Latar Belakang Persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar dan jenis pendidikan guru : studi kasus SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, SMK 17-1 Seyegan.

kepada sekolah dan guru, para birokrat pendidikan mengatakan bahwa KBK merupakan wujud dari desentralisasi pendidikan dan sebuah terobosan pendidikan yang nantinya bakal mendongkrak mutu pendidikan. Setelah dua tahun KBK dilaksanakan di hampir semua jenis dan jenjang sekolah di tanah air, Depdiknas dengan mudah mengatakan bahwa KBK merupakan kurikulum uji coba dan belum ada landasan hukumnya karena belum ditandatangani oleh Mendiknas sehingga layak untuk diganti. Awalnya, KBK memang diujicobakan pada beberapa sekolah, tetapi belum dilakukan evaluasi secara menyeluruh Depdiknas sudah memberlakukan KBK secara nasional. Kemudian secara tiba – tiba KBK diganti dengan KTSP Kurikulum Tingkat Satua n Pendidikan dengan alasan bahwa KBK 2004 dinilai terlalu sarat materi dan tidak mempresentasikan sebuah model baru pengajaran yang menekankan pada penguasaan dan kompetensi siswa. Pemberlakuan KTSP sendiri dirasa tanpa sebuah persiapan yang matang. Hal ini dapat dilihat dari rentang waktu penandatanganan dengan pelaksanaan Peraturan Mendiknas No 22, 23, dan 24. Peraturan Mendiknas ditandatangani tanggal 23 Mei 2006, tetapi sekolah wajib melaksanakan mulai bulan Juli tahun pelajaran 20062007. Peraturan Mendiknas memberi amanat KTSP disusun dan dikembangkan oleh masing – masing jenis dan jenjang sekolah dengan berpedoman pada Standar Isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, serta disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan daya dukung sekolah. Untuk menyusun dokumen KTSP, sekolah wajib menyelenggarakan workshop dengan melibatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI seluruh pemangku kepentingan. Dokumen KTSP dinyatakan berlaku setelah mendapatkan legalisasi dari Kepala Dinas Pendidikan KabupatenKota untuk jenjang pendidikan dasar SD dan SMP dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi untuk jenjang menengah SMA dan SMK. Secara teknis, proses penyusunan KTSP membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga pada tahun 20062007 secara de jure sekolah menggunakan KTSP, tetapi secara de Facto sekolah belum mempunyai dokumen KTSP. Dari perubahan kurikulum di atas yang menjadi korban adalah siswa, orangtua, dan yang terutama adalah guru. Guru bebas menentukan materi sendiri, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian yang harus dicapai oleh siswa. Dengan kata lain, Guru dituntut untuk lebih aktif, kreatif banyak ide, kritis dengan situasi yang ada dan tidak menunggu. Pelaksanaan KTSP memang menjadi beban yang berat bagi seorang guru. Guru harus mencermati standar kompetensi, menyeleksi kompetensi dasar yang harus dipelajari oleh peserta didik, membuat silabus, memilih pendekatan yang tepat, mengetahui setiap personal peserta didik, melakukan observasi, dan sekarang ini tugas guru bertambah lagi dengan harus membuat kurikulum sendiri. hal tersebut tidaklah mudah karena pada kenyataannya masih banyak guru yang bersikap pasif. Mereka terbiasa menjadi pelaksana saja, atau dengan kata lain mereka hanya mengerjakan apa yang sudah ada dengan gambaran yang sudah tepat, aturan dan langkah yang sudah jelas. Maka ketika ditawarkan peluang untuk mandiri dan kreatif tidak mudah bagi mereka untuk melaksanakannya. Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi proses pemaqhaman penerimaan terhadap suatu objek. Karena secara Fisiologi maupun Psikologis pria dan wanita itu berbeda. Perbedaan fisiologis tampak dari bentuk tubuh, suara, gaya, dan cara jalan. Sedangkan secara Psikologis tampak dalam perbedaan pola pikir. Perbedaan pola pikir akan sangat memepengaruhi penilaian seseorang akan suatu objek yang diamati. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari jenis kelamin. Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan mempengaruhi proses pemahaman dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan mempengaruhi proses pemahama n dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari jenis pendidikan guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari uraian diatas yang akan diteliti oleh penulis adalah guru di sekolah yang sudah menggunakan KTSP. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar dan jenis pendidikan guru.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin? 2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari penga laman mengajar? 3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis pendidikan guru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin. 2. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari pengalaman mengajar. 3. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis pendidikan guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru terhadap KTSP khususnya bagi kepala sekolah. Berdasarkan hasil penelitian ini, kepala sekolah dapat menyamakan persepsi guru terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah. Dengan demikian, pelaksanaan KTSP di sekolah dapat berlangsung dengan baik karena setiap guru memiliki pemahaman yang sama. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain. 3. Bagi Penulis Dengan penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan dan penagalaman yang berguna bagi penulis serta penulis dapat berlatih menganalisis masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI