Akibat-akibat Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu HMETD dalam Pasar Modal

perusahaan yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari pihak tertentu untuk membeli Efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran atas Efek dalam hal terdapat sisa Efek yang tidak diambil. 179

C. Akibat-akibat Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu HMETD dalam Pasar Modal

Pihak yang akan membeli sisa Efek yang tidak diambil tersebut sering disebut juga dengan pembeli siaga standing buyer. Akibat-akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu utamanya berkaitan dengan angaran dasar dan jenis-jenis modal perusahaan publik terebut. Menurut M. Yahya Harahap, ada 3 tiga jenis modal perseroan yaitu: 180 a. Modal Dasar Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang disebut dalam anggaran dasar. Hal ini ditegaskan pada pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Modal dasar Perseroan pada prinsipnya merupakan total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran dasar sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar. Jumlah yang ditentukan dalam anggaran dasar, merupakan “nilai nominal yang murni”. Dengan demikian, setiap lembar saham, 179 Angka 26 Peraturan Nomor IX. D. 1 180 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, Hal. 233 Universitas Sumatera Utara mempunyai “nilai nominal” yang akan menjadi nilai nominal modal dasar Perseroan, yang sama nilainya dengan nilai nominal seluruh saham. Pasal 32 ayat 1 UUPT 2007, modal Perseroan yang dibenarkan paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. b. Modal Ditempatkan Modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu diserahkan kepadanya untuk dimiliki. Berdasar ketentuan pasal 33 ayat 1 UUPT 2007, paling sedikit 25 dari modal dasar, harus ditempatkan. 181 c. Modal Disetor Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar Perseroan. 182 Menurut Karimsyah Law Firm, ada 5 lima akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Rights Issue bagi perusahaan publik, yaitu : 183 a. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Publik. Terjadi karena peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor perusahaan penerbit Rights. Juga mungkin sering terjadi peningkatan modal dasar perusahaan publik Tersebut dalam hal penambahan modal disetor melebihi modal dasar. 181 Ibid., Hal. 236 182 Ibid. 183 http:www.karimsyah.comimagescontentarticle20050922170905.pdf, diakses tanggal18 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara Pasal 15 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menentukan bahwa anggaran dasar perseroan memuat besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu akan mengakibatkan perubahan anggaran dasar suatu perseroan. 184 b. Perubahan Anggaran Dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM Menurut Pasal 21 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri. 185 Dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 16 dikatakan bahwa Menteri dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan hak asasi manusia Menteri Hukum dan HAM. 186 Pasal 21 ayat 2 menyatakan perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM meliputi : 187 a. nama Perseroan danatau tempat kedudukan Perseroran; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; c. jangka waktu berdirinya Perseroan; d. besarnya modal dasar; e. pengurangan modal ditempatkan dan disetor; danatau; 184 Pasal 15 ayat 3 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 185 Pasal 21 ayat 1Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 186 Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 187 Pasal 21 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara f. status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya. Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 3 menegaskan bahwa perubahan anggaran dasar selain sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 cukup diberitahukan kepada Menteri. 188 c. Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM Dengan demikian, apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan terjadinya perubahan modal ditempatkan dan disetor, maka perubahan anggaran dasar tersebut cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM. Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 2 huruf d menyatakan perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM meliputi besarnya modal dasar. Dengan demikian, apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan terjadinya perubahan modal dasar, maka perubahan anggaran dasar tersebut harus melalui persetujuan Menteri Hukum dan HAM. d. Dilusi kepemilikan pemegang saham lama Pemegang saham yang menjual Rights-nya, tentunya tidak akan memperoleh saham baru yang diterbitkan sebagai pelaksanaan 188 Pasal 21 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara exercise Rights. Oleh karena itu, persentase kepemilikannya atas seluruh saham-saham perusahaan publik tersebut akan berkurang. e. Klasifikasi saham berbeda Namun pemegang saham yang terdilusi tersebut dapat meminta agar saham-saham yang dimiliknya pra Right Issue memilik hak-hak istimewa dibandingkan saham-saham yang diterbitkan pasca Right Issue . Dengan demikian, akan ada klasifikasi saham yang berbeda, dengan hak-hak berbeda, antara saham-saham pra dan pasca Rights Issue .

D. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu