Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu
jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring,
transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman,
seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.
2.2 Loan to Deposit Ratio
Salah satu rasio keuangan yang menganalisis tingkat kesehatan Bank adalah LDR. LDR berkaitan dengan perhitungan rasio likuiditas, sehingga melalui rasio ini
dapat diketahui tingkat likuiditas suatu bank. Simorangkir 2004: 142 menyatakan bahwa likuiditas dapat dibedakan dalam
bentuk penarikan titipan yang dinamakan deposit liquidity dan likuiditas dalam proyeksi pemberian pinjaman yang disebut portofolio liquidity. Kedua bentuk ini
sangat peka terhadap kepercayaan masyarakat. Dapat dibayangkan, jika deposan akan menarik atau menguangkan kembali titipannya dan bank tidak mampu
membayarnya, maka akan timbul keresahan nasabah. Seandainya nasabah berbondong-bondong datang ke bank dan jika bank tidak mampu melunasi
kewajibannya, dengan sendirinya bank tidak lagi dipercaya masyarakat. Di pihak lain, portofolio liquidity, juga tidak kalah pentingnya. Seandainya bank berjanji
memberikan pinjaman tunai hari ini tetapi tidak dilaksanakan, kepercayaan akan hilang. Baik deposit liquidity maupun portofolio liquidity, keduanya sama
pentingnya dan harus dikelola secara seimbang.
Universitas Sumatera Utara
Bank yang terlalu berhati-hati dalam menjaga likuditasnya akan cenderung memelihara alat likuid yang relatif besar dari yang diperlukan dengan maksud
untuk menghindari risiko kesulitan likuiditas, namun di sisi lain bank tersebut juga dihadapkan kepada biaya yang besar berkaitan dengan pemeliharaan alat
likuid yang berlebihan. Oleh karenanya, dalam manajemen likuiditas diperlukan adanya keseimbangan antara dua kepentingan di atas Muljono 2003: 430.
Secara umum kekurangan likuiditas diakibatkan oleh penarikan deposito secara tiba-tiba yang memaksa bank untuk meminjam dana dengan bunga yang tinggi
dari bank lain Rose 2004: 184, untuk itu diperlukan cara untuk menjaga likuiditas Bank dalam berbagai kondisi.
Koch 2003: 551 mengungkapakan bahwa ada berbagai teori untuk mengelola likuiditas, antara lain:
a. Commercial loan theory, yang menitik beratkan pada kemampuan sisi aktiva bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas
bank akan terjamin apabila aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dapat digunakan sebagai sumber pelunasan.
b. Doctrine of asset shifability bertitik tolak dari asumsi bahwa bank akan dapat segera memenuhi kebutuhan likuiditasnya apabila bank memberikan kredit
dalam bentuk shiftable loan yaitu pinjaman yang harus dibayar dengan pemberitahuan sebelumnya disertai jaminan surat-surat berharga.
c. Theory of shiftability to the market yang menyebutkan bahwa likuiditas akan terjamin apabila bank memiliki portofolio surat-surat berharga yang berkualitas
tinggi dan dapat segera dicairkan.
Universitas Sumatera Utara
d. The anticipated income theory yang menyatakan bahwa sumber pemenuhan likuiditas bank dapat diperoleh dari kemampuan nasabah secara teratur
mengangsur atas pokok dan bunga kredit yang diperoleh dari sistem perbankan.
Menurut SE No.623DPNP Tanggal 31 Mei 2004, LDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak
ketiga. Melalui rasio LDR kita dapat mengetahui seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi LDR maka laba perusahaan
semakin meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil.
Komponen-komponen LDR yang berlaku di setiap bank antara lain Simorangkir, 2004: 145:
1. Pinjaman loans dapat mencakup pinjaman umum dalam rupiah, pinjaman dalam valas apabila bank pemberi kredit bank devisa. Kredit yang diberikan
tidak termasuk kredit kepada bank lain. 2. Dana Pihak ketiga yang didapat dalam bentuk:
a. Giro Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Universitas Sumatera Utara
b. Deposito atau simpanan berjangka Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.
c. Tabungan masyarakat Tabungan masyarakat adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. d. Melalui pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga
bulan tidak termasuk pinjaman subordinas, deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, surat berharga yang
diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, modal pinjaman dan modal inti.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang tertulis pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 1219 PBI2010 besarnya standar nilai LDR adalah antara 78-
100. Secara umum dapat dikatakan bahwa biasanya bank yang besar cenderung memiliki LDR yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank yang lebih kecil. Hal
ini dapat terjadi karena pinjaman yang diberikan bukan hanya dibiayai dari dana deposito berjangka tetapi juga berasal dari dana current account. Sifat current
account yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh pemiliknya dapat mengakibatkan masalah likuiditas dalam suatu bank karena dana masih tertanam di pinjaman
yang belum jatuh tempo. Sutojo, 2000: 177 mengungkapkan Rasio ini menggambarkan kemampuan bank
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah atau deposan dengan
Universitas Sumatera Utara
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank. Dendawijaya,
2004: 147 mengungkapkan rasio yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya, rasio yang
rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk
memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank memiliki LDR yang terlalu kecil maka bank akan
kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah kredit yang ada, sehingga bank akan dibebani dengan bunga simpanan yang besar sementara bunga
dari pinjaman yang telah diterima oleh bank terlalu sedikit. Jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya
pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian Siamat, 2000: 46. Selanjutnya LDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi
manajemen suatu bank. Manajemen bank konservatif biasanya cenderung memiliki LDR yang relatif rendah. Sebaliknya bila LDR melebihi batas toleransi
dapat dikatakan manajemen bank yang bersangkutan sangat ekspansif atau agresif Sutojo, 2000: 177.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Capital Adequacy Ratio