BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL
KORPORASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
A. Pengertian dan Dasar Tanggung Jawab Sosial Korporasi Corporate
Social Responsibility
Semenjak keruntuhan rezim diktatoriat Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap
perkembangan dunia bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para
pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan
usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya.
Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai Corporate
Social Responsibility CSR. Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri
saja sehingga ter-alienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan
adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah merupakan suatu konsep
27
Universitas Sumatera Utara
bahwa organisasi, khususnya bukan hanya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Lebih lanjut disebutkan bahwa tanggung jawab sosial berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya
berdasarkan faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekwensi sosial dan lingkungan untuk saat
ini maupun untuk jangka panjang.
20
Menurut Baker, tanggung jawab sosial adalah bagaimana cara perusahaan mengelola proses bisnisnya untuk menghasilkan segala hal yang
positif yang berpengaruh terhadap lingkungannya. Tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai cara perusahaan mengatur proses produksi yang berdampak
positif pada komunitas. Dapat pula dikatakan, sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan untuk meraih keuntungan, baik internal
pekerja, shareholder, maupun eksternal kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain.
Esensi tanggung jawab sosial. Pada dasarnya, bentuk tanggung jawab sosial perushaan dapat beraneka ragam. Dari yang bersifat charity sampai pada kegiatan
yang bersifat pengembangan komunitas Community Development.
21
Menurut Andi Firman tanggung jawab sosial adalah suatu konsep yang bermaterikan tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan kepada
20
http:www.wikipedia.org.
21
A. Martanti Dwifebri, 2007, “Corporate Social Responsibility CSR seharusnya ikut serta perbaiki perekonomian bangsa” diakses dari situs : http:72.
14.235.104search?q=cache:HN9RRTtGGung J:www.isei.or.idpage.php3Fid,112920
Universitas Sumatera Utara
masyarakat luas, khususnya di wilayah perusahaan tersebut beroperasi. Tanggung jawab sosial dapat berupa program yang memberikan bantuan modal kerja lunak
bagi para petani, nelayan, pengusaha kecil, pemberian beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa terutama yang tidak mampu dan berprestasi, perbaikan infrastruktur
jalan, gedung-gedung sekolah, sarana keagamaan dan olah raga, pendidikan dan pelatihan keperempuanan dan pemuda, serta pemberdayaan masyarakat adat.
Termasuk pula memelihara kondisi alam agar tetap dalam kondisi yang sehat dan seimbang. Pada posisi demikian, perusahaan telah ikut serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Economic Growth masyarakat dari segi ekonomis dan ekologis.
22
Menurut Bank Dunia tanggung jawab sosial perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi
manusia, interaksi dan keteribatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan,
kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan.
23
Baker menyebutkan bahwa ada dua model penerapan tanggung jawab sosial. Model tersebut adalah: 1 Model Amerika – Tradisional. Model ini lebih
bersifat filantropiskaritas. Pada model ini perusahaan mendapatkan laba sebesarbesarnya, melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
menyumbangkan keuntungannya kepada masyarakat. 2 Model Eropa-Modern. Model ini lebih integrative, memfokuskan diri pada bidang usaha utama
perusahaan yang dijalankan dengan tanggung jawab terhadap masyarakat. Dengan adanya
tanggung jawab sosial sebenarnya perusahaan diuntungkan karena dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik serta dapat menumbuhkan citra positif
perusahaan, tentu hal ini dapat meningkatkan iklim bisnis bagi perusahaan.
24
22
Yenni Mangoting, Biaya Tanggung Jawab Sosial sebagai Tax Benefit, diakses dari situs : Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http:puslit.petra.ac.idjournalsaccounting
23
A. Martanti Dwifebri, Op.cit.
24
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat tempatan. Secara teoretik, CSR dapat
didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategicstakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah
kerja dan operasinya. CSR memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas.
Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa
merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak
memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral
dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.
25
Menilik sejarahnya, gerakan CSR modern yang berkembang pesat selama dua puluh tahun terakhir ini lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat
sipil dan jaringannya di tingkat global. Keprihatinan utama yang disuarakan adalah perilaku korporasi, demi maksimalisasi laba, lazim mempraktekkan cara-
cara yang tidak fair dan tidak etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi. Beberapa raksasa korporasi
transnasional sempat merasakan jatuhnya reputasi mereka akibat kampanye dalam skala global tersebut.
26
25
Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Seminar Sehari A Promise of Gold Rating : Sustainable CSR Tanggal 23 Agustus 2006, dapat juga diakses dari situs :
http:www.menlh.go.id236
26
The Business Watch Indonesia, Desember 2007 336
Universitas Sumatera Utara
Hingga dekade 1980-90 an, wacana CSR terus berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 menegaskan konsep sustainibility development
pembangunan berkelanjutan sebagai hal yang mesti diperhatikan, tak hanya oleh negara, tapi terlebih oleh kalangan korporasi yang kekuatan kapitalnya makin
menggurita. Tekanan KTT Rio, terasa bermakna sewaktu James Collins dan Jerry Porras meluncurkan Built To Last; Succesful Habits of Visionary Companies di
tahun 1994. Lewat riset yang dilakukan, mereka menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan yang terus hidup bukanlah perusahaan yang hanya mencetak
keuntungan semata. Di Indonesia sendiri, munculnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas menandai babak baru pengaturan CSR. Selain itu, pengaturan tentang CSR juga tercantum di dalam Undang-Undang No. 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai CSR sudah dimulai jauh sebelum kedua undang-undang tersebut disahkan. Salah
satu pendorong perkembangan CSR yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-mata untuk mencari keuntungan
saja, melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial. Adapun pengaturan CSR di dalam di dalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun
2007, diatur sebagai berikut : 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Sedangkan pengaturan di dalam No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal., yaitu di dalam Pasal 15 huruf b adalah sebagai berikut:“Setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Kemudian di dalam Pasal 16 huruf d disebutkan sebagai berikut: “Setiap
penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup.” Namun demikian, pengaturan CSR di dalam peraturan perundangan-
undangan Indonesia tersebut masih menciptakan kontroversi dan kritikan. Kalangan pebisnis CSR dipandang sebagai suatu kegiatan sukarela, sehingga tidak
diperlukan pengaturan di dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Ketua Umum Kadin, Mohammad S. Hidayat, CSR adalah kegiatan di luar kewajiban
perusahaan yang umum dan sudah ditetapkan dalam perundang-undangan formal, sehingga jika diatur akan bertentangan dengan prinsip kerelaan dan akan
memberikan beban baru kepada dunia usaha
B. Standard Tanggung Jawab Sosial Korporasi Corporate Social