exercise Rights. Oleh karena itu, persentase kepemilikannya atas seluruh saham-saham perusahaan publik tersebut akan berkurang.
e. Klasifikasi saham berbeda
Namun pemegang saham yang terdilusi tersebut dapat meminta agar saham-saham yang dimiliknya pra Right Issue memilik hak-hak
istimewa dibandingkan saham-saham yang diterbitkan pasca Right Issue
. Dengan demikian, akan ada klasifikasi saham yang berbeda, dengan hak-hak berbeda, antara saham-saham pra dan pasca Rights
Issue .
D. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
Perusahaan publik tidak hanya dapat menambahkan modalnya melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, tetapi juga dapat melalui
tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Peraturan Nomor IX. D. 4. tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
menjadi acuan bagi proses penambahan modal perusahaan publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia telah menggunakan sarana penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara
lain PT Bumi Resources Tbk BUMI dan PT Mobile-8 Telecom Tbk FREN. BUMI melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu untuk mengurangi hutang sebesar US 1 miliar selama
Universitas Sumatera Utara
12 bulan ke depan.
189
Sama halnya dengan FREN, emiten selular ini melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu untuk membayar hutang obligasi mereka yang akan jatuh tempo sebesar Rp. 606,5 miliar.
190
Adapun syarat-syarat penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat dilihat dari angka 2 Peraturan IX. D. 4 yang
menyatakan:
191
1 Perusahaan dapat menambah modal tanpa memberikan HMETD
kepada pemegang saham sebagaimanaditentukan dalam Peraturan Nomor IX. D. 1, sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar, dengan
ketentuan sebagai berikut : 1.
jika dalam jangka waktu 2 dua tahun, penambahan modal tersebut paling banyak 10 sepuluh perseratus dari modal
disetor; atau 2.
jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki posisi keuangan Perusahaan yang mengalami salah satu kondisi
sebagai berikut : a.
Bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 100
seratus perseratus dari modal disetor atau kondisi lain yang
189
http:bisnis.vivanews.comnewsread153485 tambah_modal_tanpa_hmetd__bumi_pangkas_utang diakses tanggal 5 Juli 2010
190
Kontan, Jumat, 8 September 2010, Hal. 5.
191
Angka 2 Peraturan Nomor IX. D. 4
Universitas Sumatera Utara
dapat mengakibatkan restrukturisasi bank oleh instansi Pemerintah yang berwenang;
b. Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih
negatif dan mempunyai kewajiban melebihi 80 delapan puluh perseratus dari aset Perusahaan tersebut pada saat
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS yang menyetujui penambahan modal; atau
c. Perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari
kegagalan atas kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi dan jika pemberi pinjaman tidak terafiliasi
tersebut menyetujui untuk menerima saham atau obligasi konversi Perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut.
2 Penambahan modal tanpa HMETD wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan RUPS. Ketentuan tentang RUPS dalam penambahan modal tanpa Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu tunduk pada Peraturan Nomor IX. J. 1.
192
Perusahan publik yang ingin menambah modalnya tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu juga wajib memenuhi prinsip keterbukaan. Hal ini
terlihat ketentuan angka 4 huruf b yang menyatakan paling lambat 14empat belas hari sebelum RUPS, Perusahaan wajib mengumumkan
informasi kepada pemegang saham yang paling kurang memuat :
193
1. perkiraan periode pelaksanaan jika ada; dan
192
Angka 3 huruf a Peraturan Nomor IX. D. 4
193
Angka 3 huruf b Peraturan Nomor IX. D. 4
Universitas Sumatera Utara
2. analisis dan pembahasan manajemen mengenai kondisi keuangan
Perusahaan sebelum dan sesudah penambahan modal tanpa HMETD serta pengaruhnya terhadap pemegang saham setelah penambahan
modal; dengan memenuhi prinsip keterbukaan.
Selain itu, ada bebeapa hal mengenai pelaksanaan penambahan modal tanpa HMETD wajib diungkapkan sebagaimana yang terdapat
pada angka 4 yaitu:
194
a. Paling lambat 5 lima kerja sebelum pelaksanaan penambahan modal
tanpa HMETD, hari Perusahaan wajib memberitahukan kepada Bapepam dan LK serta mengumukan kepada masyarkat kepada
masyarakat mengenai waktu pelaksanaan penambahan modal tersebut. b.
Paling lambat 2 dua hari kerja setelah pelaksanaan penambahan modal tanpa HMETD, Perusahaan wajib memberitahukan kepada
Bapepam dan LK serta masyarakat mengenai hasil pelaksanaan penambahan modal tersebut, meliputi informasi antara jumlah dan
harga saham yang diterbitkan.
194
Angka 4 Peraturan Nomor IX. D. 4
Universitas Sumatera Utara
E. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu HMETD yang Dilakukan
dengan Transaksi yang Mempunyai Benturan Kepentingan
UUPM mengatur mengenai transaski yang mengandung benturan kepentingan conflict of interest dalam Pasal 82 ayat 2. UUPM
mencantumkan ketentuan mengenai hal ini menandakan bahwa praktik demikian telah berlangsung lama dan berpotensi merugikan salah piahk,
karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi. UUPM pasal 82 ayat 2 menyebutkan, “Bapepam dapat
mewajibkan emiten atau perusahaaan publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen secara sah dapat
melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu kepentingan- kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan
kepentingan ekonomis pribadi direksi atau komisaris atau juga pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik.” Bapepam mempertegas
kata dapat mewajibkan pada UUPM Pasal 82 ayat 2 menjadi keharusan melalui Peraturan Nomor IX. E. 1. Tentang Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu, “Jika suatu transaksi di mana seorang komisaris, direktur, atau pemegang saham utama mempunyai benturan kepentingan
maka transaksi yang dimaksud harus disetujui oleh para pemegang saham independen atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu sebagai
Universitas Sumatera Utara
diatur dalam peraturan ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus ditegaskan dalam bentuk akta notariil.”
195
Dalam kaitannya dengan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, angka 9 Peraturan Nomor IX. D. 1
menyatakan dalam suatu rencana Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sebagian atau seluruh dana hasil
Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut akan digunakan untuk transaksi yang mempunyai benturan kepentingan,
maka wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor IX. E. 1.
196
Peraturan ini merupakan salah satu Peraturan Bapepam yang sangat mencerminkan pentingnya diterapkan prinsip-prinsip GCG dalam
suatu perusahaan. Menurut peraturan ini, emiten diwajibkan melakukan transaksi secara jujur, benar, dan demi kepentingan semua pemegang
saham serta dilarang melakukan transaksi yang menguntungkan pihak- pihak tertentu. Setiap terjadi transaksi yang memilik benturan
kepentingan ekonomi antara organ perusahaan, seperti direksi, dan komisaris dengan perusahaan itu sendiri, maka harus terlebih dahulu
dilakukan RUPS independen. Hal ini menunjukkan adanya penerapan prinsip kewajaran, transparansi dan juga akuntabilitas.
197
195
M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.241.
196
Angka 8 Peraturan Nomor IX. D. 1.
197
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance
, cet 2Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Hal. 120.
Universitas Sumatera Utara
Secara prinsip peraturan ini bertujuan :
198
1. Melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya
merupakan pemegang saham minoritas dari perbuatan yang melampaui kewenangan direksi dan komisaris serta pemegang saham utama dalam
melakukan transaksi benturan kepentingan tertentu UUPM Pasal 82 Ayat 2 jo. Peraturan IX. E. 1.
2. Mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh direksi,
komisaris, atau pemegang saham utama untuk melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan tertentu UUPM Pasal 82
ayat 2 jo. Peraturan Nomor IX. E. 1. 3.
Melaksanakan prinsip keterbukaan dan penghormatan terhadap hak pemegang saham berdasarkan asas kesetaraan, persetujuan pemegang
saham independen yang mewakili lebih dari 50 saham yang ada merupakan keharusan UUPM Pasal 86 ayat 1.
Dengan adanya peraturan ini, setiap pemegang saham secara hukum dinyatakan berhak untuk ikut menentukan kebijakan perseroan
berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS yang teramat penting dan membawa dampak bagi
kepentingan pemegang saham.
199
Dengan demikian, jika terdapat pertentangan kepentingan ekonomis antara kepentingan perseroan dengan kepentingan direksi,
komisaris, atau pemegang saham utama, maka kepentingan perseroanlah
198
M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.242.
199
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang harus didahulukan, “Direksi atau organ perusahaan lainnya tidak diperbolehkan mengambil kesempatan untuk memperoleh keuntungan
untuk dirinya sendiri, jika kesempatan itu sebenarnya dapat diberikan kepada perseroan.
200
Apabila direksi, komisaris atau pemegang saham utama mengabaikan kepentinagan perseroan demi keutungan diri sendiri, maka
mereka yang akan bertanggung jawab atas tindakan ultra vires terebut yang dibebankan pada tanggung jawab pribadi, antara lain berdasarkan
doktrin piercing the corporate veil.
201
Sejumlah modus transaksi yang dapat dikategorikan sebagai transaksi yang mengandung benturan kepentingan menurut Peraturan
Nomor. IX. E. 1 adalah perusahaan publik atau emiten :
202
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan. b.
Perolehan kontrak penting. c.
Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang materiel. d.
Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain. e.
Memberi pinjaman kepada perusahaan lain di mana direktur, komisaris, pemegang saham utama atau perusahaan terkendali dari
perusahaan publik menjabat pula sebagai pemegang saham, direktur, komisaris.
200
Chatamarrasjid. Ais, Menyingkap Tabir Perseroan Piercing The Corporate Veil Kapita Selekta Hukum Perusahaan
, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, Hal. 17.
201
Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, Bandung: Citra Aditya Bakti,2002, Hal. 117.
202
M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal. 247.
Universitas Sumatera Utara
f. Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain di mana pemegang sahm
utama, direktur, atau komisaris dari perusahaan publik merupakan pemegang saham atau direktur atau komisaris.
g. Mengalihkan aktiva perusahaan publik kepada pihak lain yang mana
turut berperan dalam transaksi tersebut pemegang saham utam, komisaris, atau direksi dari perusahaan publik atau emiten.
h. Memakai jasa perusahaan di mana pemegang saham utama,
direktur,komisaris dari perusahaan publik menjadi pemegang saham, direkur, atau komisaris.
i. Melakukan penyertaan pada perusahaaan lain. Perusahaan publik
melakukan penyertaan pada perusahaan lain yang mana pemegang saham utama, direksi, atau komisaris menjadi pemegang saham,
komisaris atau direksi pula pada perusahaan yang menerima penyertaan.
j. Menggunakan fasilitas pada perusahaan publik oleh perusahaan lain
baik afiliasi ataupun bukan. Perusahaan publik memberikan jasa penggunaan fasilitas kepada perusahaan yang mana pemegang saham
utama, komisaris, direksi menjadi pemegang saham atau menjadi anggota komisaris atau direksi dari perusahaan yang mempergunakan
fasilitas tersebut. k.
Perusahaan menggunakan fasilitas perusahaan lain oleh perusahaan publik. Perusahaan publik mempergunakan fasilitas perusahaan lain
yang mana pemegang saham utama, komisaris, atau direksi perusahaan
Universitas Sumatera Utara
publik merupakan pemegang saham, direksi atau komisaris dari pemberi fasilitas.
l. Dan transaksi lain yang berindikasikan adanya benturan kepentingan.
Dengan demikian, apabila sebagian atau seluruh penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berkaitan dengan
modus-modus di atas, perusahaan publik tersebut harus memenuhi syarat- syarat yang terdapat dalam Peraturan IX. E. 1.
Transaksi benturan kepentingan tertentu tetap dapat dilakukan dan sah bila mengikuti Peraturan IX. E. 1. angka 2, yaitu harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan oleh pemegang saham independen. Persetujuan tersebut dituangkan ke dalam akta notariil. Peraturan Nomor IX. E. 1.
angka 9 dan 10 mensyaratkan bahwa RUPS untuk transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dapat dilakukan sampai tiga kali.
203
RUPS Pertama :
204
1. Harus dihadiri pemegang saham independen yang mewakili lebih
dari 50 saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen; 2.
Harus disetujui oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50 saham pemegang saham independen.
Dalam hal RUPS pertama tidak tercapai kuorum, maka RUPS kedua harus segera dilakukan. RUPS kedua :
205
1. Dihadiri oleh pemegang saham independen yang mewakili oleh saham
yang dimiliki oleh pemegang saham independen;
203
M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.249-250.
204
Ibid. , Hal. 250
205
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2. Disetujui oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari
50 saham yang dimilik oleh pemegang saham independen; 3.
Pemberian suara dapat dilakukan langsung oleh pemegang saham atau kuasanya.
Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, maka RUPS ketiga harus dilakukan. RUPS :
206
1. Mendapat persetujuan dari Bapepam;
2. Telah diumumkan kepada masyarkat;
3. Disetujui pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50
saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen yang hadir. Jika dalam RUPS yang ketiga tidak juga mendapat persetujuan
pemegang saham independen, maka transaksi tidak boleh diajukan kembali dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal penolakan Peraturan
Bapepam IX. E. 1. angka 11. Untuk pelanggaran atas ketentuan ini Bapepam dapat mengenakan sanksi administratif angka 13.
207
Pemegang saham independen adalah pemegang saham yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan suatu transaksi tertentu dan
atau bukan merupakan pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama yang mempunyai benturan kepentingan atau
transaksi tertentu.
208
206
Ibid.
207
Ibid.
208
I Made B. Tirthayata, Peraturan Bapepam Atas Merger dan Akuisusi, Warta Bapepam, 2005, Hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Setiap rencana transaksi yang mengandung benturan kepentingan harus diungkapkan terlebih dahulu, karena informasi itu merupakan
panduan penting bagi pemegang saham, atau investor untuk mengambil keputusan. Semua transaksi yang tersebut harus diungkapkan secepat
mungkin paling lambat dua hari setelah transaksi.
209
F. Aspek Perlindungan Saham Minoritas dengan Adanya Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.