and Fixed Effect (FEM) which is assessed in this research, because this model has the intercept of the equation unconstantly or any differences for individually. Before analyzing the test data is done, firstly by stationarity test and test of redundant fixed effects-likelihood ratio to get the stationarity of data and get the data whether the fixed effect method is suitable for use in this study, further data processing is accomplished using the Eviews 6.

The result of this study is ROA, Plowback Ratio, and DER has a significant effection the variable PVGO at 95% confidence level in simultanously and partial. Beside the coefficient of getting the datas indicate the variable ROA, Plowback Ratio, and DERis only able to explain the variable PVGO of 59,16%. Keywords: Present Value of Growth Opportunity (PVGO), Return on Assets


(13)

ABSTRAK

Rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Present Value Growth of Opportunity (PVGO) pada perusahaan yang terdaftar di dalam Indeks LQ45. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA), Plowback Ratio, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap PVGO. Dalam peneltian ini data yang digunakan adalah 18 perusahaan yang terpilih melalui teknik purposive sampling dengan kriteria (1) perusahaan yang sahamnya tercatat di dalam indeks LQ45selama periode 2007-2010 (2) Perusahaan yang secara konsisten bertahan selama periode 2007-2010.

Di dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data panel dengan menggunakan model regresi linier berganda model fixed effect (FEM) yang dinilai sesuai dengan penelitian ini karena model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu. Sebelum menganalisis data dilakukan uji terlebih dahulu dengan Uji Stasioneritas dan Uji Redundant Fixed Effects – Likelihood Ratio untuk mengetahui stasioneritas data dan untuk mengetahui apakah metode fixed effect sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 6.

Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan melalui uji f-statistik dan parsial melalui uji t-statistik variabel ROA, Plowback ratio, dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel PVGO pada tingkat kepercayaan 95%. Selain itu koefisien determinasi menunjukan variabel ROA, Plowback ratio, dan DER hanya mampu menjelaskan variabel PVGO sebesar 59,16%.

Kata Kunci: Present Value Growth of Opportunity (PVGO), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER).


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang ini investasi telah menjadi kegiatan yang sangat penting bagi sektor permodalan. Berdasarkan teori pembelian (dan produksi) dari digunakan untuk produksi yang akan datang (http://id.wikipedia.org). Investasi dapat didefinisikan sebagai pengeluaran suatu jumlah dana dari investor atau pengusaha dalam membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit dimasa yang akan datang (Bangun 2005).

Investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset riil dan investasi pada aset keuangan. Investasi pada pasar modal termasuk dalam kegiatan investasi pada aset keuangan. Pasar modal merupakan tempat dimana perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya. Menurut Husnan (2003) Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Usman (1990:62), umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga yang bersifat


(15)

kepemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih lanjutnya dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan (http://jurnal-sdm.blogspot.com).

Dalam melakukan investasi di pasar modal diperlukan keahlian dan keterampilan khusus menganalisis kondisi pasar, sebab investasi di pasar modal memiliki resiko yang cukup tinggi. Bagi investor yang kurang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang transaksi pasar modal, dapat meminta bantuan pedagang efek (dealer), perantara pedagang efek (broker) atau perusahaan efek (securities company ) (Pakpahan, 2012) . Untuk itu investor harus dapat memahami saham mana yang memiliki nilai investasi yang baik, setidaknya keuntungan yang diberikan dapat mengcover return investasi bebas resiko dan menutupi resiko investasi.

Indeks LQ45 merupakan kumpulan dari emiten saham yang diseleksi berdasarkan tingkat transaksi setiap enam bulan sekali yaitu awal februari hingga awal agustus, oleh karena itu emiten yang termasuk dalam LQ45 biasanya menjadi saham favorit bagi investor karena diyakini saham yang terpilih dalam LQ45 merupakan saham yang memiliki kinerja perusahaan yang baik, namun demikian walau tergolong dalam indeks LQ45, investor tetap harus menganalisis nilai saham perusahaan yang akan dibeli. Hal ini dilakukan karena kondisi pasar terus berubah kedepannya tergantung pada kondisi ekonomi global. Selain itu resiko pasar juga berpengaruh terhadap perubahan harga saham.


(16)

Salah satu teknik analisis dalam penilaian saham yang dapat digunakan adalah analisis fundamental. Analisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (jogiyanto, 2003:89). Pada kenyataannya nilai pasar suatu saham berbeda dengan nilai intrinsik saham. Apabila nilai intrinsik suatu saham lebih besar dari harga pasar saham saat ini, artinya harga saham tersebut sangat rendah, maka kondisi ini disebut undervalued, sebaliknya apabila nilai intrinsik suatu saham lebih kecil dari nilai pasar saham saat ini, artinya harga saham tersebut terlalu tinggi, kondisi ini disebut overvalued (fakhruddin & hadianto, 2001:93). Nilai pasar suatu saham setelah IPO terbentuk berdasarkan hukum supply and demand, dimana ekuilibrium dari hukum pasar tersebut akan membentuk suatu harga pasar saham, namun tentunya ada beberapa alasan investor untuk membeli saham tersebut, beberapa alasan tersebut dapat berupa kondisi keuangan dari perusahaan, keuntungan yang diperoleh dimasa depan dan pertumbuhan laba dimasa lalu serta penilaian terhadap perusahaan.

Mardiana (2011), pernah meneliti nilai saham perdana PT.Bank DKI dengan metode Two Stage free Cash Flow To Equity dan Relative Valuation dengan melakukan perkiraan keuangan perusahaan 5 tahun kedepan. Dari proyeksi laporan keuangan tersebut didapat estimasi nilai perusahaan yang merupakan present value dari aliran kas bebas yang dihasilkan dimasa yang akan datang. Proyeksi dari aliran kas yang didiskontokan ini menciptakan suatu nilai perusahaan yang dapat meningkatkan harga saham di pasar modal.


(17)

Namun kenyataanya, beberapa perusahaan memiliki penurunan rasio imbal hasil atas modal (ROE) yang merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan laba mengalami penurunan, bahkan terjadi penurunan laba di periode berikutnya, sedangkan harga pasar saham mengalami peningkatan diperiode berikutnya. Hal ini menjelaskan ada faktor-faktor lain yang menyebabkan harga saham tersebut naik. Beberapa saham tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Laporan Keuangan 2007 – 2009

Sumber: Annual Report emiten LQ45 setelah diolah

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat gambaran umum proyeksi keuangan perusahaan secara acak emiten LQ45 pada periode 2007 – 2009. Dari data di atas kita dapat melihat ROE Astra Agro Lestari (AALI) pada 2008 sebesar 51% kemudian pada 2009 turun menjadi 26,7%, hal ini menggambarkan terjadi penurunan kemampuan imbal hasil atas modal Astra Agro Lestari, kemudian laba bersih yang diperoleh pada 2008 sebesar 2,6 triliun rupiah terjadi penurunan menjadi 2 triliun rupiah pada 2009. Namun jika kita lihat pada harga sahamnya justru terjadi sebaliknya dimana sebelumnya pada 2008 harga saham penutupan

2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009

AALI

48,6% 51% 26,7% 36,9% 40,4% 21,9% 35% 70% 35% 27,4% 22,2% 17,8% 1.973 2.631 2.016 28.000 9.800 22.750

ISAT

12,3% 10,8% 8,3% 4,5% 3,6% 2,7% 65% 46% 37,3% 99,8% 124,6% 141,1% 2.042 1.878 1.498 8.350 4.925 4.750

ASII

24%

28% 25% 10% 11% 11% 60% 61,7% 54,8% 62% 58% 44,7% 6.519 9.191 14.366 25.750 11.100 35.000

INDF

16% 13,1% 22,2% 4,3% 3% 5,2% 66% 77% 59% 2,6% 3,1% 2,5% 980,4 1.034,4 2.075,9 2.450 930 3.475

UNTR

28,9% 31,6% 30,6% 12,3% 14,8% 16,2% 60% 64% 60% 68% 44% 27% 1.493 2.660,7 3.817,5 10.800 4.600 15.850

PERUSAHAAN

ROE

ROA

PLOWBACK RATIO

DEBT EQUITY RATIO

LABA (miliar rupiah)

HARGA SAHAM


(18)

Astra Agro Lestari sebesar 9.800 rupiah, kemudian pada 2009 terjadi kenaikan signifikan yaitu menjadi 22.750 rupiah.

Hal serupa juga dapat dilihat pada saham Astra International (ASII) dimana pada 2008 ROE Astra International 28% kemudian mengalami penurunan menjadi 25% pada 2009, hal ini mengindikasikan kemampuan imbal hasil perusahaan juga mengalami penurunan dari periode sebelumnya, sedangkan harga saham penutupan pada 2009 mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu sebesar 11.100 rupiah pada 2008 menjadi 35.000 rupiah pada 2009. Begitu juga dengan beberapa saham lain seperti Indosat (ISAT), dan United Tractors (UNTR) yang rata-rata mengalami penurunan imbal hasil terhadap modal, namun mengalami peningkatan nilai sahamnya.

Sedangkan penurunan harga saham rata-rata pada 2008 lebih disebabkan oleh kondisi pasar global yang saat itu sedang tertekan, sehingga dampaknya juga terasa pada pasar modal di Asia, bahkan di Indonesia IHSG menurun tajam akibat berkembangnya sentimen negatif di pasar modal, sehingga terjadi kepanikan di kalangan investor yang menyebabkan nilai perusahaan yang memiliki fundamental bagus juga ikut turun nilai sahamnya.

Berdasarkan fenomena di atas terlihat bahwa kenaikan laba tidak selalu diikuti dengan kenaikan harga saham begitu begitu juga sebaliknya, hal ini dikarenakan harga saham mempunyai unsur PVGO. PVGO adalah suatu peluang pertumbuhan terhadap perusahaan yang diharapkan investor karena adanya manfaat ekonomis yang akan diterima investor di masa mendatang akibat dari kepemilikan suatu perusahaan.


(19)

Pada umumnya PVGO dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, beberapa diantaranya diduga Return on Assets (ROA). ROA adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap aset keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, maka semakin besar pula tingkat keuntungan perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya ROA salah satu emiten LQ45 PT. Astra Agro Lestari (AALI), dimana pada tahun 2007 tingkat ROA sebesar 36,9% sedangkan tingkat laba pada 2007 adalah 1,9 triliun rupiah, kemudian pada tahun 2008 tingkat ROA meningkat menjadi 40,4% sedangkan tingkat laba pada 2008 juga meningkat menjadi 2,6 triliun rupiah. Tingkat ROA yang semakin besar diprediksi dapat menghasilkan laba yang besar di masa depan sehingga diyakini dapat mempengaruhi PVGO.

Di dalam penelitian ini diduga PVGO juga dipengaruhi oleh Plowback Ratio. Plowback Ratio adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar laba ditahan perusahaan. Plowback Ratio menggambarkan besarnya rasio terhadap laba perusahaan yang ditahan untuk dapat digunakan dalam penginvetasian kembali. Besarnya laba ditahan ini biasanya digunakan oleh manajemen perusahaan untuk diinvestasikan kembali kedalam bisnis berupa expansi atau perluasan usaha. Beberapa kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan, dalam kasus plowback ratio dapat meningkatkan nilai perusahaan investor tidak menyukai return dalam bentuk pembayaran dividen karena penetapan pajak penghasilan terhadap dividen merugikan investor.


(20)

Investor jangka panjang biasanya rela untuk memotong dividennya saat ini untuk diinvestasikan kembali kedalam bisnis dengan harapan laba yang diperoleh dimasa mendatang lebih besar lagi. Hal ini dapat kita lihat pada besarnya tingkat Plowbackratio pada salah satu emiten LQ45 PT. United Tractors (UNTR) dimana pada tahun 2007 tingkat Plowback Ratio sebesar 60% sedangkan besarnya laba pada 2007 adalah 1,4 triliun rupiah, kemudian pada 2008 ketika tingkat Plowback Ratio dinaikan menjadi 64% besarnya laba pada 2008 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,6 trilun rupiah. Sedangkan pada kondisi plowback ratio dapat mengurangi nilai perusahaan dikarenakan investor memerlukan dividen sebagai salah satu sumber pendapatannya, walaupun investor dapat menjual sebagian kecil sahamnya untuk sumber pendapatan investor merasa rugi akibat dari biaya transaksi yang cukup besar. Selain itu pada kondisi ideal kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, hal ini diungkapkan dalam proposisi MM miller dan modigliani yaitu ketidakrelevanan dividen. Dengan demikian Plowback Ratio (kebijakan dividen) dapat menciptakan nilai perusahaan dan diyakini dapat mempengaruhi PVGO.

Selain itu, di dalam penelitian ini diduga beberapa faktor lain yang mempengaruhi PVGO adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan menutupi sebagian atau seluruh hutangnya dengan modal sendiri. Semakin kecil DER suatu perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan modal sendiri. Menurut teori MM (Miller dan Modigliani) tanpa pajak bahwa penggunaan hutang tidak mempengaruhi nilai perusahaan, sehingga nilai


(21)

perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak berhutang, kemudian teori ini tidak realistis dan MM memasukan unsur pajak dalam teorinya. Pada teori dengan pajak MM menyimpulkan bahwa nilai perusahaan tidak berhutang sama dengan perusahaan yang berhutang, namun bunga hutang dapat menghemat pajak. Maka kesimpulan dari teori ini adalah semakin besar penggunaan hutang terhadap perusahaan maka akan semakin meningkat pula nilai perusahaan tersebut. Kenyataannya semakin banyak hutang perusahaan maka semakin besar pula resiko kebangkrutannya. Menurut Myers (2001) penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan hingga titik tertentu, setelah melewati titik tersebut, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena peningkatan keuntungan dari utang tidak sebanding dengan biaya financial distress dan agency cost.

Pengendalian hutang dalam meningkatkan nilai perusahaan dapat dilihat melalui besarnya DER salah satu emiten LQ45 PT. Astra International (ASII) dimana pada tahun 2007 tingkat DER sebesar 62% sedangkan laba yang dihasilkan pada tahun 2007 adalah sebesar 6,5 triliun rupiah, kemudian pada tahun 2008 tingkat DER menurun menjadi 44% sementara laba yang diperoleh pada tahun 2008 meningkat menjadi 9,1 triliun rupiah. Maka pengendalian tingkat DER yang baik dapat menciptakan nilai perusahaan sehingga DER diyakini dapat mempengaruhi PVGO.

Dengan demikian nilai pasar suatu saham dapat meningkat secara terus menerus meskipun dividen yang diterima hanya sedikit atau laba menurun, hal ini karena adanya harapan investor terhadap pertumbuhan perusahaan yang dapat


(22)

menciptakan nilai perusahaan pada masa yang akan datang dengan indikator present value of growth opportunity sehingga memberi pengaruh terhadap supply and demand yang membentuk harga pasar.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi PVGO tersebut sehingga menjadi alasan investor untuk menanamkan modalnya pada saham tertentu, sehingga penulis tertarik untuk meneliti “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Present Value of Growth Opportunity saham yang terdaftar di indeks LQ45”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah konteks dari penelitian, alasan mengapa penelititan diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian (Evans 1997 dalam Kuncoro 2009: 39). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Present Value of Growth Opportunity (PVGO) Indeks LQ45 ?.

2. Bagaimana Pengaruh Plowback Ratio terhadap Present Value of Growth Opportunity (PVGO) Indeks LQ45 ?.

3. Bagaimana Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Present Value of Growth Opportunity (PVGO) Indeks LQ45 ?.


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Present Value of Growth Opportunity (PVGO) Indeks LQ45.

2. Pengaruh Plowback Ratio terhadap Present Value of Growth Opportunity (PVGO) Indeks LQ45.

3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Present Value of Growth Opportunity (PVGO) Indeks LQ45.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Investor, terutama investasi jangka panjang, diharapkan penelitian ini menjadi sebuah pertimbangan dalam melakukan analisis secara fundamental untuk memilih saham yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa mendatang.

2. Bagi Perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek, diharapkan penelitian ini menjadi acuan di dalam mengelola perusahaan yang memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai pemegang saham.

3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini menjadi acuan bagi penelitian yang berkaitan dengan analisis fundamental saham.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1. Supply and Demand

Di dalam melakukan kegiatan ekonomi, manusia harus berinteraksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia hidup dengan manusia lain yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Terkadang seseorang nelayan memerlukan beras hari ini karena dia hanya mampu mencari ikan, bukan menanam padi. Di sisi lain seorang petani memerlukan ikan sebagai menu lauk pauk hari ini, karena dia hanya mampu menanam padi di sawah. Di masa ekonomi tradisional, orang-orang saling bertukar kebutuhan dengan cara barter (saling menukar barang). Di dalam hal ini seseorang yang memiliki kelebihan barang untuk ditawarkan disebut supplier sedangkan seseorang yang memerlukan barang tersebut adalah demander. Tempat proses terjadinya interaksi ini disebut pasar, yaitu tempat dimana orang yang memiliki kelebihan barang (supplier) bertemu dengan orang yang memerlukan barang (demander) untuk melakukan transaksi atas harga yang telah disepakati.

Pada kurva permintaan dan penawaran (supply and demand), garis permintaan dan penawaran akan bertemu pada suatu titik. Titik ini disebut titik keseimbangan harga (equilibrium). Apabila jumlah penawaran lebih besar dari pada jumlah permintaan, maka harga akan turun. Begitu pula sebaliknya, apabila jumlah permintaan lebih besar dari pada jumlah barang yang ditawarkan maka


(25)

harga akan naik. Hal ini disebut mekanisme pasar. Pada kondisi kelebihan jumlah barang yang ditawarkan biasanya pedagang menurunkan harganya, sedangkan pada keadaan kelebihan jumlah permintaan pedagang cenderung untuk menaikan harga dengan motif mencari keuntungan. Kondisi ini tidak hanya ditemukan pada pasar barang, namun juga dapat terjadi di pasar modal. Kurva permintaan dan penawaran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Kurva Keseimbangan Pasar

2.1.2 Supply and Demand Saham di Pasar Modal

Sama halnya seperti penjelasan di atas, investor merupakan pihak yang memiliki kelebihan dana. Investor ingin melakukan investasi agar dana yang dimiliki investor dapat menghasilkan keuntungan atas investasinya. Maka investor ingin membeli saham suatu perusahaan (demander). Di sisi lain perusahaan memiliki masalah liquiditas untuk memperluas usahanya. Maka perusahaan ingin


(26)

menerbitkan beberapa lembar saham perusahaannya untuk memperoleh dana segar yang dapat digunakan untuk ekspansi (supplier). Dalam situasi ini investor dan pemilik perusahaan bertemu di pasar modal untuk melakukan transaksi saham.

Pada pasar modal, komoditas yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga termasuk saham. Pada pasar modal garis penawaran menggambarkan jumlah saham yang ditawarkan kepada investor, sedangkan garis permintaan menggambarkan jumlah permintaan terhadap saham tertentu. Sedangkan harga saham terbentuk akibat dari bertemunya garis penawaran dan garis permintaan di pasar modal. Pada saat permintaan akan saham meningkat maka harga saham akan naik, sedangkan ketika terjadi kelebihan jumlah saham yang ditawarkan maka nilai saham akan turun. Pasar modal sering juga dijadikan sebagai tempat untuk berspekulasi, biasanya investor membeli saham perusahaan tertentu pada saat harga murah, kemudian melakukan penjualan saham pada saat harga naik untuk melakukan profit taking. Hal ini dinamakan short seller, pada kondisi ini biasanya investor tidak memperhitungkan nilai perusahaan karena biasanya saham yang dipegang tidak sampai setahun.

Pada dasarnya mekanisme pasar di dalam pasar modal diartikan bahwa harga bergerak bebas sesuai hukum permintaan dan penawaran (supply and demand). Jika penawaran lebih besar daripada permintaan, maka harga akan menurun. Sedangkan ketika jumlah permintaan saham lebih tinggi sementara penawaran terbatas, maka harga akan mengalami peningkatan.


(27)

Hukum pasar tersebut secara teori begitu kuat. Tetapi pada kenyataanya kita tidak tahu apakah harga yang terbentuk secara wajar sesuai dengan mekanisme pasar yang terjadi saat itu, bebas dari intervensi kelompok tertentu atau kekuatan-kekuatan yang dapat mempengaruhi pasar seperti kartel dan sebagainya.

2.1.3 Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Pasar modal adalah tempat dimana instrumen keuangan diperjualbelikan seperti, saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan seperti opsi (put atau call).

Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 memberikan pengertian lebih spesifik tentang Pasar Modal yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”(UU/ No.8/1995 dalam Fakhruddin dan Hadianto, 2001).

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian. Bagi negara-negara penganut sistem ekonomi pasar bebas, pasar modal menjadi salah satu sarana yang sangat penting, sebab pasar modal menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan. Perusahaan itu sendiri akan menciptakan output yang berjasa dalam meningkatkan gross domestic product (GDP). Sehingga dapat disimpulkan


(28)

perkembangan pasar modal akan mendorong kemajuan ekonomi suatu negara (Sawidji, 2009).

Pasar modal juga dapat berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal, maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatf investasi yang memberikan return yang paling optimal (Tandelilin, 2001:13).

Namun demikian, jika tidak waspada, pasar modal justru akan mengakibatkan kehancuran bagi perekonomian. Melihat kasus-kasus yang terjadi di pasar modal dua dekade belakangan, tampaknya telah terlahir paradigma baru (sawidji, 2002). Pasar modal dalam hal ini bukan dimanfaatkan sebagai tempat untuk menghimpun modal, tetapi dijadikan tempat untuk menghimpun uang bagi pemilik perusahaan, dengan melakukan praktik-praktik tidak terpuji. Hal yang terjadi belakangan adalah krisis ekonomi dunia tahun 2009, krisis ini dipicu oleh krisis pasar keuangan di Amerika Serikat. Menurut Sawidji (2009) “Pemicu bangkrutnya perusahaan-perusahaan pialang terbesar di dunia, seperti Lehman Brothers, Merill Lynch, Goldman Sach, dan yang lainnya telah melakukan malpraktik Investasi”.


(29)

2.1.4 Analisis Fundamental

Dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan, yaitu aspek fundamental dan aspek teknikal. Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor tersebut di antaranya (Fakhruddin dan Hadianto, 2001) :

1. Penjualan

2. Pertumbuhan penjualan 3. Kebijakan dividen

4. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 5. Manajemen

6. Kinerja

7. “Statement” yang dikeluarkan emiten dan sebagainya.

Menurut Tandelilin (2001), dalam melakukan analisis secara fundamental, analisis bisa dilakukan secara “top-down” untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan investor.


(30)

2.1.4.1 Analisis Ekonomi dan Pasar Modal

Analisis ekonomi adalah salah satu dari tiga analisis yang perlu dilakukan investor dalam penentuan investasinya. Analisis Ekonomi perlu dilakukan karena kecendrungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang diisyaratkan atas investasi tersebut, dan kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro (Tandelilin, 2001). Sedangkan untuk melakukan analisis ekonomi diperlukan beberapa tahapan analisis, yaitu (Fakhruddin dan Hadianto, 2001):

a. Memperkirakan perubahan di dalam perekonomian.

b. Penggunaan indikator moneter untuk memperkirakan kondisi pasar. c. Kondisi ekonomi dan kondisi pasar.

d. Penggunaan model-model valuasi untuk memperkirakan kondisi pasar.

2.1.4.2 Analisis Industri

Menurut Tandelilin (2001), dalam analisis industri, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Setelah melakukan analisis industri, investor nantinya akan dapat menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan


(31)

saham-saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukan dalam portofolio yang akan dibentuknya. Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan analisis industri adalah (Fakhruddin dan Hadianto, (2001):

a. Arti dan kinerja industri. b. Menganalisis industri. c. Siklus kehidupan industri. d. Analisis siklus bisnis.

e. Aspek kualitatif dalam analisis industri.

f. Menilai prospek industri di masa yang akan datang.

2.1.4.3 Analisis Perusahaan

Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka pikirnya pada dua komponen utama dalam analisis fundamental yaitu: earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) perusahaan. Ada tiga alasan yang mendasari penggunaan dua komponen tersebut. Pertama, karena pada dasarnya kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan nilai intrinsik saham perusahaan. Dalam kaitan tersebut, nilai intrinsik suatu saham bisa dihitung dengan mengalikan kedua komponen tersebut. Selanjutnya, nilai intrinsik saham yang telah dihitung tersebut, jika dibandingkan dengan harga pasar saham bersangkutan, akan berguna untuk menentukan keputusan membeli atau menjual saham. Kedua, dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga, adanya hubungan antara perubahan earning price dengan


(32)

perubahan saham. Beberapa penelitian empiris telah membuktikan adanya hubungan tersebut (Elton dan Grauber, 1995 dalam Tandelilin, 2001). Sedangkan menurut Fakhruddin dan hadianto (2001), beberapa tahapan dalam menganalisis perusahaan adalah:

a. Memahami laba yang diperoleh perusahaan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba. c. Penggunaan PER (Price Earning Ratio). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi PER.

e. Analisis dengan menggunakan faktor-faktor yang dipandang relevan mempengaruhi harga saham.

2.1.5 Nilai Perusahaan

Berdasarkan teori yang berlaku secara umum, besarnya nilai perusahaan biasanya bergantung pada keuntungan yang mampu dihasilkan suatu perusahaan di masa mendatang, serta memberikan keuntungan bagi pemilik perusahaan tersebut. Nilai dari suatu perusahaan tergantung dari perhitungan keuntungan yang akan diperoleh di masa mendatang, dan keuntungan tersebut didiskontokan menjadi suatu nilai sekarang. Maka pendekatan dalam penilaian suatu perusahaan adalah dengan cara memproyeksikan beberapa keuntungan yang akan datang dari suatu kepemilikan perusahaan. Kemudian keuntungan yang akan datang diestimasi menjadi suatu nilai sekarang dengan mendiskontokannya berdasarkan nilai waktu dan berdasarkan nilai waktu atas uang dengan mempertimbangkan unsur inflasi serta resiko yang timbul atas kepemilikan tersebut.


(33)

2.1.5.1 Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Nilai

Ada beberapa faktor internal yang merupakan fungsi dari suatu kinerja perusahaan itu sendiri serta beberapa faktor eksternal yang merupakan fungsi dari kondisi lingkungan dimana perusahaan tersebut didirikan. Keuntungan keuangan yang diperoleh atas kepemilikan suatu perusahaan dapat berasal dari berbagai sumber seperti berikut (Prawoto, 2004):

a) Pendapatan atau arus kas yang berasal dari operasi atau non operasi seperti investasi, bunga ataupun dividen.

b) Pendapatan dari penjualan aset.

c) Pendapatan dari penjualan kepentingan atas kepemilikan perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, suatu penilaian perusahaan yang dilakukan dari sudut keuangan harus memfokuskan kepada penghitungan kinerja perusahaan dalam kemampuan menghasilkan keuntungan atau manfaat kepada pemilik perusahaan tersebut, atau merupakan suatu kombinasi dari keuntungan dan manfaat yang diperoleh.

2.1.5.2 Pengaruh Resiko Terhadap Nilai

Penilaian suatu perusahaan harus memperhitungkan tingkat ekspektasi pengembalian pemilik perusahaan dari dua aspek, yaitu besarnya tingkat ekspektasi pengembalian serta resiko yang timbul yang dapat menyebabkan ekspektaksi pengembalian tersebut terwujud atau tidak. Dalam hal ini resiko dartikan sebagai suatu kepastian atau ketidakpastian atas perwujudan tingkat pengembalian yang diharapkan.


(34)

Pada suatu ekspektasi terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan di masa mendatang, harga pasar saham lebih tinggi apabila resiko atas saham tersebut kecil, sedangkan untuk saham dengan resiko yang besar maka harga pasarnya akan rendah. Dengan kata lain, pada suatu tingkat ekspektasi pendapatan di masa yang akan datang, maka semakin kecil resiko dari suatu perusahaan maka akan semakin tinggi nilai sekarang perusahaan tersebut, sebaliknya apabila resiko akan perusahaan semakin tinggi maka nilai sekarangnya akan semakin rendah.

2.1.5.3 Value Drivers

Value Drivers merupakan suatu istilah yang digunakan untuk faktor internal perusahaan yang menyebabkan bertambahnya nilai saham atau perusahaan sehingga true economic income capacity dari suatu perusahaan dapat diperoleh dan agar terhindar dari terjadinya kesalahan terhadap presentasi nilai.

Darmodaran dalam Prawoto (2004) menyatakan adanya tiga faktor utama yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan, yaitu keputusan investasi, keputusan keuangan dan keputusan pembayaran dividen. Sedangkan menurut Helfert dan EA dalam Prawoto (2004) menyatakan bahwa manajemen perusahaan harus dapat menciptakan nilai pemegang saham (shareholder value) melalui tiga macam keputusan:

1) Keputusan investasi baik melalui modal kerja maupun pengeluaran kapital yang bersama-sama dengan keputusan operasional melalui penetapan biaya/ harga atau volume produksi serta efektifitas biaya akan menentukan arus kas bersih (free cash flow/ FCF) baik di masa sekarang maupun akan datang


(35)

beserta tingkat diskontonya. Dari dua macam keputusan inilah akan dihasilkan shareholder value yang akan dialokasikan menjadi dividen untuk pemegang saham perusahaan atapun capital gain bagi investor saham di pasar modal.

2) Keputusan pembiayaan (financing) untuk menentukan apakah investasi harus dibiayai dengan ekuitas saja atau juga dengan utang dan menentukan tingkat leverage-nya. Biaya kapital ini akan kontribusi dalam penciptaan shareholder value melalui keputusan investasi yang dijalankan manajemen perusahaan dengan persetujuan pemegang saham.

2.1.6 Penilaian Dengan Pendekatan Pendapatan

Di dalam melakukan penilaian perusahaan dengan menggunakan pendekatan pendapatan, dilakukan berdasarkan prinsip antisipasi dengan konsep dasar penilaian finansial. Dimana nilai suatu perusahaan yang diperoleh merupakan suatu keuntungan yang akan didapat di masa mendatang

Proses penilaian suatu perusahaan dengan pendekatan pendapatan memerlukan suatu estimasi yang berkaitan dengan arus tingkat pendapatan yang diharapkan dan tingkat pengembalian atas investasi yang dipersyaratkan. Nilai dari investasi atau perusahaan merupakan nilai sekarang dari pendapatan yang akan diperoleh di masa mendatang.

Penilaian dengan pendekatan pendapatan dapat dibedakan ke dalam dua metode, yaitu metode diskonto (Discounted Cash Flow Method) dan metode kapitalisasi langsung (Direct Capitalization Method). Dalam metode diskonto,


(36)

dilakukan proyeksi terhadap semua pendapatan yang diharapkan di masa mendatang seperti laba bersih atau bentuk pendapatan lain dan mendiskontokan setiap keuntungan yang diharapkan tersebut kedalam nilai sekarang dengan suatu tingkat diskonto atau mengalikannya dengan discount factor yang mencerminkan biaya kapital jenis investasi tersebut. Estimasi nilai adalah jumlah keseluruhan dari nilai sekarang tersebut. Formula dasar yang digunakan dalam metode Discounted Cash Flow adalah:

Di mana:

PV = present value

Ei = pendapatan ekonomis yang diharapkan pada periode i

k = tingkat diskonto/ biaya kapital

i = periode di masa yang akan datang di mana pendapatan ekonomis yang prospektif akan diterima.

Sedangkan penilaian dengan pendekatan pendapatan dalam metode kapitalisasi langsung membagi suatu manfaat ekonomis tunggal perusahaan baik secara historis ataupun secara proyeksi seperti laba bersih atau bentuk pendapatan lain yang menggambarkan kemampuan investasi dalam menghasilkan pendapatan di masa mendatang dengan suatu tingkat kapitalisasi yang menggambarkan tingkat diskonto pendapatan tersebut dikurangi tingkat pertumbuhan jangka panjang variabel tersebut bila masih ada pertumbuhan. Formula dasar yang

PV =

Ei

(1+�)�

� �=1


(37)

Di mana:

PV = Present value

E = Pendapatan ekonomis yang diharapkan (konstan) c = Tingkat kapitalisasi

Beda tingkat diskonto dengan tingkat kapitalisasi langsung adalah bahwa tingkat diskonto adalah biaya modal yang diterapkan atas semua pendapatan yang prospektif sedang tingkat kapitalisasi langsung adalah metode yang lebih komprehensif di mana suatu tingkat kapitalisasi hanya mengubah satu/sebuah arus pendapatan tunggal menjadi nilai sekarang.

2.1.6.1 Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Model CAPM merupakan bagian dari teori ekonomi yang dikenal sebagai capital market theory (CMT). CMT merupakan teori sekuritas dan teori portofolioyang biasa digunakan investor untuk memilih saham biasa menjadi suatu portofolio berdasarkan asumsi yang digunakan. Sedangkan CAPM merupakan model yang dikembangkan berdasarkan analisis transaksi minoritas pada pasar sekuritas publik yang tingkat pemasarannya sangat tinggi. CAPM relevan dengan penilaian usaha karena bisnis dan kepentingan bisnis merupakan bagian dari kesempatan investasi yang tersedia di dalam pasar modal. CAPM juga menjelaskan hubungan timbal-balik pasar yang akan terjadi apabila mengikuti

PV =


(38)

Di mana:

E () = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari individu sekuritas

ƒ = Tingkat pengembalian pada sekuritas bebas resiko pada tanggal penilaian.

� = Beta individual sekuritas, dimana beta mengukur risiko sistematik, yaitu kepekaan tingkat pengembalian di atas tingkat pengembalian bebas resiko bagi sekuritas yang dihitung, dalam kaitan ini yaitu sekuritas i. (R) = Premi ekuitas resiko pasar secara keseluruhan atau berdasarkan definisi

adalah sekuritas dengan beta = 1. Resiko ini merupakan premi resiko pasar yang di observasi.

2.1.7 Penilaian Dengan Pendekatan Pasar

Penilaian dengan pendekatan pasar adalah pendekatan dengan menggunakan data transaksi riil di bursa efek yang menyediakan bukti empiris mengenai nilai. Pada pendekatan pasar, maka nilai perusahaan ditentukan berdasarkan atas transaksi yang pernah dilakukan oleh perusahaan yang sejenis. Pendekatan pasar ini didasarkan atas prinsip substitusi dan asumsi bahwa transaksi yang bersifat arm’s length dari perusahaan yang sepadan dan sebanding yang dapat menyajikan bukti empiris yang kuat tentang nilai pasar dari perusahaan tersebut. Penilaian dengan pendekatan pasar dapat dibagi ke dalam tiga metode (Prawoto, 2004):


(39)

a) Metode guideline publicly traded company, suatu metode yang menghubungkan multipel nilai pasar saham perusahaan publik dengan variabel keuangan fundamental perusahaan yang dinilai seperti multipel price/earning misalnya. Diaplikasikan key valuation measures atau market multiple perusahaan publik seperti P/E kepada variabel keuangan fundamental perusahaan yang dinilai.

b) Metode guideline merger and acquisition, yaitu metode yang menghubungkan multipl nilai dari penjualan seluruh saham atau kepentingan pengendali (pemegang saham mayoritas yang mengendalikan perusahaan) dengan variabel financial fundamental perusahaan yang dinilai seperti multipel price/earning. Di sini diaplikasikan multipel transaksi saham pengendali dengan variabel keuangan fundamental perusahaan yang dinilai. c) Metode prior transaction, offers and buy-sell agreements, yaitu suatu metode

untuk mendapatkan estimasi nilai penyertaan/kepentingan pada suatu perusahaan berdasarkan kepada data yang ada saat itu bagi perusahaan yang dinilai.Dilakukan estimasi nilai berdasarkan transaksi, penawaran sebelumnya, ataupun kesepakatan mengenai pengalihan kepemilikan perusahaan yang dinilai.

2.1.8Penilaian Dengan Menggunakan Pendekatan Aset

Penilaian suatu perusahaan dengan pendekatan aset merupakan suatu revaluasi atas semua kekayaan dan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan untuk mendapatkan nilai aset bersih perusahaan tersebut. Dalam penilaian dengan


(40)

pendekatan aset dilakukan penilaian ulang atas semua aset dan kekayaan yang dimiliki, kemudian dikurangi terhadap kewajiban untuk mendapatkan nilai wajar atas perusahaan.

Penilaian ini dilakukan biasanya dikarenakan pemilik saham minoritas tidak memiliki wewenang atas perusahaan, sehingga untuk mendapatkan estimasi atas nilai saham pengendali dilakukan penilaian ini. Pemegang saham minoritas tidak mempunyai klaim langsung atas kekayaan perusahaan dan tidak dapat memaksakan penggunaannya. Jika digunakan untuk menilai saham minoritas maka diaplikasikan diskon, baik untuk lack of control maupun lack of marketability. Selain nilai pasar wajar, dapat juga diperoleh nilai standar yang lain dengan penerapan diskon ataupun premi yang sesuai. Ada dua macam metode penilaian yang dikenal luas, yaitu (Prawoto, 2004):

a) Adjusted Net Assets Method (ANAM, NAV): Metode ini adalah melakukan revaluasi atas semua aset berwujud dan tidak berwujud serta kewajiban (termasuk yang off balance sheet, intangibles dan contingencies) ke dalam nilai pasar wajar (fair market value) dan menghitung nilai aset neto yang disesuaikan. Nilai kekayaan neto yang telah disesuaikan dikurangi dengan nilai kewajiban adalah merupakan indikasi nilai ekuitas. ANAM biasanya diaplikasikan pada trouble companies, holding company atau nonoperating company serta perusahaan yang mayoritas asetnya berupa aktiva tetap (fixed assets).

b) Excess Earning Method (EEM): Metode penilaian melalui revaluasi secara kolektif semua intangibles assets sebagai suatu kesatuan “goodwill” yang


(41)

menurut Big Pot Theory of Goodwill disebut sebagai going concern value, dengan cara mengkapitalisasi seluruh pengembalian yang melebihi dan diatas tingkat pengembalian yang wajar suatu kekayaan, dan menambahkan nilai tangibles assets. Nilai ekuitas adalah nilai aktiva tetap bersih (Net tangibles asset value, NTAV), yaitu nilai revaluasi aktiva tetap dikurangi dengan nilai kewajiban ditambah dengan nilai revaluasi Aktiva Tak Berwujud (ATB) atau going concern value (GCV).

2.1.9 Present Value of Growth Opportunity (PVGO)

Present Value of Growth Opportunity (PVGO) merupakan suatu konsep yang pertama kali dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1961) dalam Richard A. Wall (2007). PVGO adalah suatu nilai pertumbuhan yang diharapkan investor karena adanya penginvestasian kembali laba yang diterima pada periode tertentu untuk meningkatkan laba yang lebih besar dari tingkat return yang diharapkan investor di masa mendatang. Nilai suatu perusahaan dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu nilai aset di tempat saat ini ditambah dengan nilai proyek yang menghasilkan pertumbuhan di masa depan. Sehingga pertumbuhan di masa depan akan dihitung menjadi nilai sekarang apabila proyek yang dikerjakan di masa depan akan menghasilkan laba. Maka apabila proyek yang dikerjakan di masa depan tidak menghasilkan laba, nilai saham tersebut hanya merupakan rasio laba terhadap modal saja (Richard A. Wall, 2007).

Konsep ini secara umum diterima oleh literatur penilaian saham, namun belum mendapatkan popularitas dan jarang sekali digunakan oleh kalangan


(42)

investor profesional. Tetapi, dengan pengukuran yang tepat, PVGO dapat menjadi alat yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi yang baik dan penelitian akademis yang bertujuan untuk mengevaluasi secara fundamental yang mendasari penciptaan nilai (Richard A. Wall, 2007). Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan PVGO adalah Chung dan Charoenwong (1991), mereka menemukan hubungan positif antara resiko dengan PVGO. Selain itu, pengukuran PVGO juga sangat penting dalam perhitungan nilai model pertumbuhan seperti yang dinyatakan oleh O’brien (2003), Danielson (1998), serta Liebowitz (1998) dalam Richard A. Wall (2007) “PVGO measurement is critical to estimation of the key parameters of multistage and finite growth valuation models, and models that incorporate decay of profit to a competitive norm”. Mereka berpendapat bahwa pengukuran PVGO sangat penting dalam penilaian dari parameter kunci yang bertingkat-tingkat, dan membatasi model penilaian yang menggabungkan keuntungan yang telah berkurang menjadi sebuah norma yang bersaing.

2.1.9.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi PVGO 2.1.9.1.1 Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap aset keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, maka semakin besar pula tingkat keuntungan perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Menurut Riyadi dalam


(43)

Nurmalasari, (2009), Return on assets adalah perbandingan antara keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak (EBIT = Earning before interest and taxes) dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan, dengan menggunakan data yang ada pada Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada perusahaan tersebut. Rumus untuk mencari ROA adalah:

Tingkat ROA yang tinggi menggambarkan bahwa suatu perusahaan dapat mengelola asetnya dengan baik untuk menghasilkan laba, sehingga ROA dapat menjadi indikator pertumbuhan perusahaan dalam menghasilkan laba. Investor melihat ini sebagai salah satu syarat yang baik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba dinilai merupakan suatu bentuk kinerja manajemen perusahaan yang baik dan kompeten untuk mengelola modal investor.

2.1.9.1.2 Plowback Ratio

Plowback Ratio adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar laba ditahan perusahaan. Laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Besarnya laba ditahan biasanya ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Laba ditahan dimaksudkan untuk diinvestasikan kembali kedalam perusahaan dalam bentuk bisnis baru atau

ROA =

���������ℎ


(44)

perluasan usaha. Beberapa perusahaan membayar sedikit kas (dividen) karena manajemen optimis tentang masa depan perusahaan dan berharap dapat menahan laba untuk ekspansi.

Terdapat beberapa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, pertama adalah dimana dividen dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini investor menginginkan pembayaran dividen yang tinggi, para investor menganggap dividen merupakan salah satu sumber pendapatan yang mereka butuhkan untuk keperluan sehari-hari. Pada dasarnya uang tunai bisa saja diperoleh investor dengan menjual sebagian kecil saham mereka sewaktu waktu, tetapi hal itu merugikan investor karena akan menimbulkan biaya transaksi yang besar. Dalam hal ini dividen dapat meningkatkan nilai perusahaan, atau sebaliknya plowback ratio dapat mengurangi nilai perusahaan.

Kedua, dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam kasus ini perusahaan membayarkan dividen kepada investor dengan menerbitkan saham baru, bukan dari cadangan kas yang tersedia, sehingga nilai perusahaan tetap sama. Pada saat perusahaan menerbitkan saham baru maka nilai saham akan berkurang sebesar nilai saham yang diterbitkan, sebab jumlah saham bertambah sedangkan dana yang diperoleh dipergunakan bukan untuk diinvestasikan kembali. Sehingga jumlah dividen yang diterima oleh investor lama hanya menutupi kerugian nilai saham yang mereka pegang akibat penerbitan saham baru. Hal ini menurut Miller dan Modigliani (1961) dalam Brealey dan Myers (2007) bahwa dalam kondisi ideal, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Dalam hal ini kebijakan pembayaran adalah trade-off antara


(45)

dividen tunai dan penerbitan atau pembelian kembali saham biasa. Dalam pasar modal yang sempurna, keputusan pembayaran tidak akan berdampak pada nilai perusahaan. Kesimpulan ini dikenal sebagai proposisi ketidakrelevanan dividen MM. Sehingga Dividen atau plowback ratio tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Ketiga, adalah dividen bisa mengurangi nilai perusahaan. Perusahaan memiliki opsi untuk memberikan return melalui dua cara, yaitu melalui mengubah dividen menjadi keuntungan modal (capital gain) atau dengan melakukan pebayaran dividen. Namun dalam kebijakan pembayaran dividen dikenakan pajak lebih besar oleh pemerintah daripada capital gain. Di Amerika Serikat kasus penetapan pajak atas dividen yang paling signifikan pernah terjadi pada era sebelum 1986. Pada saat itu tingkat pajak atas dividen adalah 50 persen, sementara capital gain yang terealisasi dikenai pajak 20 persen. Selain itu pajak dividen harus segera dibayar, sedangkan pajak atas capital gain dapat ditunda sampai saham terjual dan keuntungan direalisasikan. Hal ini menyebabkan investor lebih tertarik untuk membeli saham perusahaan dengan tingkat dividen yang rendah namun menawarkan capital gain. Sedangkan perusahaan yang menawarkan dividen yang lebih tinggi harus menjual sahamnya dengan harga yang lebih rendah untuk menarik minat investor dan menutupi kerugian investor atas pajak yang dikenakan terhadap dividen. Sehingga dalam hal ini dividen dapat mengurangi nilai perusahaan atau plowback ratio dapat meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mencari Plowback Ratio dapat digunakan rumus:


(46)

2.1.9.1.3 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan suatu rasio kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan modal sendiri. Semakin kecil tingkat DER suatu perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutup hutang dengan modal sendiri dan semakin baik buat perusahaan. Untuk mencari tingkat DER dapat menggunakan rumus:

DER erat kaitanya dengan struktur modal dimana struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari utang jangka pendek yang bersifat permanen dan utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham biasa dan saham preferen. Ada beberapa teori yang membahas tentang penggunaan utang dalam meningkatkan nilai perusahaan, beberapa teori tersebut adalah

2.1.9.1.3.1 Modigliani-Miller (MM) Theory 1 ). Teori MM tanpa pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut Brigham dan Houston, 2001 MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (http://jurnal-sdm.blogspot.com):

DER =

�����������


(47)

a) tidak terdapat agency cost. b) tidak ada pajak.

c)

perusahaan.

d) Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek.

e) perusahaan di masa depan. f) Tidak ada biaya kebangkrutan.

g) Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.

h) Para investor adalah price-takers.

i) Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).

Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak. Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Maksud dari preposisi I ini adalah bahwa struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama dan tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan menggabungkan hutang dan modal untuk membiayai perusahaan. Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity


(48)

bergantung pada resiko dari operasional perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan (financial risk).

Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan dari teori MM tanpa pajak ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan berhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Dengan demikian teory MM beranggapan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan tersebut, sehingga suatu perusahaan tidak dapat meningkatkan nilainya dengan mengubah proporsi DER perusahaan tersebut.

2 ). Teori MM dengan pajak.

Teori MM tanpa pajak tersebut dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu: Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Maksud dari preposisi I ini adalah bahwa pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang. Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. maksud dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan


(49)

meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM tersebut sangat tidak logis. Maksud dari teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang memiliki hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Pada teori tersebut MM tidak memperhitungkan biaya kebangkrutan.

2.1.9.1.3.2 Trade-off Theory

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan atau reputasi yang memburuk. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan, tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan


(50)

pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan, namun hanya pada titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena peningkatan keuntungan dari utang tidak sebanding dengan biaya financial distress dan agency cost.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan PVGO belum banyak dilakukan, penelitian yang pernah dilakukan kebanyakan berasal dari luar negeri dan penelitian lebih banyak membahas tentang pengukuran formula PVGO karena


(51)

PVGO merupakan analisis fundamental yang belum mendapatkan popularitas sebagai alat analisis di kalangan investor professional. Namun PVGO erat kaitannya terhadap penilaian perusahaan, hal ini dikarenakan nilai perusahaan adalah hasil diskonto dari arus kas perusahaan di masa depan.

Sebelumnya Chung dan Charoenwong (1991) meneliti tentang Investment Options, Assets in Place, and the Risk of Stocks. Penelitian ini memandang peluang investasi perusahaan di masa depan sebagai suatu opsi operasional dan menguji pengaruh PVGO terhadap risiko sistematis pada perusahaan dengan menggunakan analisis klaim kontingen. Hasilnya mereka menemukan terdapat hubungan secara positif antara PVGO dengan resiko saham.

Kemudian Chung dan Kim (1997) meneliti tentang peluang pertumbuhan dan keputusan investasi. Hasil dari penelitian tersebut adalah ditemukannya persepsi baru bahwa option feature yang menjadi penghambat keputusan investasi tidak menjadi acuan dalam menentukan kebijakan pertumbuhan perusahaan.

Richard E.Wall (2007) meneliti pengukuran PVGO terhadap 24 perusahaan Global Industry Classification Standard (GICS) dengan PVGO sebagai variabel terikat dan variabel bebasnya adalah EPS periode sebelumnya, EPS yang diharapkan, adjusted beta, raw beta, dan harga saham. Hasil penelitian menunjukan biaya riil atas modal berbeda dengan biaya nominal atas modal dan menghasilkan pola konsisten PVGO yang lebih realistis pada fase yang matang dan industri yang kompetitif.

Priyo Dermawan dan Rina Y. Asmara (2008) meneliti tentang kinerja keuangan perusahaan terhadap kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan dengan


(52)

variabel independen EVA, MVA, ROE, ROA, TSR, PER, EPS, sedangkan dependen variabelnya adalah kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan. Hasilnya MVA, TSR, ROA, dan PER berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Setelah itu Diah Ayu Pertiwi (2010) meneliti pengaruh Earning management terhadap nilai perusahaan dengan earning management sebagai variabel independen, Corporate Governance sebagai variabel moderating, dan nilai perusahaan sebagai variabel independen. Hasilnya earning management berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kemudian Rika Susanti (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan variabel independennya yaitu board size, board intensity, board independence (corporate governance), cash holding, struktur kepemilikan, tingkat profitabilitas, kebijakan dividen, investment opportunity, dan risiko finansial sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh antara variabel corporate governance terhadap nilai perusahaan.

Secara ringkas, penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu

NO TAHUN PENELITI JUDUL HASIL

1. 1991 Chung dan

Charoenwong

Investment

Options, Assets in Place, and the Risk of Stocks

Dalam penelitiannya menemukan terdapat hubungan secara positif antara PVGO dengan resiko saham.


(53)

2. 1997 Chung dan Kim Growth

Opportunities and Investment

Decisions: A New Perspective On The Cost of Capital

Menyatakan bahwa kebijaksanaan umum atas resiko yang menghambat keputusan investasi perusahaan, tidak menjadi acuan yang sebelumnya telah dikenal sebagai option feature dari peluang pertumbuhan perusahaan.

3. 2007 Richard E, Wall Measuring the Present Value of Growth

Opportunity

Menemukan metode pengukuran tidak langsung dari PVGO sebagai selisih antara harga saham dan rasio laba saat ini untuk biaya riil dari ekuitas.

4. 2008 Priyo

Dermawan dan Rina Y. Asmara

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kapitalisasi Pasar dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Retail di BEI Menyatakan MVA, TSR, ROA, dan PER berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. 2010 Diah Ayu

Pertiwi Analisis Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Peranan Praktik Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Menyatakan earning management

berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan.


(54)

Periode 2005 -2008

6. 2010 Rika Susanti Analisis

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan

Menyatakan terdapat pengaruh antara variabel corporate governance terhadap nilai perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teori-teori di atas, maka di dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi PVGO, variabel-variabel tersebut adalah ROA, Plowback Ratio, dan DER. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap PVGO, dapat dijelaskan sebagai berikut.

2.3.1 Pengaruh ROA Terhadap PVGO

Di dalam memprediksi harga saham diperlukan rasio-rasio keuangan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa mendatang. Salah satu rasio keuangan yang bisa digunakan adalah ROA. Tingkat ROA menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aset yang dimilikinya. Hal ini merupakan salah satu indikator PVGO yang diyakini investor dalam menciptakan nilai perusahaan di masa mendatang.

Semakin tinggi ROA suatu perusahaan maka kemungkinan perusahaan untuk menciptakan laba di masa depan semakin baik, hal ini menimbulkan harapan terhadap pertumbuhan perusahaan bagi investor di masa mendatang, dengan indikator PVGO kemudian semakin banyak investor yang ingin


(55)

menananamkan modalnya pada perusahaan sekarang, sehingga nilai saham tersebut meningkat akibat terbentuk dari nilai intrinsik saham saat ini ditambah dengan PVGO yang dipengaruhi oleh ROA. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan suatu hipotesis seperti berikut.

H1: Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh terhadap PVGO saham yang terdaftar di Indeks LQ45.

2.3.2 Pengaruh Plowback Ratio Terhadap PVGO

Di dalam membagikan labanya kepada pemegang saham, perusahaan sebelumnya melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan pemegang saham mayoritas. Di dalam RUPS tersebut diputuskan besarnya Dividen Payout Ratio (DPR) dan Plowback Ratio (kebijakan dividen). DPR merupakan hak yang diberikan kepada pemegang saham atas jasa dalam menanamkan modal diperusahaan. Plowback Ratio merupakan rasio laba ditahan untuk diinvestasikan kembali kedalam bisnis perusahaan. Dividen dapat menambah nilai perusahaan jika investor beranggapan bahwa dividen sangat penting bagi biaya pengeluaran investor, selain itu pada kondisi ideal berdasarkan teori ketidakrelevanan dividen Miller & Modigliani kebijakan dividen tidak mempengaruhi perusahaan. Sedangkan dividen dapat mengurangi nilai perusahaan jika pajak atas dividen lebih besar dari pajak keuntungan atas modal sehingga investor lebih memilih untuk menginvestasikan kembali dividen dengan mengharapkan return dari capital gain yang lebih besar. Penginvestasian kembali ini diharapkan dapat menciptakan laba pada perusahaan di masa mendatang.


(56)

Sehingga investor menganggap ini sebagai indikator PVGO yang dapat menciptakan nilai perusahaan di masa mendatang. Dengan demikian Plowback- Ratio memiliki pengaruh terhadap PVGO. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan suatu hipotesis seperti berikut.

H2 : Plowback Ratio memiliki pengaruh terhadap PVGO saham yang terdaftar di Indeks LQ45.

2.3.3 Pengaruh DER Terhadap PVGO

Menurut teori MM, pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang. Namun sayangnya MM tidak memperhitungkan financial distress dan agency cost. Teori tersebut di bantah oleh Myers (2001) yang menyatakan “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81). berdasarkan teori Myers dan MM maka dapat disimpulkan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan pada titik tertentu, dan kemudian nilai perusahaan akan menurun akibat resiko kebangkrutan. Dalam hal ini penggunaan utang (DER) menjadi indikasi PVGO dalam menciptakan nilai perusahaan di masa mendatang. Penggunaan utang (DER) yang tepat menggambarkan kinerja manajemen yang baik dalam menciptakan pertumbuhan perusahaan yang dibiayai oleh utang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan suatu hipotesis seperti berikut.


(57)

H3 : Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh terhadap PVGO saham yang terdaftar di Indeks LQ45.

Kerangka konseptual di atas dapat dilihat dalam bentuk diagram skematis di bawah ini:

Independent Variabel H 1

Dependent Variabel H 2

H 3

Gambar 2.2

Diagram Skematis Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka konseptual serta penjelasan secara logis (Jogiyanto, 2010), maka dalam penelitian ini hipotesis dikembangkan untuk digunakan di dalam menguji variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat seperti berikut: 1. H1: Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh terhadap PVGO saham yang

terdaftar di Indeks LQ45.

ROA

Plowback Ratio

DER


(58)

2. H2: Plowback Ratio memiliki pengaruh terhadap PVGO saham yang terdaftar di Indeks LQ45.

3. H3: Debt Equity to Ratio (DER) memiliki pengaruh terhadap PVGO saham yang terdaftar di Indeks LQ45.


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang diperoleh adalah data sekunder dalam bentuk data panel yaitu present value of growth opportuniy (PVGO), return on asset (ROA), Plowback Ratio, dan debt to equity ratio (DER) perusahaan dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Data ini diperoleh dari publikasi Annual Report perusahaan

dan situsdan data tersebut dikelola lebih lanjut dengan

perhitungan rasio untuk mendapatkan indikator-indikator variabel dependen dan independen.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sudjana (2007) dalam Hugida (2011) populasi adalah kesatuan persoalan secara menyeluruh yang sudah ditentukan batas-batasnya secara jelas sebagian keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 selama periode 2007 sampai 2010 di bursa efek indonesia (BEI). Alasan dipilihnya saham-saham yang tergabung di dalam indeks LQ45 sebagai populasi adalah karena saham-saham tersebut memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan aktif diperdagangkan di BEI.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1995


(60)

dalam Hugida, 2011). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data saham dan laporan keuangan (PVGO, ROA, Plowback Ratio, dan DER) perusahaan yang bertahan dalam indeks LQ45 dari periode 2007 sampai 2010. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Hugida (2011), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbangan yang telah ditetapkan. Beberapa kriteria yang telah ditentukan tersebut adalah:

1. Perusahaan yang sahamnya tercatat di dalam indeks LQ45.

2. Perusahaan yang secara konsisten bertahan selama periode 2007 sampai 2010 dalam indeks LQ45.

Dari populasi tersebut diperoleh 18 perusahaan yang memenuhi kriteria- kriteria yang telah ditentukan sebelumnya diatas. Untuk lebih jelasnya 18 perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.1

Daftar Sampel Perusahaan

NO PERUSAHAAN KODE

1 Astra International Tbk. AALI

2 Aneka Tambang (Persero) Tbk. ANTM

3 Astra International Tbk. ASII

4 Bank Central Asia Tbk. BBCA

5 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI

6 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN

7 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI

8 Vale Indonesia Tbk. INCO

9 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF

10 Indosat Tbk. ISAT

11 Medco Energi International Tbk. MEDC

12 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PGAS


(61)

14 Holcim Indonesia Tbk SMCB

15 Timah (Persero) Tbk. TINS

16 Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM

17 Bakrie Sumatra Plantations Tbk. UNSP

18 United Tractors Tbk. UNTR

Sumber: BEI setelah diolah

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelititan ini menggunakan metode dokumentasi. Data harga saham diperoleh maelalui situs

sedangkan data keuangan perusahaan diperoleh melalui

publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan masing-masing. Selain itu data yang diperlukan juga diperoleh melalui website, buku, artikel, jurnal, serta literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendukung proses penelitian yang dilakukan.

3.4 Pengolahan Data

Dalam mengolah data, penelitian ini menggunakan program komputer eviews 6 untuk menganalisis data yang diperoleh. Namun sebelumnya data-data yang diperoleh diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan program microsoft excel untuk memperoleh data variabel sebelum dianalisis dengan menggunakan program eviews 6.


(1)

Chung, Kee H, and Charoenwong, Charlie, 1991.

Investment Options, Assets in

Place, and the Risk of Stocks

.

Financial Management

Vol. 20, No. 3

(Autumn, 1991), pp. 21-33. UK & USA.

Blackwell Publishers Ltd.

Chung, Kee H, and Kim, Kyu H, 1997. “Growth Opportunities and Investment

Decisions: A New Perspective on the Cost of Capital”.

Journal of Business

Finance&Accounting,

24(3) & (4). UK & USA. Blackwell Publishers Ltd.

Hugida, Lydianita, 2011

. “

Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi

Volatilitas Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam

Indeks Lq 45 Periode 2006 – 2009)”. Semarang. Universitas Diponegoro.

Mardiana, Diana, 2011. “Analisis nilai harga saham perdana PT. Bank DKI”.

Jakarta. Universitas Guna Darma.

Nurmalasari, Indah, 2009. “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap harga

saham emiten LQ45 yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun

2005-2008.

Jurnal Akuntansi dan keuangan”

. Jakarta. Universitas Gunadarma.

Pakpahan, johanes, 2012. “Analisis Indeks Harga saham Gabungan Dengan

metode Arima dan Metode Dekomposisi (studi pada IHSG di Bursa efek

Indonesia)”. Medan. Univertias Sumatera Utara.

Pertiwi, Diah Ayu, 2010. “Analisis Pengaruh Earning Management Terhadap

Nilai Perusahaan Dengan Peranan Praktik Corporate Governance Sebagai

Moderating Variabel Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2005 -2008”. Semarang. Universitas Diponegoro.

Srywardani, 2006. “Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijaksanaan

struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham pada

perusahaan manufaktur Tbk”.

Susanti, Rika. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Nilai

Perusahaan”. Semarang. Universitas Diponegoro.

Wall, Richard E, 2007. “Measuring the present value of growth opportunities.

Working Paper series”

. Canisius College School of Business.

Website:

Bank Indonesia


(2)

Historical Price

Investasi

Pasar Modal

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_modal

(24 Februari 2012)

PVGO Model

PVGO

Teori Struktur Modal

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/teori-struktur-modal.html

(3 April 2012)

Februari 2012)


(3)

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Data Penelitian

Perusahaan Tahun ROA Plowback

Ratio DER PVGO

AALI 2007 0.5444 0.3497 0.28 19646 AALI 2008 0.6058 0.6977 0.23 2827 AALI 2009 0.3302 0.1418 0.18 15501 AALI 2010 0.3371 0.3519 0.19 17214

ANTM 2007 0.6066 0.6 0.37 2583

ANTM 2008 0.1884 0.5993 0.26 188 ANTM 2009 0.0789 0.5994 0.21 1627 ANTM 2010 0.1846 0.5993 0.28 789 ASII 2007 0.1674 0.9006 1.17 11762 ASII 2008 0.1903 0.6168 1.21 4635

ASII 2009 0.1844 0.6653 1 19548

ASII 2010 0.1864 0.8676 1.1 34847 BBCA 2007 0.0294 0.6746 9.66 788 BBCA 2008 0.0314 0.5732 9.55 470 BBCA 2009 0.0317 0.6016 9.14 3118 BBCA 2010 0.0328 0.6729 8.51 4239 BBRI 2007 0.0382 0.5001 9.48 2825 BBRI 2008 0.0359 0.6508 10.01 412 BBRI 2009 0.0312 0.7772 10.63 1729 BBRI 2010 0.0369 0.8753 3.69 3478 BDMN 2007 0.0371 0.5033 7.22 2894

BDMN 2008 0.025 0.7005 9.09 519

BDMN 2009 0.024 0.502 5.23 3467

BDMN 2010 0.0339 0.6501 5.4 4465 BMRI 2007 0.0198 0.112 9.91 1231 BMRI 2008 0.0225 0.6516 10.75 97 BMRI 2009 0.0274 0.9435 10.23 2400 BMRI 2010 0.0311 0.6806 9.81 4317 INCO 2007 0.8883 0.1563 0.36 4126

INCO 2008 0.2514 1 0.21 1020


(4)

INDF 2010 0.1149 0.6045 1.34 3040

ISAT 2007 0.0647 1 1.72 3059

ISAT 2008 0.045 0.5 1.95 3045

ISAT 2009 0.0406 1 2.05 2183

ISAT 2010 0.0205 0.5 1.94 4654

MEDC 2007 0.052 1 2.85 4733

MEDC 2008 0.2524 0.8366 1.68 3421

MEDC 2009 0.0248 1 1.85 2679

MEDC 2010 0.0947 1 1.86 1296

PGAS 2007 0.1206 1 2.11 2410

PGAS 2008 0.0502 0.4876 2.47 1811 PGAS 2009 0.2877 0.3999 1.35 1583

PGAS 2010 0.2513 0.4 1.22 2921

PTBA 2007 0.2694 0.5 0.4 7968

PTBA 2008 0.4178 1 0.51 2682

PTBA 2009 0.4657 0.5494 0.4 8753

PTBA 2010 0.298 0.4 0.36 16393

SMCB 2007 0.0259 1 2.19 814

SMCB 2008 0.0395 1 2.02 947

SMCB 2009 0.1785 1 1.19 1576

SMCB 2010 0.11 0.7873 0.53 1467

TINS 2007 0.5273 0.5 0.5 43647

TINS 2008 0.3646 0.9501 0.51 38391

TINS 2009 0.1131 1 0.42 1709

TINS 2010 0.1917 0.5 0.4 2071

TLKM 2007 0.3119 0.2856 1.16 2339 TLKM 2008 0.2226 0.4363 1.38 1687 TLKM 2009 0.2291 0.4875 1.22 4344 TLKM 2010 0.2147 0.4363 0.98 4448 UNSP 2007 0.0798 0.6883 0.81 2082

UNSP 2008 0.0595 0.8036 0.9 66

UNSP 2009 0.0725 0.9431 0.9 176

UNSP 2010 0.0535 1 1.2 149

UNTR 2007 0.1575 0.5989 1.26 8079 UNTR 2008 0.1686 0.5999 1.05 953 UNTR 2009 0.2231 0.7124 0.76 9293 UNTR 2010 0.1704 0.4932 0.84 16734


(5)

Lampiran 2. Hasil Regresi

Dependent Variable: LPVGO? Method: Pooled Least Squares Date: 05/01/12 Time: 11:09 Sample: 2007 2010

Included observations: 4 Cross-sections included: 18

Total pool (balanced) observations: 72

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8.737956 0.282071 30.97788 0.0000

ROA? 1.780860 0.337709 5.273356 0.0000

PLOW? -0.711880 0.111103 -6.407396 0.0000

DER? -0.334276 0.160063 -2.088410 0.0418

Fixed Effects (Cross)

_AALI--C 0.109361

_ANTM--C -1.899245

_ASII--C -1.355442

_BBCA--C 2.040323

_BBRI--C 1.917325

_BDMN--C 1.573591

_BMRI--C 2.004325

_INCO--C -1.473568

_INDF--C -0.668706

_ISAT--C 0.405310

_MEDC--C 0.359786

_PGAS--C -0.390400

_PTBA--C 0.106379

_SMCB--C -0.673707

_TINS--C 0.486946

_TLKM--C -0.493271

_UNSP--C -2.425054

_UNTR--C 0.376047

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.591560 Mean dependent var 7.642344

Adjusted R-squared 0.431387 S.D. dependent var 1.304209

S.E. of regression 0.983458 Akaike info criterion 3.043009

Sum squared resid 49.32664 Schwarz criterion 3.707036

Log likelihood -88.54831 Hannan-Quinn criter. 3.307360

F-statistic 3.693263 Durbin-Watson stat 2.737311


(6)