18 1. Current Ratio
Secara umum current ratio sering dipakai untuk menggambarkan sejauh mana perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya
dari aktiva lancarnya. Namun rasio ini dianggap memberikan perhitungan yang masih “mentah” karena tidak memperhitungkan likuiditas dari
masing- masing komponen current asset. Persediaan yang dianggap kurang likuid dibandingkan dengan kas dan piutang dimasukkan dalam komponen
aktiva lancar. Karena itulah muncul suatu alat analisa yang lebih teliti lagi yaitu quick ratio.
2. Quick Ratio Rasio ini tidak mengikutsertakan persediaan dalam aktiva lancar
sebagai penjamin kewajinan lancar. Persediaan dikatakan kurang likuid karena sulit direalisasikan dengan harga yang wajar atau dengan kata lain
persediaan sering mengalami fluktuasi harga. Riyanto 1999: 27 mengatakan bahwa persediaan adalah aktiva perusahaan yang pada saat
likuidasi biasanya menimbulkan kerugian.
3. Cash Ratio Cash ratio
memberikan perhitungan yang paling teliti mengenai likuiditas. Aktiva lancar yang dipakai untuk perbandingan hanya uang kas
atau ua ng tunai dan efek saja yang setiap waktu dapat segera dipakai untuk melunasi utang lancar perusahaan.
19
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh leverage terhadap profitabilitas umumnya dilakukan dengan menggunakan analisis rasio. Leverage yang digunakan
beragam dan umumnya menggunakan rasio leverage bukan dengan DFL Degree of Financial Leverage.
Hasil penelitian Martono 2002 membuktikan bahwa leverage keuangan tertimbang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Pada penelitiannya,
variabel profitabilitas diukur dengan ROA Return On Assets dan ROE Return On Equity.
Murtini dan Anggraeni 2006 melakukan penelitian serupa. Untuk leverage
, rasio yang digunakan adalah DTA Debt To Total Assets dan DER Debt To Equity
. Untuk profitabilitas, rasio yang dipakai adalah ROA Return On Asset
dan ROE Return On Equity. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa DTA berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE tetapi berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA perusahaan. Sedangkan DER tidak berpengaruh terhadap ROA tetapi berpengaruh negatif terhadap ROE
perusahaan. Penelitian mengena i tingkat likuiditas perusahaan lebih banyak dilakukan
untuk menilai kesehatan finansial dan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik menunjukkan baiknya efektifitas dan efisiensi kegiatan
operasionalnya dalam tujuannya menghasilkan laba. Hal ini berarti kinerja perusahaan yang baik dapat mengindikasikan bahwa profitabilitasnya tinggi.
20 Nababan 2007 melakukan penelitian mengenai penilaian kinerja
perusahaan dari tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas, dengan memakai current ratio dan quick ratio sebagai pengukur tingkat likuiditas.
Hasil penelitiannya menunjukkan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka semakin baik kinerjanya.
Rasio serupa yang digunakan Sasongko 1998, yang menganalisis tingkat kesehatan finansial perusahaan. Hasil penelitiannya, ditinjau dari
tingkat likuiditas maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka semakin sehat perusahaan tersebut secara finansialnya.
F. Pengembangan Hipotesis
1. Financial Leverage Untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan yang meningkat,
sering kali perusahaan memakai dana pinjaman yang dikenal dengan financial leverage
. Sehingga financial leverage dapat diartikan sebagai pembiayaan dengan utang.
Salah satu ukuran kuantitatif untuk financial leverage adalah degree of financial leverage
DFL. Semakin besar angka DFL menunjukkan semakin besar perubahan
laba operasi akibat penggunaan utang yang mengakibatkan semakin besar EPS yang menguntungkan pemegang saham. Besarnya angka EPS ini
menunjukkan semakin besarnya laba setelah pajak yang berdampak pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI