11
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya. Sebagai contoh, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda
itu. Akan tetapi, ia mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis
sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan
sebagainya. Jadi aspek perubahan satu berhubungan erat dengan aspek lainnya Slameto, 2010.
B. Keaktifan dalam Pembelajaran
Aktivitas adalah melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu baik fisik maupun non-fisik. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor Hamalik, 2001.
Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah
12
bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah.
Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Disamping itu, media jarang
digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna.
Beberapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran model ALIS Active learning In school, 2009
adalah sebagai berikut: 1. pembelajaran berpusat pada siswa, 2. pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, 3. pembelajaran mendorong anak untuk berpikir
tingkat tinggi, 4. pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, 5. pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah siswa-guru, 6.
pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, 7. pembelajaran berpusat pada anak, 8. penataan lingkungan belajar memdahkan
siswa untuk melakukan kegiatan belajar, 9. guru memantau proses belajar siswa, dan 10. guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa Mel
Silberman,2002. Untuk menciptakan pembelajaran aktif, beberapa penelitian Hamzah,
2009 menemukan salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh. Anak-anak juga belajar
dengan baik dan memahami bila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang sudah diketahui dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan gaya
belajar mereka gaya belajar mendengarkan, melihat, dan bergerak atau melakukan dan bagaimana kecerdasan yang mereka miliki Gadner, 2004, dalam
13
Hamzah, 2008 seperti bahasa, musik, gerak, logika, antarpribadi, dan interpribadi.
Strategi pembelajaran yang aktif adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba,
menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi.
Siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima ceramah sang guru tentang
pengetahuan atau
informasi sebagaimana
yang digambarkan
diatas.Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa. Gagne dan Briggs 2010 dalam Yamin 2007 menyatakan faktor-faktor yang
menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Menjelaskan tujuan instruksional kemampuan dasar kepada peserta
didik. b.
Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik. c.
Memberikan stimulus masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari. d.
Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajarinya. e.
Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
f. Memberikan umpan balik feedback.
g. Melakukan tagihan-tagihan terhadap peserta didik berupa tes, sehingga
kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur. h.
Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.
14 C.
Pengertian Hasil Belajar
Proses pembelajaran melibatkan dua subyek yaitu guru dan siswa yang akan menghasilkan suatu perubahan dalam diri siswa sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran. Perubahan yang terjadi dalam diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun
kecakapan. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu output dan outcome. Output
merupakan kecakapan yang dikuasai siswa yang segera dapat diketahui setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran. Ada juga yang menyebut output
pembelajaran merupakan hasil pembelajaran yang bersifat jangka pendek. Output pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu soft skills dan hard
skills. Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk
dilakukan pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua, yaitu. a.
Kacakapan Akademik Academic Skills Kecakapan akademik academic skills merupakan kecakapan untuk
menguasai berbagai konsep dalam bidang ilmu-ilmu yang dipelajari, seperti
kecakapan mendefinisikan,
menghitung, menjelaskan,
mendeskripsikan, memprediksi
menganalisis, membandingkan,
membedakan, dan menarik kesimpulan dari berbagai konsep, data maupun fakta yang berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang
dipelajari.
15
b. Kecakapan Vokasional Vocational Skills.
kecakapan vokasional vocational skills sering disebut juga sebagai kecakapan kejujuran, yaitu kecakapan yang berkaitan dengan bidang
pekerjaan tertentu. Misalnya, dalam bidang seni dan kerajinan ukir kayu, yang termasuk kecakapan vokasional diantaranya kecakapan mendesain
ukiran, kecakapan memegang alat ukir, kecakapan mengoperasikan alat ukir, kecakapan mengukir.
Soft skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih sukses hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Kecakapan ini merupakan kecakapan yang
relatif sulit untuk dilakukan pengukuran dibandingkan kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Soft skills dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kecakapan personal personal skills
Merupakan kecakapan yang diperlukan agar siswa dapat eksis dan mampu mengambil peluang yang positif dalam kondisi kehidupan yang
berubah dengan sangat cepat. Kecakapan personal tersebut diantaranya meliputi : kecakapan beradaptasi, kecakapan berpikir kritis dan kreatif,
kecakapan memecahkan masalah, dan kecakapan mengambil keputusan ,semangat, jujur, tangguh menghadapi tantangan, ulet dan sebagainya.
Anwar 2004: 29-30 dalam buku Evaluasi Program Pembelajaran menyatakan bahwa kecakapan personal, seperti pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah merupakan kecakapan utama yang menentukan seseorang berkembang.
16
b. Kecakapan sosial social skills
Merupakan kecakapan yang dibutuhkan untuk hidup life skill dalam masyarakat yang multikultur, masyarakat demokrasi dan
masyarakat global yang penuh persaingan dan tantangan. Kecakapan sosial meliputi kecakapan berkomunikasi dengan empati, baik secara lisan
maupun tertulis dan kecakapan bekerja sama dengan orang lain, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Empati merupakan sikap
penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan tetapi
isi dan sampainya pesan disertai kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis.
Dengan menguasai berbagai kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mempunyai prestasi sosial social achievement dalam masyarakat, mampu
mengatasi berbagai macam permasalahan maupun tantangan hidup, mampu melihat dan mengambil peluang yang ada dalam lingkungan hidupnya yang pada
akhirnya siswa diharapkan mampu eksis dan sukses dalam hidup bermasyarakat baik dalam lingkup local, regional, nasional maupun internasional. Prestasi sosial
siswa dalam masyarakat merupakan hasil pembelajaran yang bersifat jangka panjang atau outcome. Beragam kecakapan siswa sebagai hasil pembelajaran
tersebut dapat disusun dalam bentuk bagan sebagai berikut Eko Putro, 2009:
17
Gambar 2.1. Bagan klasifikasi hasil pembelajaran Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal Sudjana, 2000: a.
Faktor Internal Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan
keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain
pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup.
Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1 Adanya keinginan untuk tahu
2 Agar mendapatkan simpati dari orang lain.
3 Untuk memperbaiki kegagalan
4 Untuk mendapatkan rasa aman.
Hasil Pembelajaran
Out Put Hard Skills
Academic Skills
Vocational Skills
Soft Skills Personal
Skills Social Skills
Out Come Social
Achievement
18
b. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
1 Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai cara pendidikan orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat
dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe
mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan Guru Jawa Timur 1989: 8 menyebutkan, “Di dalam
pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak, misalnya anak
ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian, dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi
anak.
2 Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru
banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap
mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya
19
kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan,
kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi
tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.
3 Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan
anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut
mempengaruhi. Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut. 1
Minat Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan
berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat diharapkan hasilnya baik. Masalahnya adalah
bagaimana seorang pendidik selektif dalam menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa. Berikutnya mengemas
materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu pendidik pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang
sosial ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain.
20
2 Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar
daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekolah
Sumadi, 1989 dalam Huzaifal Hamid.
3 Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud Utami, 1992: 17. Bakat
memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan bakat merupakan faktor
yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar Sumadi, 1989 dalam Huzaifal Hamid. Belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.
4 Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi
oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi Suharsimi, 1993: 88. Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan,
21
hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut
dalam menghadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan
permasalahannya, maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum
yang dapat digunakan dalam berbagai bidang. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotorik. a.
Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
otak. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
22
1 pengetahuanhafalaningatan knowledge
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali recall atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-
rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
2 pemahaman comprehension
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3 penerapan application
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses
berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
23
4 analisis analysis
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor- faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis
setingkat lebih tinggi dari pada jenjang aplikasi.
5 sintesis syntesis
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk
pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana telah diajarkan.
6 penilaianpenghargaanevaluasi evaluation
Adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilianevaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
24
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima
memperhatikan, Merespon,
Menghargai, Mengorganisasi,
dan Karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah
afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung positif, menolak
negatif, dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi,
afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap
selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
25
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson 1956 yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan skill dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif memahami sesuatu dan hasil belajar afektif yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku.
Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif.
D. Pengertian Pembelajaran Kooperatif