IPS SMPMTs Kelas VIII
121
karena saat itu muncul organisasi-organisasi lain seperti Sarekat Islam dan Indishce Partij.
Sejak pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914 sampai 1919 terlihat usaha- usaha Budi Utomo terjun ke bidang politik. Akan tetapi karena tidak mendapat
dukungan massa maka kedudukan secara politik kurang begitu penting. Namun ada hal yang penting yakni bahwa Budi Utomo merupakan organisasi sosial
kebangsaan yang pertama berdiri di Indonesia dan di situlah terdapat benih semangat nasional yang pertama. Oleh karena itu tanggal kelahiran Budi Utomo, 20 Mei,
diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.
b. Sarekat Islam SI
Pada tahun 1909, Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan perkumpulan dagang di Jakarta dengan nama
Sarekat Dagang Islam SDI. H. Samanhudi seorang pedagang batik
dari Laweyan Solo merasa tertarik dengan organisasi dagang ini. Akhirnya ia mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo
pada akhir tahun 1911. Tujuannya adalah untuk memaju- kan agama, dan untuk memperkuat diri bagi golongan
pedagang-pedagang Indonesia terhadap pedagang- pedagang Cina. Pada waktu itu pedagang Cina memegang
peranan penting dalam leveransir bahan-bahan yang diperlukan oleh perusahaan batik. Dalam mendirikan
Sarekat Dagang Islam di Solo, H. Samanhudi mengajak pedagang-pedagang batik terkenal di antaranya
M.Asmodimejo, M. Kertotaruno, M. Sumowerdoyo, dan H.M. Abdulrajak. Organisasi yang baru didirikan tersebut
diketuai oleh H. Samanhudi. Berdirinya Sarekat Islam selain didorong oleh faktor ekonomi juga dilandasi oleh faktor agama.
Pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi
Sarekat Islam. Hal ini dilakukan atas saran Haji Oemar Said Tjokroaminoto, seorang pelajar
Indonesia yang bekerja pada perusahaan dagang di Surabaya. Alasan perubahan nama ini adalah agar perkumpulan itu jangkauannya lebih luas tidak terbatas pada
golongan pedagang saja.
Tujuan Sarekat Islam sesuai anggaran dasarnya adalah sebagai berikut. 1
Memajukan perdagangan. 2
Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami kesulitan. 3
Memajukan kepentingan rokhani dan jasmani dari penduduk asli. 4
Memajukan kehidupan agama Islam. Dalam waktu singkat Sarekat Islam berhasil mendapat anggota di kalangan
rakyat banyak sehingga meluas menjadi organisasi massa yang pertama di Indonesia. Hal ini berbeda dengan Budi Utomo yang dalam praktiknya hanya beranggotakan
rakyat dari golongan atas.
Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT . Mutiara Sumber Widya, hal. 9
Gambar 6.14 H. Samanhudi
Di unduh dari : Bukupaket.com
122
IPS SMPMTs Kelas VIII
Walaupun tujuan Sarekat Islam yang dirumuskan tidak bersifat politik, akan tetapi kegiatan-kegiatannya memperjuangkan keadilan dan kebenaran dari
penindasan pemerintah kolonial. Kenyataan ini membuat pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir. Oleh karena itu, yang mendapat ijin pendirian hanya tingkat lokal
cabang. Sedangkan ijin pendirian Sarekat Islam tingkat pusat ditolak. Bagaimana menurut pendapat anda sikap Belanda yang demikian ini?
Kongres pertama Sarekat Islam dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Dalam kongres ini, beliau menerangkan
bahwa Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak beraksi melawan pemerintah Belanda. Pada waktu itu anggota Sarekat Islam semakin bertambah. Di Jakarta
berjumlah kurang lebih 12.000 anggota.
Kongres Sarekat Islam kedua dilaksanakan di Solo. Kongres kedua ini memutuskan bahwa Sarekat Islam hanya
terbuka bagi rakyat biasa sedangkan pegawai pangreh praja tidak boleh menjadi anggota. Hal ini dimaksudkan agar Sarekat
Islam tetap merupakan organisasi rakyat.
Perkembangan Sarekat Islam semakin pesat. Pada tahun 1914 telah berdiri 56 Sarekat Islam Cabang. Pada bulan Februari
1915, Pimpinan Sarekat Islam membentuk pengurus pusat yang dikenal dengan Central Sarekat Islam CSI yang
berkedudukan di Surabaya. Sebagai ketua kehormatan adalah H. Samanhudi, H.O.S. Tjokroaminoto sebagai ketua, dan Raden
Gunawan sebagai wakil ketua. Pada tanggal 18 Maret 1916, Central Sarekat Islam ini mendapat pengakuan dari pemerintah
Hindia - Belanda. Beberapa tokoh Sarekat Islam yang lain adalah Abdul Muis, Wignyodisastro, dan Soewardi Soerjaningrat. Ketiga orang ini merupakan pengurus
SI di Bandung. Tokoh lain yang bergabung ialah K.H. Agus Salim.
Pada tanggal 17 – 24 Juni 1916, diadakan kongres Sarekat Islam yang ketiga di Bandung. Kongres ini dinamakan Kongres SI Nasional Pertama. Jumlah cabang SI
ada 50, dan jumlah semua anggota pada waktu itu sudah mencapai 800.000. Dalam kongres ini, SI mulai melontarkan pernyataan bahwa rakyat perlu diberi kesempatan
berpartisipasi dalam politik
Pada tanggal 20 – 27 Oktober 1917, SI mengadakan kongres yang keempat Kongres Nasional Kedua di Jakarta. Dalam kongres ini di tubuh SI terdapat
perbedaan pendapat. Abdul Muis menyatakan perlunya SI berpartisipasi dalam Volksraad. Sebaliknya, Semaun dan sebagian kecil pimpinan SI menolak ikut dalam
Volksraad. Perpecahan di dalam tubuh SI ini memberikan peluang kepada H.J.F.M. Sneevliet dari golongan sosialis untuk memengaruhi sejumlah anggota SI Semarang
agar menjadi anggota ISDV Indische Sociaal Democratische Vereniging. Dengan taktik infiltrasi inilah golongan sosialis berhasil menyusup ke dalam tubuh SI. Seorang
tokoh komunis yang pernah tinggal di Moskwa, Darsono menyatakan tidak percaya pada kepemimpinan HOS. Tjokroaminoto.
Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT. Mutiara Sumber Widya, hal. 23
Gambar 6.15 H. Agus Salim
Di unduh dari : Bukupaket.com
IPS SMPMTs Kelas VIII
123
Memasuki tahun 1920 Sarekat Islam pecah menjadi dua yaitu: 1
SI yang berpaham Islam, dikenal dengan SI Putih atau golongan kanan. Kelompok ini dipimpin H.O.S. Tjokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto
yang berpusat di Yogyakarta.
2 SI yang berpaham Marxisme atau Komunisme, dengan SI Merah atau golongan
kiri. Kelompok ini dipimpin Semaun yang berpusat di Semarang. Pada akhir tahun 1921 dalam kongres keenam diputuskan adanya disiplin
partai yakni larangan anggota SI merangkap dua keanggotaan partai politik. Dengan demikian kelompok Semaun dapat terdepak dari SI. Pada tahun 1923, kelompok
Semaun ini secara resmi diakui sebagai cabang Partai Komunis Indonesia dengan nama Sarikat Rakyat.
Pada tanggal 17-20 Februari 1923, SI menyelenggarakan Kongres Nasional ketujuh di Madiun. Nama SI pada waktu itu diubah menjadi Partai Sarekat Islam
PSI. Kemudian atas pengaruh dr. Sukiman yang baru pulang dari Belanda, PSI diubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia PSII. Dalam perkembangannya
PSII pecah menjadi dua kelompok yakni kelompok Sukiman yang menghendaki PSII menekankan pada asas kebangsaan, dan kelompok HOS Tjokroaminoto yang
menekankan pada asas agama. Kelompok Sukiman mendirikan partai baru yakni Partai Islam Indonesia PARII. Pada tahun 1940, PSII pecah lagi menjadi PSII
Kartosuwiryo. Inilah perkembangan Sarekat Islam di mana untuk mencapai tujuannya harus menghadapi berbagai tantangan.
c. Indische Partij IP