NPL Non Performing Loan Kredit bermasalah

aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman subordinasi. Sedangkan yang dimaksud dengan ATMR adalah aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko kredit yang melekat dan beberapa pos dalam off-balance sheet yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko kredit yang melekat. ATMR diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva dengan bobot risiko. Semakin likuid aktiva risikonya nol dan semakin tidak likuid bobot risikonya 100, sehingga risiko berkisar antara 0 - 100. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit sehingga meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI 2001 besarnya CAR perbankan untuk saat ini minimal 8 dan menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP Tanggal 31 Mei 2004 CAR dirumuskan sebagai berikut : CAR = ����� ���� x 100

2.4 NPL Non Performing Loan Kredit bermasalah

Salah satu kegiatan utama lembaga keuangan termasuk bank adalah menyalurkan dana kepada masyarakat. Penerimaan yang utama dari bank diharapkan dari penyaluran kredit. Mengingat penyaluran kredit ini tergolong aktiva produktif atau tingkat penerimaanya tinggi, maka sebagai konsekuensinya penyaluran kredit juga mengandung risiko yang relatif lebih tinggi dari pada aktiva lain. Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank Universitas Sumatera Utara dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit merupakan salah satu bentuk dari aktiva produktif Sinungan, 2000: 67. Salah satu risiko yang dihadapi suatu bank ialah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan atau yang disebut dengan risiko kredit. NPL adalah perbandingan total pinjaman yang diberikan bermasalah dengan total pinjaman diberikan pada Dana Pihak Ketiga DPK tidak termasuk pada bank lain. ��� = ������ ���������ℎ ����� ������ � 100 Risiko kredit umumnya timbul dari berbagai kredit masuk yang tergolong kredit bermasalah. Keberadaan NPL dalam jumlah yang banyak memberikan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu, bank dituntut untuk selalu menjaga kreditnya agar tidak masuk dalam golongan kredit bermasalah NPL. Risiko yang dihadapi bank merupakan risiko tidak terbayarnya kredit yang disebut dengan default risk atau risiko kredit. Meskipun risiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat yang wajar berkisar antara 3-5 dari total kreditnya. Kredit yang termasuk dalam kategori NPL adalah kredit kurang lancar sub standart, kredit diragukan doubtfull dan kredit macet loss. Simorangkir, 2004: 148 menyebutkan beberapa penyebab terjadinya Non Performing Loan atau kemacetan fasilitas kredit adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Faktor intern bank: a. Penyelenggaraan analisis kredit yang kurang mampu atau karena pimpinan bank mendapat tekanan dari pihak luar. b. Pimpinan bank terlalu agresif untuk menyalurkan kredit. c. Campur tangan para pemegang saham yang berlebihan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit. 2. Ketidaklayakan debitur: a. Debitur menderita sakit berat, kecelakaan atau meninggal dunia. b. Penghasilan tetap terganggu. 3. Pengaruh faktor ekstern: a. Penurunan kondisi ekonomi b. Bencana alam c. Peraturan Pemerintah Dampak dari keberadaan Non Performing Loan dalam jumlah besar tidak hanya berdampak pada bank yang bersangkutan, tetapi juga meluas dalam cakupan nasional apabila tidak dapat ditangani dengan tepat. Dendawijaya 2004: 113 mengemukakan dampak Non Performing Loan yang tidak wajar sebagai berikut: 1. Hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan income dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk memberikan kredit. 2. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang menggambarkan situasi memburuk. Universitas Sumatera Utara 3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besar modal bank. 4. Menurunkan tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan kesehatan bank dengan analisis CAMELS. Rasio NPL menunjukkan tingkat kredit bermasalah yang dimiliki bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan likuiditas memburuk atau menurun. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.330DPNP2001 kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Sedangkan kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Tabel 2.2 Kriteria Kredit bermasalah No Klasifikasi Kredit Kriteria 1. Lancar Angsuran pokok dan bunga lancar, mutasi rekening aktif dan tersedia agunan tunai yang cukup 2. Dengan perhatian Khusus terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga kurang dari 90 hari, mutasi rekening relatif aktif dan didukung pinjaman baru. 3. Kurang Lancar Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga antara 90- 180 hari, mutasi rekening relatif tidak aktif dan ada indikasi masalah keungan. 4. Diragukan Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga antara 90- 270 hari, terdapat cerukan permanen dan terjadi kapitalisasi bunga. 5. Macet Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga lebih dari 270 hari, terdapat cerukan permanen dan kerugian yang terjadi ditutup dengan pinjaman baru. Sumber: www.bi.go.id Universitas Sumatera Utara

2.5 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional Operating