Keaslian Penelitian Metode Penelitian

prinsip kewirausahaan yang membuat pelaku usaha mampu mengatasi kerumitan prosedur birokrasi dan berkelit dari tekanan dan tantangan pasar seharusnya dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Uniknya, sepanjang penyelenggaraan program penghargaan Ernst Young Entrepreneur of the Year, komitmen terhadap perbaikan lingkungan sosial diidentifikasi sebagai karakter yang menonjol pada pengusaha-pengusaha sukses di berbagai negara. Oleh karena itu, mulai tahun ini Ernst Young menambahkan satu kategori dalam program penghargaannya, yakni Social Entrepreneur of the Year. Tentu saja tujuannya untuk mendorong para pengusaha untuk berlomba-lomba dengan komitmen penuh untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Akan tetapi, potensi dunia bisnis untuk menjalankan perubahan sosial melalui pelaksanaan tanggung jawab sosial tidak dapat tercapai optimal jika aturan tidak ditegakkan, bahkan oleh penegak hukum. Kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas hanya dapat berjalan jika ada kepercayaan dan sikap keterbukaan.

D. Keaslian Penelitian

Pembahasan skripsi ini dengan judul :” Tinjauan Yuridis Mengenai Prinsip Tanggung Jawab Sosial Korporasi Corporate Social Responsibility Di Indonesia Sehubungan Dengan Fiduciary Responsibilities Perusahaan Terhadap Para Pemegang Saham”, adalah masalah yang sebenarnya sudah sering kita dengar. Namun yang dibahas dalam skripsi ini adalah khusus mengenai masalah tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan kaitannya pertanggungjawaban organ perseroan Universitas Sumatera Utara dalam hal ini direktur sesuai dengan asas fiduciary responsibility kepada perseroan dan para pemegang saham. Permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran dari penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun dengan doktrin-doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan a. Pengertian Perseroan

Perseroan terbatas pada zaman Hindia Belanda dikenal dengan nama “Naamioze Vennootschap” NV. Naamioze berarti tanpa nama, yang maksudnya dalam hal pemberian nama perusahaan tidak memakai salah satu nama anggota persero, melainkan menggunakan nama perusahaan berdasarkan tujuan dari usahanya. 1 Sebenarnya, arti istilah Naamioze Vennootschap tidak sama dengan arti istilah perseroan terbatas. Naamioze Vennootschap, diartikan sebagai persekutuan tanpa nama dan tidak mempergunakan nama orang sebagai nama persekutuan, seperti firma, melainkan nama usaha yang menjadi tujuan dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan perseroan terbatas adalah persekutuan 1 Purwosutjipto, HMN, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta : Djambatan, 1995, hal. 90. Universitas Sumatera Utara yang modalnya terdiri atas saham-saham, dan tanggung jawab persero bersifat terbatas pada jumlah nominal daripada saham-saham yang dimilikinya. Jadi, istilah perseroan terbatas lebih tepat daripada istilah Naamioze Vennootschap, sebab arti “perseroan terbatas” lebih jelas dan tepat menggambarkan tentang keadaan senyatanya, sedangkan arti istilah Naamioze Vennootschap kurang dapat menggambarkan tentang isi dan sifat perseroan secara tepat. Ada istilah Inggris yang isinya hamper mendekati istilah perseroan terbatas, yaitu Company Limited by Shares”. Perseroan terbatas ini di Jerman, Austria dan Swiss disebut Aktiengensellschaft dan di Prancis disebut Societe Anonyme . 2 a. Adanya kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi masing-masing pendiri perseroan terbatas pemegang saham dengan tujuan untuk membentuk sejumlah modal sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan terbatas. Dalam pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD yang mengatur mengenai perseroan terbatas, tidak ditemukan pengertian perseroan terbatas. Akan tetapi, dari Pasal-Pasal 36, 40, 42 dan 45 KUHD dapat disimpulkan bahwa suatu perseroan terbatas mempunyai unsur-unsur, sebagai berikut : b. Adanya pemegang saham persero yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nilai nominal saham yang dimilikinya. Para pesero ini tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS sebagai organ perseroan terbatas yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan terbatas, yang berwenang mengangkat, memberhentikan sementara atau memberhentikan Direksi atau 2 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung : Alumni, 2004, hal. 47. Universitas Sumatera Utara Komisaris, menetapkan kebijakan umum perseroan terbatas yang akan dijalankan oleh Direksi, dan menetapkan kewenangan atau hal-hal lainnya yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. c. Adanya pengurus, yang dinamakan dengan Direksi dan Pengawas, yang dinamakan Komisaris yang juga merupakan organ perseroan terbatas, yang tugas, kewenangan dan kewajbiannya diatur lebih lanjut dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas atau Keputusan RUPS. 3 Bila diperhatikan lebih lanjut unsur-unsur perseroan terbatas di atas, menurut KUHD Perseroan Terbatas juga badan hukum. Berbeda dengan UU No. 40 Tahun 2007, yang dalam Pasal 1 angka 1 memberikan pengertian perseroan terbatas sebagai berikut : “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hokum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Dari bunyi Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007, dapat disimpulkan bahwa badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas merupakan badan hukum. Namun, tidak berarti setiap badan hukum adalah perseroan terbatas. Di sini UU No. 40 Tahun 2007 secara tegas menyatakan bahwa perseroan terbatas merupakan suatu badan hkum, yaitu suatu badan hukum yang bertindak dalam lalu lintas hukum sebagai subjek hukum dan memiliki kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pengurusnya. 3 Ibid, hal. 48. Universitas Sumatera Utara KUHD tidak secara tegas menyatakan perseroan terbatas sebagai badan hukum. Namun, bila perhatikan dalam Pasal 40 ayat 2 dan Pasal 45 ayat 1 KUHD, perseroan terbatas juga merupakan badan hukum. Pasal 40 ayat 2 KUHD menyatakan bahwa : ”para pemegang saham tidak bertanggung jawab untuk lebih daripada jumlah penuh saham-saham itu”. Kemudian Pasal 45 ayat 1 KUHD menyatakan bahwa : ”tanggung jawab para pengurus adalah tak lebih daripada untuk menunaikan tugas yang diberikan kepada mereka, dengan sebaik- baiknya, merekapun karena segala perikatan dari perseroan, dengan diri sendiri tidak terikat kepada pihak ketiga”. Dengan demikian, baik menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maupun KUHD ciri utama suatu badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas adalah adanya harta kekayaan yang dipisahkan antara harta kekayaan perseroan dan harta kekayaan pribadi para pemegang saham persero. Persero tidak bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan juga tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah dimasukkannya. Prinsip ini dalam hukum perseroan dinamakan dengan the doctrine of separate legal personality of a company atau the principle of the company’s separate legal personality, yang disingkat dengan sebutan doctrine of separate corporate personality. 4 Sebagai badan hukum atau artificial person, perseroan terbatas mampu bertindak melakukan perbuatan hukum melalui ”wakilnya”. Untuk itu ada yang disebut ”agent”, yaitu orang yang mewakili perseroan serta bertindak untuk dan 4 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk Perusahaan Badan Usaha di Indonesia, Bandung : Mandar Maju, 1997, hal. 52. Universitas Sumatera Utara atas nama perseroan. Karena itu, perseroan juga merupakan subjek hukum, yaitu subjek hukum mandiri atau personastandi in judicio. Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban dalam hubungan hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau natuurlijke persoon, dia bisa menggugat maupun digugat, bisa membuat keputusan dan bisa mempunyai hak dan kewajiban, utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia. 5 Kendati kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS sangat penting dalam perseroan terbatas, KUHD tidak banyak mengaturnya. Bahkan, mengadakan RUPS saja tidak diharuskan.

b. Organ-Organ Perseroan

6 Padahal organ perseroan terbatas lainnya, yakni direksi dan komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Walaupun demikian, karena dirasa amat pentingnya keberadaan RUPS ini, keharuskan untuk melaksanakan RUPS tersebut dalam praktik biasanya diatur secara rinci dalam akta pendirian atau anggaran dasar perseroan terbatas yang bersangkutan. Karena itu, kekuasaan, kewenangan, kewajiban dan tugas RUPS serta hal lainnya yang berkaitan dengan RUPS dapat dijumpai pada akta pendirian atau anggaran dasar perseroan terbatas tersebut. 7 RUPS merupakan organ perseroan terbatas yang kedudukannya sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan terbatas, sehingga 5 Ibid. 6 Purwosutjipto, Op.cit, hal. 129. 7 A. Chadary ADP, Beberapa Catatan Mengenai Pengaturan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Majalah Orientasi Pembinaan dan Pengembangan Hukum dan Kemasyarakatan Nomor 4 Tahun XXII, Banjarmasin : Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat. Universitas Sumatera Utara sangat penting kehadiran dan kedudukannya. Karena itu, penyelenggaraan RUPS merupakan suatu keharusan dan wajib dilakukan. Secara tegas kedudukan hukum RUPS dinyatakan dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan : “Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris”. Dari bunyi Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 2007 angka 3 UU No. 40 Tahun 2007 tersebut, dapat diketahui bahwa RUPS merupakan organ tertinggi perseroan terbatas yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Dengan kata lain, RUPS adalah pemegang dan pelaksana kedaulatan tertinggi dalam perseroan terbatas. Putusan- putusan yang dibuat oleh RUPS wajib untuk ditaati dan dilaksanakan oleh Direksi atau Komisaris perseroan terbatas. Dengan melihat bunyi kalimat “memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris” sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 2007, sebenarnya kekuasaan RUPS tidak mutlak. Artinya, kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-undang perseroan terbatas kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada direksi dan komisaris. Direksi atau komisaris mempunyai wewenang yang tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS. Tugas, kewajiban, wewenang dan dari setiap organ termasuk RUPS sudah diatur secara mandiri otonom di dalam UU No. 40 Tahun Universitas Sumatera Utara 2007. Setiap organ diberi kebebasan bergerak asal semuanya dilakukan demi tujuan dan kepentingan perseroan terbatas. Instruksi dari organ lain, dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi, meskipun diangkat oleh RUPS, sebab pengangkatan direksi oleh RUPS tidak berarti bahwa wewenang yang dimiliki direksi merupakan pemberian kuasa atau bersumber dari pemberian kuasa dari RUPS kepada direksi, melainkan wewenang yang ada pada direksi bersumber dari undang-undang dan anggaran dasar. Oleh karena itu, RUPS tidak dapat mencampuri tindakan pengurusan perseroan sehari-hari yang dilakukan direksi sebab tindakan direksi semata-mata untuk kepentingan perseroan, bukan untuk RUPS. Paham klasik yang berpendapat bahwa lembaga RUPS merupakan kekuasaan tertinggi perseroan terbatas dalam arti segala sumber kekuasaan yang ada dalam suatu perseroan terbatas tidak lain bersumber dari RUPS kiranya sudah ditinggalkan oleh UU No. 40 Tahun 2007. 8 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masing-masing organ perseroan terbatas bersifat mandiri, masing-masing mempunyai kekuasaan dan wewenang yang bersumber pada undang-undang perseroan maupun anggaran dasar. Karena itu, RUPS, direksi maupun komisaris tidak boleh melampaui kekuasaan dan kewenangan yang dipunyai, apalagi mencampuri kekuasaan dan kewenangan dari organ perseroan lainnya. Masing-masing organ perseroan terbatas harus berada dalam koridor kekuasaan dan kewenangannya sebagaimana sudah ditentukan oleh undang-undang perseroan terbatas maupun anggaran dasar. Kekuasaan dan 8 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002, hal. 58. Universitas Sumatera Utara kewenangan masing-masing organ perseroan terbatas itu tidak dapat dilakukan oleh organ perseroan terbatas lainnya. Sebagaimana telah diungkapkan, bahwa perseroan terbatas merupakan kumpulan atau asosiasi modal, yang oleh UU No. 40 Tahun 2007 diberi status sebagai badan hukum. Dengan demikian, pada hakikatnya perseroan terbatas itu adalah wadah kerjasama dari para pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. Karena itu, wajarlah jiak RUPS selaku organ perseroan terbatas memiliki kekuasaan dan kewenangan yang tertinggi yang tidak dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang perseroan terbatas maupun anggaran dasarnya. Inilah yang dinamakan dengan wewenang ekslusif exlusive authorities RUPS. RUPS juga berhak utnuk memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan atau komisaris. 9 Wewenang ekslusif RUPS yang ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tidak dapat ditidakan selama tidak ada perubahan undang-undang perseroan terbatas. Sedangkan wewenang ekslusif RUPS dalam anggaran dasar semata-mata Dalam Pasal 63 UU No. 40 Tahun 2007 dinyatakan bahwa : 1 RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini atau anggaran dasar. 2 RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan atau direksi dan atau komisaris. 9 Rahmadi Usman, Op.cit, hal. 129. Universitas Sumatera Utara berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan dan disetujui oleh Menteri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan anggaran dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang perseroan terbatas. 10 Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam bentuk jumlah suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan diantaranya ialah menyetujui atau menolak : Bila disimak pasal-pasal UU No. 40 Tahun 2007, dapat dijumpai sejumlah kewenangan RUPS yang diberikan oleh undang-undang, yaitu : 1. penetapan perubahan anggaran dasar Pasal 14. 2. pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan perseroan terbatas atau pengalihannya Pasal 31. 3. penetapan penambahan dan pengurangan modal perseroan terbatas Pasal 34 dan 37. 4. persetujuan laporan tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan Pasal 60. 5. penetapan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan perseroan terbatas Pasal 61 dan 62. 6. pengangkatan, pemberhentian dan pembagian tugas wewenang direksi dan komisaris perseroan terbatas Pasal 80, 81, 91, 92, 95 dan 101. 7. persetujuan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan terbatas Pasal 103. 8. penetapan pembubaran perseroan terbatas Pasal 114. 11 a. rencana perubahan anggaran dasar. 10 Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 65-66. 11 Rachmadi Usman, Op.cit, hal. 131. Universitas Sumatera Utara b. rencana penjualan asset dan pemberian jaminan utang. c. pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi danatau komisaris. d. laporan keuangan yang disampaikan direksi. e. pertanggungjawaban direksi. f. rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. g. rencana pembubaran perseroan. Selanjutnya perseroan memiliki organ lain, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. Direksi perseroan merupakan organ perseroan yang melaksanakan kegiatan dan kepengurusan perseroan. Ketentuan ini menugaskan direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan. Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Direksi berwenang menjalankan pengurusan perseroan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang ditentukan dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas ini danatau anggaran dasar. Yang dimaksud dengan ”kebijakan yang tepat” adalah kebijakan yang antara lain, didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis. Direksi perseroan terdiri atas 1 satu orang anggota direksi atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpuan danatau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang anggota direksi. Dalam hal direksi terdiri atas 2 dua anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota direksi Universitas Sumatera Utara ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS, jika tidak ditetapkan RUPS tersebut, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan direksi. Direksi sebagai organ perseroan yang melakukan pengurusan perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, jika RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri. 12 Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih. Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri tetapi berdasarkan keputusan dewan komisaris. Perseroan yang kegiatan usahana berkaitan dengan menghimpun danatau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakutan utang kepada masyarakat atau perseroan Direksi diangkat dan diberhentikan berdasarkan syarat-syarat yang diatur di dalam UU No. 40 Tahun 2007. Secara umum, direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan. Pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud, wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, yaitu dengan memperhatikan perseroan dengan seksama dan tekun. Selanjutnya dewan komisaris sebagai salah satu organ perseroan lainnya, bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 12 Pasal 92 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota dewan komisaris. 13 Yang dimaksud ”untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud tujuan perseroan”, adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 14 Wineberg dan Rudolph memberi definisi CSR sebagai: “The contribution that a company makes in society through its core business activities, its social investment and philanthropy programs, and its engagement in public policy”. Selanjutnya dikatakan bahwa konsep CSR itu memang agak tumpang tindih, overlap dengan konsep good corporate governance CG dan konsep etika Berbeda dari direksi yang memungkinkan setiap anggota direksi bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas direksi, setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas dewan komisaris, kecuali berdasarkan keputusan dewan komisaris. Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun danatau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan dengan jumlah anggota komisaris yang lebih besar karena menyangkut kepentingan masyarakat.

c. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Social Corporate Responsibility

13 Pasal 108 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 14 Jamin Ginting, Hukum Perseroan TerbatasUU No. 40 Tahun 2007, Bandang : Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 130. Universitas Sumatera Utara bisnis EB. Dalam CG kita mengacu pada standar dasar yang bertujuan pada ketaatan compliance terhadap peraturan negara maupun aturan internal perusahaan. Etika bisnis lebih luas konsepnya, didasarkan pada nilai-nilai yang melampaui ketentuan atau norma aturan peraturan. Pada dasarnya CG dan EB fokusnya adalah pada internal perusahaan dan diwujudkan sebagian besar dalam bentuk aturan rules-based flavour. 15 Sebaliknya, masih menurut Wineberg, CSR itu lebih berdasarkan nilai- nilai values-based dan fokusnya keluar external perusahaan. Karena itu CSR juga ditujukan pada jajaran stakeholder yang lebih luas. Misalnya, stakeholder internal, seperti: pegawai, pemegang saham; stakeholder eksternal: komunitas, customer, LSM; dan stakehoder lainnya seperti: supplier, kelompok SRI social responsible investors dan licensing patners. Dengan demikian dalam SC, perhatian manajemen tidak saja harus ditujukan pada standar dasar ekonomi, tetapi juga pada dampak kegiatan perusahaan itu terhadap lingkungan hidup, komunitas, sekitarnya dan masyarakat pada umumnya. 16 Dewasa ini, menghadapi dampak globaslisasi, kemajuan informasi teknologi, dan ketebukaan pasar, perusahaan harus secara serius memperhatikan CSR. Hanya taat kepada peraturan perundang-undangan belum cukup untuk melindungi perusahaan dari berbagai risiko tuntutan hukum, kehilangan partner bisnis maupun risiko terhadap citra perusahaan brand risk. Tekanan secara nasional dan internasional sedang dan terus akan berlanjut untuk mempengaruhi 15 Mardjono Reksodiputro, Sektor Bisnis Corporate Sebagai Subyek Hukum dalam Kaitan dengan HAM, Disampaikan dalam Lokakarya Nasional Departemen Luar Negeri RI, dengan tema “Peran sektor usaha dalam pemenuhan, pemajuan, dan perlindungan HAM di Indonesia” Hotel Borobudur, Jakarta, tanggal 20 Desember 2004, hal. 2. 16 Ibid, hal. 3. Universitas Sumatera Utara perilaku bisnis korporasi. Tekanan ini datang antara lain dari para pemegang saham yang sadar CSR, LSM, partner-partner bisnis terutama dari negara yang komuniti bisnisnya peka terhadap CSR dan advokat yang memperjuangkan kepentingan publik public interest lawyers. Dalam iklim reformasi dan demokrasi di Indonesia sekarang ini, keterbukaan dan akuntabilitas sangat dipentingkan dan diperhatikan oleh publik. Peranan pengawasan publik dilakukan melalui LSM NGO, sebagai organisasi nirlaba yang pendukungnya menyuarakan berbagai “public issues”, yang punya dampak besar pada penyelenggaraan bisnis di Indonesia. Perusahaan harus menyadari bahwa suara LSM ini mempunyai pengaruh besar dan sangat diperhatikan oleh konsumen perusahaan dan karena itu tidak dapat diabaikan. Isu bagaimana tenaga kerja mempersepsikan suatu perusahaan juga akan berpengaruh pada rekrutmen pegawai, memotivasi kerja mereka, dan mengusahakan mereka tidak pindah ke perusahaan lain. Tenaga ahli yang cakap sekarang juga sudah mulai memilih perusahaan yang dinilai baik dari segi kepemimpinannya dalam melaksanakan CSR CSR leadership Global Compact telah memasukkan “anti-korupsi” sebagai asas ke-10 dalam tahun 2003. Dalam tahun yang sama, PBB telah mengeluarkan Konvensi Global Anti-Korupsi, dan yang telah turut ditandatangani pula oleh Indonesia. Dalam pengertian “responsible business practices” di atas, tentunya termasuk pula usaha perusahaan untuk menolak melakukan transaksi yang mempunyai sifat “penyuapan” danatau “korupsi”. 17 17 Ibid. Universitas Sumatera Utara Wacana tentang corporate social responsibility menjadi perhatian yang serius bagi para pebisnis dan birokrat. Hal ini disebabkan oleh perlunya perseroan dan birokrat untuk bersama-sama memikirkan bagaimana cara untuk menyelamatkan dunia. Seperti diketahui bahwa pihak yang berkepentingan terhadap perseroan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. Pearce dan Robinson menyebutkan ada sepuluh pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan yang masing-masing mempunyai kepentingan berbeda dan cara pandang yang berbeda terhadap perusahaan. Kesepuluh pihak yang dimaksud adalah stockholders, creditor, employees, customers, suppliers, governments, unions, competitors, local communities, general public. Kepentingan dan klaim tersebut dapat dikelompokkan ke dalam klaim yang bersifat ekonomi dan non ekonomi. Pearce dan Robinson mengelompokkan tanggung jawab social menjadi empat, yaitu sebagai berikut : 18 18 Ketut Budhiarta, Cara pandang UU RI No. 40 Tahun 2007 dan UU RI No. 17 Tahun 2000 terhadap Corporate Social Responsibility CSR, Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 2 Tahun 2008, hal. 211. 1 Economic responsibility. Secara ekonomi tanggung jawab perusahaan adalah untuk menghasilkan barang dan jasa kepada masyarakat dengan reasonable cost dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan menghasilkan barang dan jasa maka perusahaan diharapkan memberikan pekerjaan yang produktif terhadap masyarakat sekitarnya, menyumbangkan sebagian keuntungan dalam bentuk pajak kepada pemerintah. Universitas Sumatera Utara 2 Legal responsibility. Di mana pun tempat operasi suatu perusahaan tidak akan dapat melepaskan diri dari aturan dan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur tentang kegiatan bisnis. Peraturan tersebut terutama yang terkait dengan usaha untuk mengontrol perubahan lingkungan dan keamanan konsumen. Untuk melindungi konsumen diperlukan peraturan tentang perlindungan konsumen. Untuk menjaga perubahan lingkungan maka perusahaan harus tunduk kepada undang-undang yang mengatur tentang lingkungan. 3 Ethical responsibility. Perusahaan didirikan tidak hanya berperilaku legal secara hukum, tetapi juga memiliki etika. Sering kali terjadi perbedaan antara legal dan etika. Bisa jadi sesuatu yang dikatakan legal, tetapi tidak beretika. Perusahaan memproduksi adalah legal, tetapi tidak beretika untuk memasarkan agar semua penduduk merokok. Perusahaan televise adalah legal untuk memutar dan menyiarkan film, tetapi tidak beretika jika film yang diputar berbau porno. 4 Discretionary responsibility. Tanggung jawab ini sifatnya sukarela seperti public relation activities, menjadi warga negara yang baik, dan tanggung jawab perusahaan lainnya. Melalui public relation yang baik manajer mencoba untuk meningkatkan kesan terhadap perusahaan, barang dan jasa yang dihasilkan. Perusahaan yang menjadi warga negara yang baik akan meningkatkan going concern dan merupakan sarana untuk melakukan promosi. Komitmen manajer untuk melaksanakan tanggung jawab social Universitas Sumatera Utara secara penuh memerlukan strategi yang sama dalam menangani masalah social dengan masalah bisnis. Corporate Social Responsibility sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas bisnis memerlukan penanganan yang menyeluruh mulai dari tahap visi, misi, dan strategi bisnis. Misi suatu bisnis tidak hanya mengidentifikasi barang dan jasa apa yang akan dihasilkan, bagaimana memproduksi, dan bagaimana memasarkan. Akan tetapi, dalam misi perusahaan perlu diakomodasi juga tentang kemungkinan adanya klaim dari exsternal stakeholders yang meliputi kreditor, pelanggan, supplier, pemerintah, serikat kerja, masyarakat lokal, dan kelompok umum lainnya. Dengan mengidentifikasi kepentingan setiap stakeholders dan mempertimbangkan hak dan kewajiban relatif yang berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan, maka going concern perusahaan diharapkan tidak akan terganggu. Thompson and Strickland menyebutkan bahwa dalam arti luas pemilihan strategi dibatasi oleh hukum, kepatuhan terhadap peraturan pemerintah, apa yang diterima secara sosial dan masyarakat secara umum. Dengan memerinci prioritas social, perhatian masyarakat, persyaratan peraturan, dan regulasi yang berat merupakan bagian dari situasi eksternal yang perlu dianalisis dalam kebanyakan perusahaan. Proses pembuatan strategi perusahaan yang mempertimbangkan tanggung jawab sosial meliputi : 19 19 Ibid, hal. 212. 1 menjaga aktivitas organisasitetap mengacu pada norma yang sesuai dengan kepentingan umum, Universitas Sumatera Utara 2 merespons secara positif ekspektasi dan prioritas sosial, 3 menunjukkan kemauan untuk bertindak tanpa melawan regulasi, 4 menyeimbangkan kepentingan stockholder dengan kepentingan yang lebih luas dari masyarakat secara menyeluruh, dan 5 menjadi warga negara yang baik dalam bermasyarakat.

F. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum skunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan analisa hukum perdata khususnya terhadap persoalan tanggung jawab sosial perusahaan social corporate responsibility berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, terkait dengan tanggung jawab organ perseroan dalam hal ini direksi dalam prinsip fiduciary responsibilty pada perseroan dan pemegang saham. Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini. Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata khususnya yang terkait dengan masalah tanggung jawab sosial perusahaan social corporate responsibility berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, terkait dengan tanggung jawab organ perseroan dalam hal ini direksi dalam prinsip fiduciary responsibilty pada perseroan dan pemegang saham. terkait Universitas Sumatera Utara dengan tanggung jawab organ perseroan dalam hal ini direksi dalam prinsip fiduciary responsibilty pada perseroan dan pemegang saham.

G. Sistematika Penulisan

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Yayasan Sebagai Pemegang Saham Melalui Penyertaan Modal Dalam PT Dikaitkan Dengan Prinsip Piercing The Corporate Veil

3 138 101

Tanggung jawab yayasan sebagai pemegang saham Melalui penyertaan modal dalam perseroan terbatas Dikaitkan dengan prinsip piercing the corporate veil

5 119 102

Analisis Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Perusahaan (Studi Pada PT. Inalum Asahan)

20 335 133

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh PT. Lafarge Cement Indonesia Terhadap Masyarakat Lhoknga Provinsi Aceh

10 126 163

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas dana reputasi perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia)

0 14 133

Tinjauan yuridis terhadap tanggung jawab perusahaan pengakuisisi dalam transaksi leveraged buyout

1 42 0

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) TERHADAP PERSEROAN TERBATAS (Studi di PT. Sri Rejeki Isman Tbk Suko

0 2 17

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TANGGUNG. docx

0 0 10

Corporate Social Responsibility PRODUK

0 0 11