Sebab-Sebab U mum Perlawanan Diponegoro 1825 – 1830

IPS SMPMTs Kelas VIII 83 Perundingan perdamaian ini adalah siasat mengulur waktu, agar dapat mengatur pertahanan lebih baik, yaitu membuat lubang yang menghubungkan pertahanan dalam benteng dengan luar benteng, di samping untuk mengetahui kekuatan musuh di luar benteng. Kegagalan perundingan ini menyebabkan berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus 1837. Belanda memerlukan waktu dua bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong, karena musuh berada dalam jarak dekat. Perkelahian satu lawan satu tidak dapat dihindarkan lagi. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Pasukan Padri terdesak dan benteng Bonjol dapat dimasuki oleh pasukan Belanda menyebabkan Tuanku Imam Bonjol beserta sisa pasukannya menyerah pada tanggal 25 Oktober 1937. Walaupun Tuanku Imam Bonjol telah menyerah tidak berarti perlawanan kaum Padri telah dapat dipadamkan. Perlawanan masih terus berlangsung dipimpin oleh Tuanku Tambusi pada tahun 1838. Setelah itu berakhirlah perang Padri dan daerah Minangkabau dikuasai oleh Belanda.

3. Perlawanan Diponegoro 1825 – 1830

Perlawanan rakyat Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro merupakan pergolakan terbesar yang dihadapi pemerintah kolonial Belanda di Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mengalami kesulitan mengatasi perlawanan ini dan menanggung biaya yang sangat besar. Adapun sebab-sebab terjadinya Perang Diponegoro dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebab umum dan sebab khusus.

a. Sebab-Sebab U mum

1 Wilayah Mataram semakin dipersempit dan terpecah Karena ulah penjajah, kerajaan Mataram yang besar, di bawah Sultan Agung Hanyokrokusumo, terpecah belah menjadi kerajaan yang kecil. Melalui perjanjian Gianti 1755, kerajaan Mataram dipecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayoyakarta. Dengan perjanjian Salatiga 1757 muncullah kekuasaan baru yang disebut Mangkunegaran dan pada tahun 1813 muncul kekuasaan Pakualam. Kenyataan inilah yang dihadapi oleh Diponegoro. 2 Masuknya adat Barat ke dalam kraton Pengaruh Belanda di kraton makin bertambah besar. Adat kebiasaan kraton Yogyakarta seperti menyajikan sirih untuk Sultan bagi pembesar Belanda yang menghadap Sultan, dihapuskan. Pembesar-pembesar Belanda duduk sejajar dengan sultan. Yang paling mengkhawatirkan adalah masuknya minuman keras ke kraton dan beredar di kalangan rakyat. Di unduh dari : Bukupaket.com 84 IPS SMPMTs Kelas VIII 3 Belanda ikut campur tangan dalam urusan kraton Campur tangan yang amat dalam mengenai penggantian tahta dilaksanakan oleh Belanda. Demikian pula mengenai pengangkatan birokrasi kerajaan. Misalnya pengangkatan beberapa pegawai yang ditugaskan untuk memungut pajak. 4 Hak-hak para bangsawan dan abdi dalem dikurangi Telah terjadi kebiasaan bahwa kepada keluarga raja sentana dalem, memberikan jaminan hidup berupa tanah apanase, juga kepada pegawai kerajaan abdi dalem diberikan gaji berupa tanah lungguh. Pada masa Kompeni maupun masa kolonial Inggris dan Belanda, banyak tanah-tanah tersebut diambil oleh pemerintah kolonial. Dengan demikian para bangsawan sentana dalem dan para abdi banyak yang kehilangan sumber penghasilan. Akibatnya di hati mereka timbul rasa tidak senang karena hak-haknya dikurangi, termasuk hak-hak raja dan kerajaan. 5 Rakyat menderita akibat dibebani berbagai pajak Berbagai macam pajak yang dibebankan pada rakyat, antara lain: - pejongket pajak pindah rumah; - kering aji pajak tanah; - pengawang-awang pajak halaman-pekarangan; - pencumpling pajak jumlah pintu; - pajigar pajak ternak; - penyongket pajak pindah nama; - bekti pajak menyewa tanah atau menerima jabatan.

b. Sebab K husus