karena nilai BMI pada orang dewasa sudah mencakup keseluruhan lemak total yang ada di dalam tubuh Kamso, Purwantyastuti, Rumawas, Lukito,
2005. Pengukuran antropometri body mass index biasanya berhubungan dengan kadar rasio lipid dalam darah. Oleh karena itu, BMI sering
digunakan sebagai prediktor angka kejadian penyakit jantung di masyarakat Sandhu, Koley, Sandhu, 2008.
B. Obesitas
Pada saat ini, perubahan gaya hidup terutama pola makan banyak menimbulkan berbagai masalah di masyarakat, salah satunya yaitu obesitas.
Obesitas yang dialami oleh orang dewasa ditunjukkan dengan adanya penumpukan lemak berlebih dalam tubuh. Beberapa penelitian telah
menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang erat antara penumpukan lemak tubuh dengan lemak darah sebagai salah satu faktor risiko penyakit jantung
Emawati, Muherdiyantiningsih, Effendi, Herman, 2004.
Menurut WHO 2013, obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan adanya penimbunan yang terjadi di jaringan lemak tubuh
secara berlebihan. Salah satu faktor pendukung yang dapat digunakan untuk menentukan seseorang termasuk dalam kelompok obesitas atau tidak yaitu dilihat
dari nilai BMI yang berada di antara 25 - 29,9 kgm
2
atau biasa disebut kelebihan berat badan overweight, dan nilai BMI yang sama dengan atau lebih dari 30
kgm
2
yang dapat disebut obese. Peningkatan berat badan dengan body mass index lebih dari 30 kgm
2
dapat meningkatkan faktor risiko penyakit jantung empat kali
lipat, baik pada pria ataupun wanita Gotera, Aryana, Suastika, Santosa, Kuswardhan, 2006.
Obesitas merupakan faktor utama penyebab penyakit yang berhubungan dengan cardiovascular disease CVD. Hal ini disebabkan karena kelebihan kadar
lemak dalam tubuh dapat mengganggu proses metabolisme ataupun fungsi organ dalam tubuh sehingga menyebabkan timbulnya penyakit CVD Sharaye,
Olorunshola, Ayo, Dikki, 2014.
C. Kolesterol Darah
Menurut American Heart Assosiation 2013, kolesterol merupakan suatu metabolit yang mengandung lemak sterol. Kolesterol diproduksi secara alami oleh
tubuh, yaitu pada hati. Setiap harinya hati memproduksi sekitar 800 mg kolesterol, namun kolesterol juga bisa berasal dari luar tubuh, antara lain melalui makanan
berlemak, seperti daging. Ketika seseorang mengkonsumsi makanan berlemak, maka di dalam usus makanan tersebut akan diubah menjadi kolesterol dan
kemudian akan diserap oleh usus dan masuk ke peredaran darah untuk berbagai keperluan. Manfaat kolesterol bagi tubuh antara lain pembentukan vitamin D di
kulit, membentuk pertumbuhan jaringan otak dan syaraf, dan digunakan sebagai bahan baku untuk membentuk dinding sel. Ketika kebutuhan kolesterol sudah
tercukupi, maka kolesterol akan disimpan di jaringan lemak dan hati Cahyono, 2012.
Sel-sel hati membutuhkan kolesterol untuk membentuk empedu, yang digunakan untuk mengemulsikan lemak pada proses pencernaan. Kolesterol yang
berlebih akan disimpan pada bagian dinding arteri, sehingga semakin banyak
kolesterol yang disimpan akan menyebabkan munculnya plak pada dinding arteri yang mengakibatkan lumen pembuluh darah akan menebal dan menghambat
suplai oksigen ke seluruh tubuh dan jantung Scanlon and Sanders, 2007; Zhao, and Kerwin, 2012. Semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah, maka akan
menyebabkan meningkatnya risiko penyakit jantung akibat adanya plak di dinding arteri. Penumpukan kolesterol di dinding arteri diakibatkan karena adanya
peningkatan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, dan penurunan kadar HDL atau yang biasa disebut dengan dislipidemia Cahyono, 2012.
Metabolisme lipid dapat melalui 2 jalur, yaitu secara eksogen dan endogen. Pada jalur eksogen, kolesterol berasal dari makanan dan empedu.
Kolesterol tersebut diabsorbsi oleh usus dan masuk ke sirkulasi dalam bentuk chylomicrons. Chylomicrons akan dikonversi menjadi chylomicrons remnant oleh
enzim lipoporetein lipase. Pada jalur endogen, very low density lipoprotein VLDL disintesis oleh hati dan jaringan ekstrahepatik, VLDL dikonversi menjadi
intermediet density lipoprotein IDL, dan kemudian dikonversi menjadi low density lipoprotein LDL. Sebagian dari LDL akan masuk ke ruang subendotelial
arteri. LDL akan teroksidasi dan ditangkap oleh makrofag kemudian menjadi foam cells. Foam cells dan LDL dapat mengakibatkan penebalan dan
penyumbatan sirkulasi darah Dipiro, et al., 2008.
Gambar 1. Sistem transportasi lipid Dipiro, et al., 2008
Jenis-jenis kolesterol yaitu : 1.
Low Density Lipoprotein LDL Low-density lipoprotein atau sering disingkat LDL, merupakan
salah satu jenis kolesterol yang berasal dari pemecahan VLDL very-low density lipoprotein. Jenis kolesterol ini merupakan penyusun terbesar
dari kolesterol total darah, dikarenakan jumlahnya yang sangat banyak di sirkulasi tubuh manusia. Kolesterol LDL yang berlebih, dapat
menyebabkan gangguan kardiovaskular terutama atherosklerosis pada pembuluh darah manusia Tomkin and Owens, 2012. LDL dikenal
sebagai lemak jahat karena jumlah LDL yang meningkat dapat membentuk plak yang tebal dan keras sehingga mempersempit pembuluh
darah arteri dan membuat pembuluh darah arteri menjadi kurang fleksibel. Kondisi ini dikenal sebagai aterosklerosis. Kadar LDL yang
tinggi dapat digunakan sebagai prediktor risiko penyakit jantung Sutedjo, 2009.
LDL dalam sirkulasi darah mampu menembus dinding endotelium dan masuk ke bagian intima pembuluh darah dengan bantuan
lipoprotein lipase dan heparin sulfat proteoglikan. LDL yang masuk kedalam intima pembuluh darah matur menjadi foam cells.
Meningkatnya jumlah LDL dan foam cells di dalam intima, akan mengakibatkan menebal dan menghambatnya sirkulasi darah, sehingga
meningkatkan risiko ischemic heart disease Tomkin and Owens, 2012.
Tabel I. Kategori kadar LDL dalam darah National Institutes of Health, 2002
Kadar Kolesterol LDL Kategori
Kurang dari 100 mgdL Optimal
100 – 129 mgdL
Di atas optimal 130
– 159 mgdL Batas awal tinggi
160 – 189 mgdL
Tinggi 190 mgdL ke atas
Sangat tinggi
2. High Density Lipoprotein HDL
High Density Lipoprotein HDL, merupakan salah satu jenis kolesterol dengan kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan LDL. Hal ini
disebabkan karena struktur HDL yang mengandung lebih banyak protein dan lebih sedikit lemak dibandingkan dengan LDL. HDL akan membawa
kolesterol yang berlebih dari jaringan ke dalam hati untuk dimetabolisme. HDL dikenal sebagai kolesterol “baik” karena sifatnya
sebagai pelindung organ jantung dari risiko-risiko penyakit yang berhubungan dengan organ tersebut jika konsentrasinya dalam darah
besar Sutedjo, 2009.
Meningkatnya kadar HDL, dapat meningkatkan kesehatan pembuluh darah. Hal ini disebabkan karena HDL dapat mengeluarkan
kolesterol yang berlebih dari jaringan dan dikirim ke hati. Di dalam hati, kolesterol tersebut akan dipecah menjadi asam empedu dan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui tinja, sehingga tidak terjadi kelebihan kolesterol
di dalam tubuh Uranga and Keller, 2010.
Tabel II. Kategori kadar HDL dalam darah pada wanita National Institutes of Health, 2002
Kadar Kolesterol HDL Kategori
Keterangan Kurang dari 50 mgdL
Rendah. Faktor risiko penyakit
kardiovaskular Lebih dari 60 mgdL
Tinggi Bukan faktor risiko penyakit
kardiovaskular
Nilai kadar kolesterol HDL yang semakin rendah, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Kadar HDL
dapat dinaikkan dengan cara mengurangi atau berhenti merokok, banyak berolahraga, dan mengurangi berat badan Sutedjo, 2009.
3. Kolesterol total
Kolesterol total merupakan jumlah seluruh kolesterol yang ada di dalam tubuh manusia meliputi LDL, HDL, dan VLDL. Kadar
kolesterol total yang tinggi belum tentu memiliki arti yang buruk, namun masih perlu dilihat kadar masing-masing penyusunnya untuk melihat
baik buruknya Moll, 2009. Kolesterol yang berlebih dalam tubuh akan tertimbun di pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah aterosklerosis yang merupakan pertanda akan terjadinya penyakit jantung Sutedjo, 2009.
Tabel III. Kategori kadar kolesterol total dalam darah National Institutes of Health, 2002
Kadar total kolesterol Kategori
Kurang dari 200 mgdL Rendah
200 – 239 mgdL
Batas atas Lebih dari 240 mgdL
Tinggi
D. Rasio Lipid