1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pada pasal 1, dinyatakan bahwa: “Koperasi sebagai salah satu penggerak ekonomi rakyat
diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya”. Oleh karena itu, koperasi harus berperan
sebagai penggerak ekonomi masyarakat, terutama ekonomi masyarakat lemah, sehingga koperasi dapat mengemban fungsi dan peranannya sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berasaskan kekeluargaan. Koperasi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan jiwa kewirausahaan,
kemandirian dan jiwa kekeluargaan, kebersamaan maupun kegotongroyongan bagi pemuda Indonesia. Maka dari itu perlu pendidikan perkoperasian sejak
dini untuk membentuk jiwa koperasi bagi pemuda Indonesia. Oleh karena itu, di setiap instansi pendidikan sekarang didirikan sebuah koperasi yang mampu
membelajarkan siswa-siswinya
agar memiliki
jiwa kemandirian,
kewirausahaan dan kegotongroyongan. Koperasi yang dimaksud adalah koperasi sekolah. Koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya terdiri
dari siswa-siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas, Pondok Pesantren, dan Lembaga
Pendidikan lainnya yang setaraf Suwandi, 1982: 2. Koperasi sekolah sebagai
penunjang program
pembangunan pemerintah
di sektor
perekonomian, melalui
program pendidikan
koperasi di
sekolah, menumbuhkan koperasi sekolah dan kesadaran berkoperasi di kalangan
siswa, membina rasa tanggung jawab, disiplin serta setia kawan dan jiwa demokrasi pada siswa-siswa sekolah yang sangat berguna bagi pembangunan
diri dan pembangunan karakter bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kemanusiaan, dan juga koperasi sekolah dijadikan sebagai sarana untuk
memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan peralatan sekolah. Apabila melihat ke lapangan, kenyataan menunjukkan bahwa masih
sedikit sekali partisipasi siswa yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan koperasi sekolah. Padahal partisipasi aktif siswa sebagai anggota merupakan
syarat mutlak bagi kemajuan koperasi. Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka
untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan ikut berbagi tanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut. Dengan demikian,
partisipasi merupakan sebuah proses sosial di mana para anggota koperasi terlibat langsung dalam organisasi dan ingin mewujudkan tujuan atau
kepentingan bersama. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota dalam
berkoperasi yaitu faktor individu sebagai anggota koperasi, faktor dari dalam koperasi, dan faktor dari luar koperasi. Faktor individu adalah faktor yang
berasal dari individu itu sendiri, seperti rasa kesadaran, tingkat pengetahuan, tingkat pendapatan, dan besarnya SHU. Faktor dari dalam koperasi
memegang peranan penting dalam meningkatkan partisipasi anggota. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Program-program, pelayanan koperasi yang cocok dan menarik anggota koperasi akan meningkatkan partisipasi. Selain faktor dari dalam koperasi,
faktor individu pun sangat penting karena partisipasi itu datangnya dari anggota seperti tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan Anoraga
Widiyanti, 1993:61-62. Koperasi siswa di SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
sebagai salah satu pusat pelayanan kebutuhan para siswa. Hal ini karena koperasi siswa yang
menyediakan
peralatan sekolah. Dari hasil observasi pra penelitian ada indikasi bahwa koperasi di SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta tidak mengalami rugi, tetapi peran serta atau partisipasi anggota belum maksimal sesuai yang diharapkan. Masih banyak anggota yang belum
sepenuhnya menjadi pelanggan koperasi. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya siswa yang berbelanja di koperasi. Siswa lebih tertarik untuk membeli
peralatan sekolah di luar koperasi. Mereka juga kurang berperan dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai pengurus koperasi. Terkadang
mereka lalai dalam melaksanakan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab mereka seperti jaga piket koperasi.
Pegurus
koperasi juga menuturkan bahwa kurangnya peran serta siswa dalam berkoperasi yang dilihat dari angka kunjungan yang kurang
diduga karena pengetahuan anggota tentang koperasi masih belum terasa mendalam dan belum dijadikan dasar dalam berkoperasi oleh setiap
anggotanya. Hal serupa juga diungkapkan oleh beberapa pengurus koperasi. Mereka mengungkapkan bahwa mereka belum memahami benar tentang
koperasi. Mereka masih minim pengetahuannya tentang perkoperasian. Maka dari itu, peneliti memilih variabel pengetahuan anggota tentang koperasi yang
diduga mempengaruhi partisipasi berkoperasi siswa SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
Berdasarkan observasi pra penelitian, siswa yang datang ke koperasi untuk belanja masih sedikit tiap harinya dari total jumlah siswa SMA Negeri
1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat salah satu pengurus koperasi. Hal tersebut berarti menggambarkan bahwa
partisipasi siswa sebagai pelanggan koperasi masih kurang. Seperti yang dituturkan oleh pengurus koperasi siswa bahwa siswa kurang tertarik untuk
berbelanja di koperasi terutama untuk peralatan sekolah. Mereka lebih suka belanja peralatan sekolah di luar koperasi. Kurangnya partisipasi siswa dalam
koperasi diduga karena pelayanan koperasi siswa di SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta dirasa masih kurang karena dilihat dari
peralatan sekolah yang disediakan oleh koperasi masih belum lengkap sehingga siswa lebih tertarik membeli peralatan di luar koperasi. Selain itu,
pelayanan dalam bentuk fisik sarana prasarana seperti gedung dan peralatan koperasi lainnya masih belum optimal. Seperti yang diungkapkan oleh
Pegurus Koperasi bahwa siswa kurang tertarik untuk berbelanja di koperasi diduga karena ruangan koperasi yang sempit sehingga mereka enggan untuk
berbelanja di koperasi. Oleh karena itu, peneliti memilih variabel persepsi siswa tentang pelayanan koperasi yang diduga mempengaruhi partisipasi
berkoperasi siswa SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan informasi dari pengurus koperasi bahwa aktivitas usaha koperasi masih kurang lancar. Koperasi sering tutup saat istirahat
dikarenakan tidak ada yang jaga. Kurangnya peran serta siswa dalam koperasi tersebut diduga karena kurang antusiasnya siswa dalam berkoperasi
atau kurangnya motivasi mereka dalam berkoperasi. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa anggota koperasi dari kelas XI bahwa mereka
malas untuk berbelanja di koperasi dan mereka kurang tertarik untuk berbelanja di koperasi. Mereka mengatakan bahwa mereka malas untuk
menjadi pengurus koperasi karena tidak mendapat nilai tambahan jika terlibat dalam kegiatan koperasi. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi berkoperasi
mereka masih rendah. Maka, peneliti memilih variabel motivasi berkoperasi yang diduga mempengaruhi partisipasi berkoperasi siswa SMA Negeri 1
Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul , “Pengaruh Pengetahuan Anggota Koperasi, Persepsi
Anggota Tentang Pelayanan Koperasi, Dan Motivasi Berkoperasi Terhadap Partisipasi Berkoperasi Siswa SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Pembatasan Masalah