yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota direksi atau dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan, maka dewan komisaris dapat
melakukan pengurusan perseroan. Ketentuan mengenai pemberhentian anggota direksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 105 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mutadis mutandis berlaku bagi pemberhentian anggota dewan komisaris.
61
1 Dasarnya adalah perjanjian.
B. Tinjauan Umum mengenai Pemegang Saham di Dalam Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas merupakan Badan hukum yang paling diminati pada saat ini. Hampir rata-rata setiap orang yang memiliki modal menengah ke atas
memilih berinvestasi atau melakukan bisnis dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas. Tanggung jawab pemegang saham pada Perseroan Terbatas
hanya sebatas besarnya saham yang dimiliki, sehingga apabila terjadi sesuatu pada Perseroan Terbatas tersebut, maka harta kekayaan pribadi si pemegang saham
aman. Perseroan terbatas menurut UU No. 40 tahun 2007 Pasal 1 angka 1 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-
Undang serta peraturan pelaksanaannya. Selain itu, perseroan terbatas sebagai badan hukum mempunyai 15 elemen
yuridis, elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut :
61
Pasal 119 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian sebagai dasar pendirian Perseroan Terbatas adalah perjanjian yang dibuat di antara para pendiri Perseroan Terbatas tersebut, sehingga
menimbulkan teori perjanjian yang menyatakan bahwa para pendiri Perseroan Terbatas, minimal harus 2 dua orang badan hukum. Menurut
Subekti, perjanjian ialah suatu peristiwa hukum dimana seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian ini
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas yang dinamakan asas
konsensualisme, yang berarti sepakat. Arti konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan sudah dilahirkan sejak detik tercapainya
kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan suatu
formalitas. Hukum perjanjian menganut sifat terbuka, artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan, hal ini diatur dalam Pasal
1338 KUHPerdata. Dua syarat yang pertama dalam Pasal 1338 KUHper, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau
subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir
Universitas Sumatera Utara
dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Apabila syarat objektif
tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu
perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum adalah gagal. Dengan demikian, maka
tiada dasar untuk saling menuntut di depan hakim. Dalam hal suatu syarat subjektif tidak terpenuhi, perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi
salah satu pihak yang mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang
tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu mengikat juga, selama tidak dibatalkan
oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi. 2
Adanya para pendiri. Para pendiri Perseroan Terbatas dalam literatur hukum sering juga disebut
dengan perintis yang terdiri dari minimal 2 dua orang. ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa pendiri wajib
menjadi Pemegang Saham tetapi tetap mempunyai kebebasan untuk mengalihkan sahamnya kepada pihak lain. Undang-Undang Perseroan
Terbatas memberikan kewenangan agar para pendiri dapat berbisnis untuk dan atas nama perusahaan, walaupun pendirian Perseroan Terbatas belum
sempurna dalam arti belum mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Asasi Manusia untuk selanjutnya disebut dengan Menkeh
Universitas Sumatera Utara
dan HAM, belum didaftarkan dan diumumkan. Meskipun demikian perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab para pendiri secara pribadi
apabila tidak segera diratifikasi ketika perseroan sudah menjadi badan hukum secara sempurna sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat 1 UU No.
40 tahun 2007. 3
Pendiri atau Pemegang Saham bernaung di bawah satu nama bersama Perseroan Terbatas harus mempunyai nama bersama atau tertentu terlepas
dari nama para pendirinya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar. oleh karena itu pengesahan nama Perseroan Terbatas tersebut dilakukan
bersama-sama dengan pengesahan anggaran dasarnya in casu dilakukan oleh Menkeh dan HAM.
4 Merupakan Badan Asosiasi dari Pemegang Saham atau hanya seorang
Pemegang Saham Berdasarkan prinsip teori klasik yaitu teori perjanjian yang dianut oleh negara Indonesia tersebut maka Perseroan Terbatas harus
mempunyai minimal 2 dua orang Pemegang Saham oleh sebab itu Perseroan Terbatas disebut sebagai asosiasi Pemegang Saham atau asosiasi
modal. 5
Merupakan hukum atau manusia semu atau badan intelektual Berdasarkan pengertian yuridis maka Perseroan Terbatas adalah suatu Badan
Hukum rechtpersoon, legal entity manusia semu artificial person atau Badan Intelektual Intelektual body. Sebagai suatu badan hokum, Perseroan
Terbatas mempunyai wewenang bertindak atas dan untuk nama sendiri baik diluar maupun didalam pengadilan, bertanggung jawab sendiri secara
Universitas Sumatera Utara
hukum, mempunyai harta kekayaan sendiri dan mempunyai pengurus, sehingga dengan demikian Perseroan Terbatas bertanggung jawab secara
penuh, sebab dengan beberapa pengecualian maka Direksi, Komisaris atau pun Pemegang Saham tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
tindakan hukum Perseroan Terbatas. 6
Diciptakan oleh hukum. Pengertian Perseroan Terbatas diciptakan oleh hukum adalah dalam proses
pendirian Perseroan Terbatas menurut Pasal 7 ayat 6 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa Perseroan Terbatas
memperoleh status badan hukumnya setelah akta pendiriannya telah disahkan oleh Menkeh dan HAM.
7 Mempunyai kegiatan usaha
Sesuai pengertian Perseroan Terbatas yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 40 tahun 2007 Perseroan Terbatas dan anggaran dasarnya maka
terlihat bahwa tujuan pendirian Perseroan Terbatas adalah melaksanakan satu atau beberapa bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang akan
diberikan kepada Pemegang Saham dalam bentuk deviden sesuai kebijaksanaan Perseroan Terbatas yang telah diputuskan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham 8 Berwenang melakukan kegiatan usaha.
Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum adalah merupakan subjek hukum, sehingga dapat melakukan kegiatannya sendiri seperti manusia yang
dilaksanakan oleh Direksi sebagai organ Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
9 Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh
perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan Perseroan Terbatas harus sesuai dengan ruang lingkupnya sebagaimana tercantum dalam anggaran
dasarnya, sebab apabila Perseroan Terbatas melakukan kegiatan diluar ruang lingkupnya maka berarti Perseroan Terbatas telah melakukan ultra vires dan
bertanggung jawab terhadap tindakannya tersebut. 10 Adanya modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor
Pengaturan tentang modal dasar authorized capital,modal ditempatkan issued capital dan modal disetor paid up capital terdapat dalam Pasal 26
UU No. 40 tahun 2007 yang menyatakan bahwa Perseroan Terbatas harus mempunyai modal-modal tersebut setelah Perseroan Terbatas memperolah
status badan hukum dan jumlah antara modal yang ditempatkan dan modal yang disetor.
11 Modal perseroan dibagi kedalam saham-saham. Prinsip hukum dalam suatu Perseroan Terbatas adalah bahwa tidak ada
modal yang tidak dapat dibagi ke dalam saham-saham dan tidak mungkin ada saham yang tidak diambil dari modal perseroan.
12 Eksistensinya terus berlangsung. Meskipun Pemegang Sahamnya silih berganti Perseroan Terbatas
mempunyai prinsip keterpisahan, sehingga akibatnya mempunyai eksistensi yang terpisah diantara perseroan sebagai badan hukum dengan Pemegang
Sahamnya. Dengan demikian Perseroan Terbatas dapat berlangsung terus,
Universitas Sumatera Utara
walaupun terjadi pergantian Pemegang Saham, peralihan saham atau adanya jaminan hutang.
13 Dapat menggugat dan digugat di pengadilan Perseroan Terbatas dalam melakukan kegiatannya tentu mempunyai
hubungan hukum dengan pihak lainnya. Dalam hubungan hukum tersebut seringkali terdapat tindakan-tindakan yang melanggar perjanjian yang sudah
disepakati, sehingga untuk mempertahankan haknya masing-masing, maka baik Perseroan Terbatas maupun pihak lain tersebut dapat menggugat atau
digugat di pengadilan. Apabila Perseroan Terbatas digugat maka sesuai prinsip perseroan yang menyatakan Perseroan Terbatas sebagai suatu badan
hukum mandiri dan terpisah yang dapat disita oleh pengadilan hanya aset perseroan
14 Mempunyai organ perusahaan Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Perseroan Terbatas mempunyai 3
tiga organ perusahaan yang berfungsi untuk melakukan kegiatannya sehari-hari yaitu Direksi, Komisaris, RUPS yang mempunyai tugas berbeda.
15 Berwenang menerima, mengalihkan, dan memegang aset–asetnya. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya Perseroan Terbatas mempunyai
kewenangan secara hukum untuk menerima,mengalihkan dan memegang aset-asetnya menurut peraturan yang berlaku. Pembatasan terhadap
kewenangan tersebut salah satunya dibidang hukum agraria yang melarang Perseroan Terbatas memiliki hak milik atas tanah, sehingga hanya
Universitas Sumatera Utara
diperbolehkan mempunyai hak guna usaha HGU, hak guna bangunan HGB, Hak pakai dan Hak sewa.
Mengenai pengambilalihan, UU No. 40 tahun 2007 menyatakan Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah
dikeluarkan dan atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham. Terdapat dua cara pengambilalihan menurut
Pasal 125 ayat 1, yaitu dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan dan pengambilalihan sahan yang akan dikeluarkan
oleh perseroan. Selain itu terdapat dua dalam pengambilalihan yaitu Melalui Direksi Perseroan atau langsung dari Pemegang Saham. Langkah-langkah yang
harus ditempuh sesuai dengan UU No. 40 tahun 2007 adalah sebagai berikut: 1. Rapat Umum Pemegang Saham dengan Kuorum RUPS dalam Rangka
Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan atau Pemisahan, Sesuai Pasal 89 UU No. 40 tahun 2007. Dalam organ RUPS arah kebijakan perusahaan
ditentukan. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan atau dewan
komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. Dalam melakukan
pengambilalihan langsung dari pemegang saham, rapat umum pemegang saham juga tetap diperlukan. RUPS untuk menyetujui penggabungan,
peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
hadir atau diwakili dalam RUPS. Keputusan sah apabila disetujui oleh paling
Universitas Sumatera Utara
sedikt ¾ bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorom kehadiran dan atau ketentuan tentang persyaratan
pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar. Dalam hal kuorum kehadiran tidak tercapai maka dapat diadakan RUPS kedua.
2. Rancangan Pengambilalihan.Rancangan pengambilalihan diatur dalam Pasal 125 ayat 6 UU No. 40 tahun 2007. rancangan pengambilalihan yang disusun
oleh direksi perseroan pengakuisisi serta direksi perseroan terakuisisi dan disetujui oleh komisaris dari masing-masing perseroan harus memuat:
a Nama dan tempat kedudukan dari perseroan yang akan mengambil alih dan perseroan yang akan diambil alih;
b Alasan serta penjelasan direksi perseroan yang mengambil alih dan direksi perseroan yang akan diambil alih;
c Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dengan Pasal 66 ayat 2 huruf a untuk tahun buku terakhir dan perseroan yang akan mengambil alih dan
perseroan yang akan diambil alih. d Tata cara penilaian dan konversi saham dan perseroan yang akan diambil
alihterhadap saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham;
e Jumlah saham yang akan diambilalih; f Kesiapan pendanaan;
g Neraca konsolidasi proforma perseroan yang akan mengambil alih setelah pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia;
Universitas Sumatera Utara
h Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap pengambilalihan;
i Cara penyelesaian status, hak, dan kewajiban anggota direksi, dewan komisaris, dan karyawan dari perseroan terakuisisi;
j Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dan pemegang sahan kepada
direksi perseroan; k Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil pengambialihan
apabila ada. Kewajiban membuat rancangan pengambilalihan ini tidak berlaku untuk pengambilalihan saham langsung dari pemegang saham,
Pasal 125 ayat 7 UU No. 40 tahun 2007. 3. Pengumuman dalam Surat Kabar
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 127 ayat 2 dianggap kontroversial bagi kalangan pebisnis, karena banyak transaksi komersial yang harus tertunda
karena dalam Pasal 127 ayat 2 dan Pasal 127 ayat 8 memuat: a Ketentuan wajib mengumumkan ringkasan rancangan paling sedikit dalam
satu surat kabar dan mengumumkan secara tertulis pada karyawan dari perseroan yang akan melakukan pengambilalihan dalam jangka waktu
paling lambat 30 tiga puluh hari sebelum pemanggilan RUPS. b Kewajiban pengumuman diatas berlaku juga pada pengambilalihan saham
langsung dari pemegang saham. Jangka waktu 30 hari tersebut tidak dapat disingkat dengan alasan apapun, meskipun telah lewat waktu 14 hari bagi
kreditur untuk menyatakan keberetan, Pasal 127 ayat 4 dan ayat 5. Setelah
Universitas Sumatera Utara
30 hari telah terlampaui, maka pemanggilan rapat umum pemegang saham dapat dilaksanakan sesuai dengan Pasal 82 ayat 1 UU No. 40 tahun 2007.
jangka waktu 14 hari dapat dikurangi apabila: a Keputusan RUPS tetap sah jika semua pemegang saham dengan hak
suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.
b Atau tidak perlu diadakan RUPS dan diganti dengan keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang saham dengan
hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani usul yang bersangkutan, sesuai dengan Pasal 91 Undang-Undang Perseroan
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. 4. Akta Pengambilalihan dan Akta Pemindahan Hak. Dari jalur manapun yang
ditempuh, keduanya harus dibuat dalam bentuk Akta Notaris dan berbahasa Indonesia, sesuai dengan Pasal 128 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 40 tahun 2007.
Selain itu diperlukan juga akta pemindahan hak saham Pasal 56. 5. Perubahan Anggaran Dasar atau Perubahan Pemegang Saham Kepada Menteri.
Pasal 131 mengharuskan untuk menindak lanjuti proses ini kepada Menteri, baik karena perubahan Anggaran Dasar, karena menggunakan cara saham
yang dikeluarkan dari perseroan Pasal 131 ayat 1 , maupun karena terjadi perubahan susunan pemegang saham Pasal 131 ayat 2 UU No. 40 tahun
2007.
Universitas Sumatera Utara
6. Pengumuman. Proses Pengambilalihan tidak terjadi dengan hanya 1 satu kali Pengumuman,
tetapi, setelah 30 tiga puluh hari terhitung sejak terjadinya Pengambilalihan , maka direksi dari perusahaan yang diambil alih harus mengumumkan dalam 1
satu surat kabar atau lebih, sesuai dengan Pasal 133 ayat 2 UU No. 40 tahun 2007.
C. Prinsip Fiduciary Responsibility dalam Perseroan Terbatas