Aku Penokohan Aku Tokoh Utama

19 Pembagian tokoh akan dilakukan berdasarkan tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh pusat yang ada dalam setiap peristiwa. Alur utama dalam novel berkaitan dengan tokoh utama. Selain tokoh utama yang akan dilihat dalam novel ini adalah tokoh utama tambahan dan tokoh tambahan. Pembagian ini mengikuti apa yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro seperti yang sudah dipaparkan dalam landasan teori. Klasifikasi tokoh utama, tokoh utama tambahan, dan tokoh tambahan ini penting dilakukan di awal untuk memahami kelompok kelas sosial tokoh-tokoh tersebut. Dengan mengetahui gradasi tokoh utama dan tambahan, akan lebih mudah dipahami kejadian-kejadian apa saja yang berkaitan dengan tokoh-tokoh tersebut, dan reaksi tokoh-tokoh tersebut dalam setiap kejadian.

2.1.1 Tokoh Utama

2.1.1.1 Aku

Tokoh Aku dalam novel ini merupakan tokoh utama. Aku merupakan tokoh yang menjadi penggerak alur. Cerita novel ini diawali dengan cerita mengenai tokoh Aku dan diakhiri pula oleh tokoh aku. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama dalam seluruh novel, Pram tidak menyebutkan siapa nama tokoh Aku ini.

2.1.1.2 Penokohan Aku

Tokoh Aku menjadi tokoh utama karena memiliki porsi penceritaan paling banyak. Hampir dalam setiap peristiwa tokoh Aku menjadi pusat penceritaan. Hal itu berlaku baik dalam peristiwa yang menghadirkan tokoh Aku maupun tidak 20 Tidak dijelaskan dengan rinci berapa usia tokoh aku, namun dari cerita dalam novel ini usianya kira-kira menjelang 30 tahun. Di usia belasan tahun dia meninggalkan kampung halamannya, Blora dan cerita dimulai tepat ketika dia sekitar 20 tahun sudah meninggalkan kampung halamannya. Dia meninggalkan rumahnya ketika dia masih sangat muda. Kala aku masuk ke dalam rumah, kepalaku tersenggol pada palang atap. Dan aku jadi berpikir, aku jadi tinggi sekarang. Waktu aku meninggalkan rumah ini palang itu masih tinggi di atas kepala. Toer, 1999:18 Dia adalah seorang pegawai kecil dan baru saja keluar dari penjara. Dia tinggal di Jakarta. Istrinya adalah seorang berdarah Sunda dari Jawa Barat. Kegelisahan tiba-tiba datang ketika ada surat dari Blora. Ayahnya meminta dia untuk menyempatkan diri pulang ke kampung halamannya karena dia sedang sakit keras. Surat itu tertanggal 17 Desember 1949. Surat tersebut berbunyi : Blora, 17 Desember 1949 Anakku yang kucintai Di dunia ini tak ada sutau kegirangan yang lebih besar daripada kegirangan seorang bapak yang mendapatkan anaknya kembali, anak yang tertua, pembawa kebesaran dan kemegahan bapak, anaknya yang dalam beberapa waktu terasking dari masyarakat ramai, terasing dari cara hidup manusia biasa. Anakku, aku dapat menggambarkan kesulitan jiwamu; aku dapat menggambarkan penderitaanmu dalam ruang yang sangat terbatas, karena aku mengalami sendiri ketika pemberontakan P ....red:Pesindo, selama dua minggu hidup dalam tiga penjara. Mulai saat itu hingga kini setiap malam aku bermohon kepada Tuhan seru sekalian alam akan keselamatan dan kebahagiaan keluarga, turun temurun. Dosa kita sekeluarga moga- moga diampuni-Nya. Toer, 1999:1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 Ada dua poin utama yang disampaikan Bapak melalui surat ini. Pertama, dia sangat mengharapkan kehadiran anaknya untuk pulang. Penekanan bahwa Aku adalah anak tertua juga tertulis di sana. Anak pertama mendapat penekanan karena menurut ayahnya dia yang menjadi pembawa kebesaran dan kemegahan bapaknya. Kedua, Ayah menunjukkan simpati terhadap situasi yang terjadi pada Aku. Kesulitan ini lebih cenderung dalam tataran psikis karena secara eksplisit Ayah menulis kesulitan jiwa. Kesulitan jiwa ini merujuk pada keadaan Aku yang baru saja keluar dari penjara. “Ya, begitulah permulaan suratnya setelah aku dua minggu keluar dari penjara.” Toer, 1999:2 Surat ini penting dan oleh Pram ditempatkan di awal sebagai penggerak alur. Hal ini dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi berikutnya, termasuk kegelisahan tokoh Aku, bermula dari surat yang penting ini. Surat yang juga penting dan selalu diingat oleh Aku adalah surat dari pamannya. Berbeda dengan surat dari Ayah, surat dari paman lebih eksplisit dengan nada sedikit mendesak agar Aku segera pulang ke Blora. Kalau bisa, pulanglah engkau ke Blora untuk dua atau empat hari. Ayahmu sakit. Tadinya malaria dan batuk. Kemudian ditambah dengan ambeien. Akhirnya ketahuan beliau ke tbc. Ayahmu ada di rumah sakit sekarang, dan telah empat kali memuntahkan darah. Pram, 1999:2 Dalam surat ini begitu jelas tekanan yang datang untuk tokoh Aku. Kondisi Ayah yang dikabarkan sangat buruk karena TBC menjadi perhatian utama sekaligus alasan utama tokoh Aku merasa gelisah. Gelisah karena dia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 memikirkan kondisi Ayahnya. Lebih lagi dia tidak punya cukup uang untuk ongkos pulang ke Blora. Kegelisahan pertamanya adalah relasi antara dirinya dengan ayahnya yang kurang baik. Kegelisahan kedua adalah mengenai kondisi ekonomi. Ia tahu bahwa ia butuh biaya perjalanan ketika harus pergi ke Blora. Selain itu, biaya hidup di sana juga harus ada. Yang dia lakukan kemudian adalah meminjam uang dari temannya. Mula-mula aku terkejut mendengar berita itu. Sesak di dada. Kegugupan datang menyusul. Dalam kepalaku terbayang : ayah. Kemudian : uang dari mana aku dapat uang untuk ongkos pergi?” Dan ini membuatku mengedari Jakarta – mencari kawan-kawan – dan hutang Toer,1999:2 Sebagai seorang pegawai kecil dia juga harus berpikir tentang kelanjutan pekerjaannya jika harus ditinggalkan untuk pergi ke Blora. Ia kemudian melihat sekelilingnya. Dia berpikir tentang Jakarta yang begitu megah termasuk dengan istana negaranya. Akan tetapi, dia hanyalah seorang kecil yang tidak bisa menikmati kemegahan Jakarta meskipun dia tinggal di sana. Dia akhirnya secara eksplisit mengungkapkan pandangannya tentang orang kaya atau yang dia sebut dengan orang yang punya. Hal ini dapat ditemukan dalam kutipan berikut : Ya, sekiranya aku punya mobil- sekiranya, kataku – semua ini mungkin takkan terjadi. Di kala itu juga aku berpendapat: bahwa orang yang punya itu banyak menimbulkan kesusahan pada yang tak punya. Dan mereka tak merasai ini . Toer,1999:3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Dalam pernyataan di atas nampak bagaimana tokoh Aku memiliki kebencian terhadap orang yang punya. Ini berkaitan dengan kondisi dan posisi sosialnya sebagai orang yang tak punya. Mengenai masa lalu tokoh Aku, diceritakan bahwa dia sempat ditahan selama dua setengah tahun. Namun, tidak diberi penjelasan lebih lanjut mengapa dia sampai dipenjara. Yang bisa dilihat adalah semasa Revolusi kemungkinan besar dia adalah kelompok muda yang mengangkat senjata. Aku ikut dalam perang ini bisa dilihat dari kenangannya tentang beberapa tempat yang ia lewati dalam perjalanan menuju Blora. Kemudian Klender pun nampaklah dari jendela kereta itu. Bangkai-bangkai pantserwagen 1 , brencarrier 2 , truk, bergelimpangan di ladang-ladang dan di pinggir jalan raya – senjata Inggris yang dilumpuhkan oleh baisan pemuda, dan juga dilumpuhkan oleh ketuaannya sendiri. Kemudian kereta pun sampailah di Cakung. Banyak sekali kenang-kenanganku yang terikat pada dusun kecil itu. Cakung – dalam lingkungan kebun karet, di mana berganti-ganti pasukan pemuda terkurung kemudia pasukan asing. Dan aku meneruskan kenang-kenanganku kembali. Kranji. Tambun. Cikarang – Rangkaian pertahanan sebelum aksi militer pertama. Toer,1999:7 Dari kenangan Aku tentang masa lalunya semakin jelas bahwa dia terlibat dalam gerakan perjuangan yang dilakukan oleh pemuda. Ini menjadi alasan yang paling kuat mengapa dia sampai dipenjara. 1 Semacam tank yang digunakan untuk perang dalam bahasa Belanda 2 Kendaraan perang yang bisa mengangkut orang dalam bahasa Belanda 24 Bayangan tentang situasi Ayah tak pernah luput dari benak Aku. Apalagi dengan tanggapan yang muncul dari sekelilingnya. Seorang kawan pun mengingatkan Aku tentang situasi tersebut. Seorang kawan bilang : sudah lama engkau ditahan – dua setengah tahun Dan selama itu tentunya ayahmu merindukan kedatanganmu. Bukan itu saja. Pasti dia menguatirkan keadaanmu juga. Toer, 1999:11 Dengan uang pinjaman yang ia dapat dari rekannya, Aku akhirnya memutuskan untuk berangkat dari Jakarta ke Blora. Sesampainya di Blora kegelisahan tokoh aku terutama tentang keadaan ekonomi juga tak selesai. Pertama ia harus melihat kenyataan ayahnya yang sakit tidak bisa mendapat perawatan yang lebih baik di sanatorium karena biaya yang mahal. Kedua, dia juga mendapat kritikan dari lingkungan rumahnya karena membiarkan rumahnya di Blora rusak di sana-sini dan tidak pernah diperbaiki. Kritikan itu datang dari tetangganya yang dulu- seorang tukang potong kambing. Aku harap ayahmu lekas sembuh oleh kedatanganmu itu. Dan lagi – dan lagi- orang tua-tua bilang – engkau masih ingat, bukan ? Masih ingat apa yang kukatakan tadi? Apabila rumahnya rusak ... ... Engkau anak sulung, Gus, aku harap – sekalipun aku bukan keluarga atau familimu – peliharalah rumahmu itu.” Toer,1999:40. Reaksi tokoh aku mendengar nasihat dari tetangganya ini adalah kesal. Dalam benaknya dia merasa perkataan tukang kambing itu semakin menambah masalah yang ada di benaknya. Rumah dan sumur itu mengisi kepalaku sekarang. Rumah rusak, dan orangnya pun rusak. Dan di sore harinya waktu aku berangkat ke rumah sakit dan bertemu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 dengan tukang kambing itu, dengan tak berpikir panjang keluar saja suaraku : Pak, rumah itu akan kuperbaiki.Toer, 1999:40-41 Tokoh Aku sebenarnya adalah tokoh yang punya karakter kuat, namun keterbatasan ekonomi membuatnya menjadi manusia peragu dan sulit untuk menghadapai dunia di sekelilingnya tanpa kegelisahan. Misalnya ketika ia memikirkan tentang kesehatan ayahnya. Tokoh Aku sampai datang ke dukun untuk mencari solusi. Akan tetapi tetap saja dia masih diliputi keraguan. Tapi aku tak menjawab. Dalam dadaku timbul pegulatan-pergulatan yang biasa timbul bila menghadapi kekuasaan dukun. Betul-betul bisakah seorang dukun mengobati si sakit yang dokter sendiri tidak sanggup? Tapi harapan melenyapkan pergulatan itu : dukun itu bisa, mesti bisa. Dan harapan itu membuat aku percaya padanya. Toer,1999:45. Sebagai tokoh utama, Aku mendapat porsi perceritaan paling besar. Dia menjadi tokoh utama karena setiap peristiwa yang ada dalam cerita pasti berkaitan dengan dirinya. Bahkan ketika dia tidak ada dalam sebuah peristiwa, kejadian itu tetap akan memberi pengaruh padanya. 2.1.2 Tokoh Utama Tambahan 2.1.2.1 Ayah