Persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar dan jenis pendidikan guru : studi kasus SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, SMK 17-1 Seyegan.

(1)

x ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru

Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan

Fransisca Ari Cahyaningrum Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) pengalaman mengajar, dan (3) jenis pendidikan guru.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan yang berjumlah 122 orang. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah Independent Sample T-Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenis kelamin karena tHitung (0.224) < t Tabel (1,67), (2) tidak ada perbedaan persepsi gur u terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar karena tHitung (-0,278) < t Tabel (1,67), (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenis pendidikan guru karena t Hitung (0.422) < t Tabel (1,67).


(2)

xi ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS THE APPLICATION OF SCHOOL BASED CURRICULUM PERCEIVE FROM SEX, TEACHING

EXPERIENCE, AND TYPE OF TEACHER’S EDUCATION

A Case Study in YPKK 1 and YPKK 2 Vocational High School’s in Sleman, And in 17-I Vocational High School in Seyegan District

Fransisca Ari Cahyaningrum Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aim for the recearch is to know the difference of teacher’s perception towards application of School Based Curriculum perceived from sex, teaching experience, and type of teacher’s education.

The populations of this research are 122 of teachers in YPKK 1 and YPK Vocational High School’s in Sleman, and in 17-I Vocational High School in Seyegan District.In this research all teacher’s become samples. The data analysis technique used was Independent Sample T-Test.

The results of the research show that (1) there isn’t any difference in teacher’s perception towards the application of School Based Curriculum perceived from sex because tcount (0.224) < t Table (1,67), (2) there isn’t any difference in teacher’s perception towards the application of School Based Curriculum perceived from teaching experience because tcount (-0,278) < t Table (1,67) (3) there isn’t any difference in teacher’s perception towards the application of School Based Curriculum perceived from type of teacher’s education because t count (0.422) < t Table (1,67).


(3)

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru

Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akunansi

Oleh :

Fransisca Ari Cahyaningrum NIM : 031334026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru

Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akunansi

Oleh :

Fransisca Ari Cahyaningrum NIM : 031334026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(5)

(6)

(7)

iv

Kasih yang sempurna telah kutrima dari-M u

Bukan karena kebaikanku, hanya oleh Kasih Karunia-M u K au pulihkan aku, layakkanku tuk dapat memanggil-M u

Bapa... Kau b’ri yang kupinta, saat kumencari, kumendapatkan kuketuk pintu-M u dan Kau bukakan

Sbab kau Bapaku, Bapa Yang Kekal Takkan Kau biarkan

aku melangkah hanya sendirian Kau selalu ada bagiku.... S’bab Kau Bapaku, Bapa Yang Kekal

Kupersembahkan Karya Ini Untuk

Jesus Christ and Saint M arry Keluargaku tercinta yang selalu mendukungku

Bapak (B. Rejomulyo) – I bu (H . D aliyah) M as Agus – M bak Sri B. N ovi M y Soulmate Terima kasih atas doa, cinta dan perhatian kalian I luv U All


(8)

v

Thanks To:

Jesus Christ, Allah Bapa yang H idup… . F or guiding me in every step of the way

F or giving me blessings and lessons and un conditional love.

I thank You cause I know You are there and You’ll always bethere for me

Semua yang terjadi dalam hidupku, kuserahkan hanya pada-M u Thank You for being who are and accepting me the way lam. Thank You for planning my life.

You are the best “manager”

Just imagine, You even manage what will happen with my life Thank You for being my F ather, my best F riend, and my Savior. Thank You for his life, this love, and this happiness.

Thank You Jesust… .


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skrisi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Agustus 2008 Penulis


(10)

(11)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bpk. Drs. T Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan FKIP, Universitas Sanata Dharma.

2. Bpk. Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si, selaku Ketua Jurusan PIPS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

3. Bpk. L Saptono, S.Pd., M.Si. , selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, JPIPS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

4. Bpk. S Widanarto, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama proses perkuliahan.

6. Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar.


(12)

viii

7. BAPEDA Yogyakarta dan BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Bpk. Drs. H. Djoko Purwanto, selaku Kepala Sekolah SMK YPKK 1 Sleman yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.

9. Ibu Dra. Rubiyati, selaku Kepala Sekolah SMK YPKK 2 Sleman yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.

10. Ibu Dra. Sujilah, selaku Kepala Sekolah SMK 17-I Seyegan yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.

11. Guru – guru SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyega n yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang telah penulis bagikan.

12. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa kalian aku tidak akan bisa berhasil.

13. Kakakku, Mas Agus n Mbak Sri, thank’s atas dukungannya. Jaga Farel supaya jadi anak pintar. Buat Kakakku Novi, thank’s a lot. you are my best syster. Smoga kita tetap bisa jadi kakak adek sekaligus sahabat.

14. Sepupuku ”Mei” ayo semangat!!!Serahkan segala masalah dan kekuatiranmu pada Tuhan. ”Mbak Nov”, semoga sukses dalam karier n cintamu. ”Mas Yudi” thank’s lap topnya yaa...”Retno n Arina” jaga diri selalu yaa, kapan-kapan aku maen ketempat kalian diperantauan ya...”Citra” moga menang dalam perlombaan besok. ”Rifa” belajar yang rajin yoo...


(13)

ix

15. Kang Purwanto, Thank’s atas doa dan dukungannya selama ini.. You are my inspiration. Maksih karena mau nemeni aku bila aku butuh bantuan.

16. Dek_No, makasih krena aku boleh ngeprint dit4mu. khan lumayan ngirit.he...he.

17. ”Uciex” thank’s karena aku boleh olah data di t4mu. ”Agnezz”, ayo semangat....”Heni”,makasih atas masukannya yang sangat berguna bagi aku. 18. Seluruh mahasiswa angkatan 2003 yang telah memberi warna semasa kuliah. 19. Temen2 di kampoeng, ”Endro, Giran, Ruri, Epri, Parno, Ho2, Johan, Dewi,

Narsih” kapan2 masak n makan bareng lagi yaa... 20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa sripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini berguna bagi semua pihak yang berkepentingan atas skripsi ini.

Yogyakarta, 5 Agustus 2008 Penulis


(14)

x ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru

Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan

Fransisca Ari Cahyaningrum Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) pengalaman mengajar, dan (3) jenis pendidikan guru.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan yang berjumlah 122 orang. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah Independent Sample T-Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenis kelamin karena tHitung (0.224) < t Tabel (1,67), (2) tidak ada perbedaan persepsi gur u terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar karena tHitung (-0,278) < t Tabel (1,67), (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenis pendidikan guru karena t Hitung (0.422) < t Tabel (1,67).


(15)

xi ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS THE APPLICATION OF SCHOOL BASED CURRICULUM PERCEIVE FROM SEX, TEACHING

EXPERIENCE, AND TYPE OF TEACHER’S EDUCATION

A Case Study in YPKK 1 and YPKK 2 Vocational High School’s in Sleman, And in 17-I Vocational High School in Seyegan District

Fransisca Ari Cahyaningrum Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aim for the recearch is to know the difference of teacher’s perception towards application of School Based Curriculum perceived from sex, teaching experience, and type of teacher’s education.

The populations of this research are 122 of teachers in YPKK 1 and YPK Vocational High School’s in Sleman, and in 17-I Vocational High School in Seyegan District.In this research all teacher’s become samples. The data analysis technique used was Independent Sample T-Test.

The results of the research show that (1) there isn’t any difference in teacher’s perception towards the application of School Based Curriculum perceived from sex because tcount (0.224) < t Table (1,67), (2) there isn’t any difference in teacher’s perception towards the application of School Based Curriculum perceived from teaching experience because tcount (-0,278) < t Table (1,67) (3) there isn’t any difference in teacher’s perception towards the application of School Based Curriculum perceived from type of teacher’s education because t count (0.422) < t Table (1,67).


(16)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Persepsi Guru... 7

1. Pengertian Persepsi ... 7

2. Syarat-syarat Individu dapat menyadari Persepsi ... 8


(17)

xiii

4. Faktor-Faktor yang menyebabkan Perbedaan Persepsi... 11

B. Guru... 11

C. Kurikulum ... 12

1. Pengertian Kurikulum ... 12

2. Peranan Kurikulum ... 13

3. Fungs i Kurikulum ... 15

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 16

1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 16

a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 16

b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 17

c. Landasan Pengembangan... 18

d. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 18

e. Aspek-Aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 19

2. Memahami dan Memaknai Standar Isi... 21

a. Struktur Kurikulum ... 21

b. Beban Belajar ... 25

3. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 26

a. a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pend idikan.... 26

b. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan c. Pendidikan... 28

d. Strategi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan e. Pendidikan... 29

4. Pembelajaran dan Penilaian ... 29

a. Prinsip Pelaksanaan... 29

b. Pengembangan Program... 30

c. Pelaksanaan Pembelajaran ... 32

d. Penilaian Hasil Belajar... 34

E. Jenis Kelamin... 35

F. Pengalaman Mengajar ... 36

G. Jenis Pendidikan ... 37


(18)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian... 40

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 42

F. Teknik Pengumpulan Data... 44

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 51

H. Uji Normalitas... 54

I. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 58

A. SMK YPKK 1 SLEMAN ... 58

1. Sejarah Singkat ... 58

2. Visi dan Misi Sekolah... 62

3. Guru dan Karyawan ... 62

4. Siswa ... 64

5. Fasilitas... 64

6. Struktur Organisasi... 66

B. SMK YPKK 2 SLEMAN ... 67

1. Sejarah Singkat ... 67

2. Visi dan Misi Sekolah... 68

3. Guru dan Karyawan ... 68

4. Siswa ... 69

5. Fasilitas... 70


(19)

xv

C. SMK 17-I SEYEGAN ... 71

1. Sejarah Singkat ... 71

2. Visi dan Misi Sekolah... 73

3. Guru dan Karyawan ... 75

4. Siswa ... 75

5. Fasilitas... 76

6. Struktur Organisasi... 77

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Analisis Data ... 78

1. Diskripsi Populasi yang dijadikan sampel... 78

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

b. Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 79

c. Responden BerdasarkanJenis Pendidikan... 79

2. Diskripsi Persepsi Guru terhadap penerapan KTSP ... 80

a. Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

b. Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar .. 82

c. Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 82

B. Uji Prasyarat Analisis ... 83

1. Uji Normalitas... 78

2. Uji Homogenitas ... 79

C. Pembahasan... 86

BAB VI PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan... 92

B. Keterbatasan... 93

C. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(20)

xvi

DAFTAR TABEl

Tabel II.1 Struktur Kurikulum SD/MI ... 21

Tabel II.2 Struktur Kurikulum SMP/Mts ... 22

Tabel II.3 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X... 22

Tabel II.4 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program IPA .... 23

Tabel II.5 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program IPS ... 24

Tabel II.6 Struktur Kurikulum SMK/MAK ... 25

Tabel III.1 Jumlah Populasi Penelitian... 41

Tabel III.2 Jumlah Sampel ... 42

Tabel III.3 Skala Pengukuran Likert ... 44

Tabel III.4 Kisi-kisi dan Alokasi Butir Soal... 45

Tabel III.5 Rangkuman Validitas Instrumen... 52

Tabel IV.1 Data Siswa SMK YPKK 1 Sleman... 64

Tabel IV.2 Data Siswa SMK YPKK 2 Sleman... 69

Tabel IV.3 Data Siswa SMK 17-1 Seyegan... 75

Tabel V.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

Tabel V.2 Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 79

Tabel V.3 Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 79

Tabel V.4 Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

Tabel V.5 Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 82

Tabel V.6 Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 82

Tabel V.7 Uji Normalitas... 84


(21)

xvii

Tabel V.9 Uji Homogenitas Berdasarkan Pengalaman Mengajar... 85 Tabel V.10 Uji Homogenitas Berdasarkan Jenis Pendidikan ... 86


(22)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi SMK YPKK 1 Sleman... 66 Gambar 2 Struktur Organisasi SMK YPKK 2 Sleman... 71 Gambar 3 Struktur Organisasi SMK 17-1 Seyegan... 77


(23)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian... 94 Lampiran 2 Data Validitas dan Reliabilitas ... 113 Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 117 Lampiran 4 Data penelitian... 119 Lampiran 5 Hasil Uji T-Test... 123 Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian... 130 Lampiran 7 Surat telah melaksanakan Penelitian... 135


(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan Pendidikan di Indonesia saat ini masih belum jelas Kebijakan tersebut hanya berkutat pada masalah teknis dan belum menyentuh persoalan – persoalan substansial, sehingga mutu pendidikan tidak kunjung membaik. Terdapat fakta bahwa beberapa siswa menunjukkan prestasi dalam olimpiade sains tingkat international, akan tetapi keberhasilan itu belum bisa menunjukkan mutu pendidikan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari laporan tentang pembangunan manusia Indonesia yang dipublikasikan United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2004, dimana Human Development Indonesia berada di urutan ke-111 dari 175 negara.

Kondisi Indonesia yang memprihatinkan inilah yang mendorong para pakar untuk terus mencari cara untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa. Berbagai upaya dilakukan guna memperbaiki sistem pendidikan nasional kita, salah satunya dengan perubahan kurikulum sekolah. Sampai saat ini tercatat bahwa Indonesia telah mengalami 7 kali perubahan kurikulum, yaitu : Rencana Pelajaran 1947, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Pada tahun 2004 kita menggunakan Kurikulum berbasis Kompetensi. Kurikulum ini tergolong pendek penggunaannya. Ketika KBK disosialisasikan


(25)

kepada sekolah dan guru, para birokrat pendidikan mengatakan bahwa KBK merupakan wujud dari desentralisasi pendidikan dan sebuah terobosan pendidikan yang nantinya bakal mendongkrak mutu pendidikan. Setelah dua tahun KBK dilaksanakan di hampir semua jenis dan jenjang sekolah di tanah air, Depdiknas dengan mudah mengatakan bahwa KBK merupakan kurikulum uji coba dan belum ada landasan hukumnya karena belum ditandatangani oleh Mendiknas sehingga layak untuk diganti.

Awalnya, KBK memang diujicobakan pada beberapa sekolah, tetapi belum dilakukan evaluasi secara menyeluruh Depdiknas sudah memberlakukan KBK secara nasional. Kemudian secara tiba – tiba KBK diganti dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satua n Pendidikan) dengan alasan bahwa KBK 2004 dinilai terlalu sarat materi dan tidak mempresentasikan sebuah model baru pengajaran yang menekankan pada penguasaan dan kompetensi siswa.

Pemberlakuan KTSP sendiri dirasa tanpa sebuah persiapan yang matang. Hal ini dapat dilihat dari rentang waktu penandatanganan dengan pelaksanaan Peraturan Mendiknas No 22, 23, dan 24. Peraturan Mendiknas ditandatangani tanggal 23 Mei 2006, tetapi sekolah wajib melaksanakan mulai bulan Juli tahun pelajaran 2006/2007.

Peraturan Mendiknas memberi amanat KTSP disusun dan dikembangkan oleh masing – masing jenis dan jenjang sekolah dengan berpedoman pada Standar Isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, serta disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan daya dukung sekolah. Untuk menyusun dokumen KTSP, sekolah wajib menyelenggarakan workshop dengan melibatkan


(26)

seluruh pemangku kepentingan. Dokumen KTSP dinyatakan berlaku setelah mendapatkan legalisasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi untuk jenjang menengah (SMA dan SMK). Secara teknis, proses penyusunan KTSP membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga pada tahun 2006/2007 secara de jure sekolah menggunakan KTSP, tetapi secara de Facto sekolah belum mempunyai dokumen KTSP.

Dari perubahan kurikulum di atas yang menjadi "korban" adalah siswa, orangtua, dan yang terutama adalah guru. Guru bebas menentukan materi sendiri, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian yang harus dicapai oleh siswa. Dengan kata lain, Guru dituntut untuk lebih aktif, kreatif banyak ide, kritis dengan situasi yang ada dan tidak menunggu.

Pelaksanaan KTSP memang menjadi beban yang berat bagi seorang guru. Guru harus mencermati standar kompetensi, menyeleksi kompetensi dasar yang harus dipelajari oleh peserta didik, membuat silabus, memilih pendekatan yang tepat, mengetahui setiap personal peserta didik, melakukan observasi, dan sekarang ini tugas guru bertambah lagi dengan harus membuat kurikulum sendiri. hal tersebut tidaklah mudah karena pada kenyataannya masih banyak guru yang bersikap pasif. Mereka terbiasa menjadi pelaksana saja, atau dengan kata lain mereka hanya mengerjakan apa yang sudah ada dengan gambaran yang sudah tepat, aturan dan langkah yang sudah jelas. Maka ketika ditawarkan peluang untuk mandiri dan kreatif tidak mudah bagi mereka untuk melaksanakannya.


(27)

Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi proses pemaqhaman penerimaan terhadap suatu objek. Karena secara Fisiologi maupun Psikologis pria dan wanita itu berbeda. Perbedaan fisiologis tampak dari bentuk tubuh, suara, gaya, dan cara jalan. Sedangkan secara Psikologis tampak dalam perbedaan pola pikir. Perbedaan pola pikir akan sangat memepengaruhi penilaian seseorang akan suatu objek yang diamati. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari jenis kelamin.

Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan mempengaruhi proses pemahaman dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar

Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan mempengaruhi proses pemahama n dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari jenis pendidikan guru.


(28)

Dari uraian diatas yang akan diteliti oleh penulis adalah guru di sekolah yang sudah menggunakan KTSP. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar dan jenis pendidikan guru.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari penga laman mengajar?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis pendidikan guru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin.

2. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari pengalaman mengajar.

3. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis pendidikan guru.


(29)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru terhadap KTSP khususnya bagi kepala sekolah. Berdasarkan hasil penelitian ini, kepala sekolah dapat menyamakan persepsi guru terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah. Dengan demikian, pelaksanaan KTSP di sekolah dapat berlangsung dengan baik karena setiap guru memiliki pemahaman yang sama.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain.

3. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan dan penagalaman yang berguna bagi penulis serta penulis dapat berlatih menganalisis masalah.


(30)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Guru

1. Pengertian Persepsi

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu menerima secara langsung stimulus atau rangsangan dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Individu mulai merasa kedinginan, sakit, tidak senang dan sebagainya, kesan seperti itu yang diperoleh dari lingkungannya merupakan hasil dari proses persepsi, karena persepsi merupakan proses memahami dunianya. ( Bimo, 1994 :53 )

Persepsi pada hakekatnya adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. ( Miftah, 1983 : 138 )

Persepsi berarti mengenal sesuatu alat indra dengan secara global dan belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum terbedakan satu dari yang lainnya. ( Mahfud, 1991 : 91 )

Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan. ( Bimo, 1994 : 53 )


(31)

Menurut Husaini dan Noor (1991), pengertian persepsi adalah objek – objek di sekitar, kita tangkap melalui alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu dalam otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diindera.

2. Syarat-syarat Individu dapat Menyadari dan Mengadakan Persepsi

Syarat – syarat agar individu dapat menyadari dan mengadakan persepsi yaitu :

a. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat Indra

Alat indera atau stimulus merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu, harus adapula syaraf sensoris sebagai alat untuk menerima stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.


(32)

c. Adanya Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Bimo, 1994 : 54 )

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persepsi

a. Faktor - faktor perhatian dari luar yakni faktor – faktor yang terdiri dari pengaruh – pengaruh lingkungan antara lain:

1) Intensitas

Prinsip intensitas menyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar semakin besar pula hal- hal untuk dipahami. 2) Ukuran

Faktor ukuran menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu obyek, maka semakin mudah untuk diketahui atau dipahami.

3) Keberlawanan

Prinsip keberlawanan menyatakan bahwa sti,ulus luar yang penampilnnya berlawanan dengan latar belakang atau sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan menarik perhatian.

4) Pengulangan

Prinsip pengulangan menyatakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali melihat.


(33)

5) Gerakan.

Orang akan memberikan banyak perha tian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya, dibandingkan dengan obyek yang diam.

b. Faktor – faktor dari dalam terdiri dari : 1) proses belajar ( Learning )

Setiap orang belajar belajar dari pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Pengalaman tersebut oleh individu diorganisasikan kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diiderakan itu. Persepsi merupakan keadaan yang menyeluruh dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Oleh karena itu, apa yang ada dalam diri individu, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif dalam persepsi individu (Moskowitz dan Orgol,1969).

2) motivasi

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada individu manusia, sehingga akan mempengaruhi kejiwaan serta emosi, yang kemudian diakhiri dengan suatu tindakan. Secara psikologis setiap faktor mental, suasana emosi, keinginan yang kuat akan mempengaruhi respons persepsi.

3) Kepribadian

Kepribadian mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menanggapi situasi yang dihadapi. Perbedaan kepribadian


(34)

antar individu satu dengan individu lain akan menyebabkan perbedaan dalam menanggapi respons persepsi.

4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Persepsi a. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua obyek yang menarik bagi kita.

b. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

c. Kesediaan

Kesediaan adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dahulu.

d. Sistem Nilai

Sitem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakt akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

B. Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1990 : 228 ) guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya, profesinya mengajar.


(35)

Sedangkan menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2 mendefinisikan pendidik (guru) sebagai:

Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Implikasi formalnya setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan yang mempunyai wewenang mengajar yakni guru dan dosen.

C. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut pandangan lama, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah. (Wiryokusumo, 1988 : 3). Selanjutnya Romine (dalam bukunya Wiryokusumo 1988 : 4 ) menyatakan pandangan baru kurikulum sebagai berikut :Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of tehe school whether in the classroom or not.

Webster's New Collegiate Dictionary ( Allan & Linda, 1995 : 3) menyatakan bahwa : curriculum as a course study, as in a college, the whole body of courses offered in a educational institution or by a department there of.

Menurut Nana Sudjana (dalam Iswanto, 2000 : 26) kurikulum dapat diartikan sebagai program dan pengalaman belajar serta hasil – hasil


(36)

belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi sosial anak didik.

Dari pengertian tersebut di atas, ada dua hal yang tersirat dalam pengetian kurikulum. Pertama, kurikulum merupakan program atau rencana atu niat atau harapan atau keinginan. Pada hakekatnya kurikulum potensial, wujud nyatanya adalah buku kurikulum yang dituangkan dalam garis – garis besar program pengajaran beserta petunjuk pelaksanaannya. Kedua, adalah pengalaman belajar atau kegiatan nyata hakekatnya adalah kurikulum aktual, wujudnya adalah kegiatan nyata pada roses belajar mengajar berlangsung atau lebih populer disebut pengajaran (instruction). Oleh sebab itu, kutikulum dan pengajaran tidak bisa dipisahkan tetapi hanya bisa dibedakan. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksanaan atau operasionalisasi dari rencana dan program.

2. Peranan Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan dimana kurikulum tersebut berada. Dengan memperhatikan struktur suatu kebudayaan, lebih memperjelas lagi untuk membedakan suatu kurikulum yang satu dengan yang lainnya yaitu kurikulum yang menggambarkan hal-hal yang bersifat pendidikan umum dan yang bersifat pendidikan khusus.


(37)

Dalam upaya menerapkan dan mengelola kurikulum, maka kurikulum memiliki peranan sebagai berikut :

a. Peranan Konservatif

Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah menstransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan dan membina tingkah laku para siswa sesuai dengan nilai- nilai sosial yang ada dalam masyarakat sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.

b. Peranan Kreatif

Kurikulum harus mampu melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif dalam arti harus menyusun atau mendesain sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam masyarakat dan dibuat dalam bentuk mata pelajaran yang akan disajikan pada para pesrta didik.

c. Peranan Kritis dan Evaluatif

Kurikulum berperan aktif dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur-unsur berpikir kritis di mana nilai- nilai sosial yang tidak sesuai dengan perkembangan teknologi disisihkan dan yang sesuai ditata untuk siap diorganisasikan menjadi bentuk pengalaman belajar yang mampu mengembangkan sikap kritis peserta didik ke arah pembentukan pribadi yangn terintegrasi dengan kehidupan nyata di masyarakat.


(38)

3. Fungsi Kurikulum

Menurut Alexander Inglis (dalam Wiryokusumo, 1988 : 8) kurikulum memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi Penyesuaian ( The Adjustive of Adaptive Function)

Lingkungan masyarakat yang bersifat dinamis harus diikuti dengan kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum harus mampu menata keadaan masyarakat agar dapat dibawa ke lingkungan sekolah untuk dijadikan objek pelajaran.

b. Fungsi Pengintegrasian (The Integrating Function)

Kurikulum harus mampu mebnyiapkan pengalaman belajar yang dapat mendidik pribadi yang terintegrasi, karena individu- individu yang berada di sekolah mampu melakukan pengitegrasian sesuai dengan norma masyarakat.

c. Fungsi Pembedaan (The Differentiating Function)

Kurikulum harus mampu melayani pengembangan-pengembangan potensi individu yang akan hidup di lingkungan masyarakat.

d. Fungsi Penyiapan (The Propaedeutic Function)

Kurikulum juga harus menyiapkan seperangkat pengalaman-pengalaman belajar yang siap dianalisis oleh peserta didik untuk bekal hidup bermasyarakat.


(39)

Sekolah melakukan penyeleksian secara selektif terhadap pengalaman belajar yang dapat diorganisir lebih lanjut dalam suatu bentuk organisasi kurikulum.

f. Fungsi Diagnosa ( The Diagnotic Function)

Fungsi ini merupakan fungsi kurikulum yang pada gilirannya akam mengetahui keberhasilan. Penerapan program-program pengalaman belajar yang diikuti oleh peserta didik sejalan dengan upaya memahami bakat dan minat peserta didik.

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 :

1). Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.

2). Kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan dan potensi daerah.


(40)

3). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP.

b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1). Tujuan Umum

Secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam mengembangkan kurikulum.

2). Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah :

a). Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b). Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c). Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.


(41)

c. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai berikut :

1). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

2). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan.

3). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

4). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

5). Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23.

d. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki beberapa karakteristik yaitu :

1). Pemberian Otonomi kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan 2). Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi

3). Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional 4). Tim Kerja yang Kompak dan Transparan

e. Aspek - Aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Agar Pengembangan dan Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mampu mendongkrak kualitas pendidikan, perlu didukung oleh perubahan mendasar dalam kebijaksanaan pengelolaan sekolah yang menyangkut aspek-aspek berikut :


(42)

1). Iklim Pembelajaran yang Kondusif

Iklim yang kondusif akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan bermakna yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (Learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri ( learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together)

2). Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidikan

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta sistem evaluasinya didesentralisasikan ke sekolah dan satuan pendidikan, sehingga pengembangan kurikulum diharapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel. 3). Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan

Sekolah dan satuan pendidikan dituntut mampu mengembangkan kurikulum dan mengelola sumber daya secara transparan, demokratis, dan bertanggung jawab baik terhadap masyarakat maupun pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas terhadap peserta didik.

4). Kepemimipinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kepala sekolah dan guru merupakan "the key person" dalam keberhasilan pelaksanaan "pembelajaran".


(43)

5). Revitalisasi Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua

Masyarakat dan orangtua harus disadarkan bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak. Prestasi keberhasilan sekolah harus menjadi kebanggaan masyarakat dan lingkungannya. Ini berarti, pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memerlukan kesadaran dan partisipasi aktif semua pihak yang terkait dengan pendidikan.

6). Menghidupkan serta Meluruskan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Kegiatan MGMP dan KKG perlu dihidupkan dan diluruskan agar dapat dijadikan sebagai wadah guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah melalui peningkatan mutu pembelajaran (effective teaching)

7). Kemandirian Guru

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru harus mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki diri dalam pembelajaran. Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru yang bisa digugu dan ditiru, sehingga tidak saja mampu mengembangkan Kurikulum Tingkat Satua n Pendidikan tetapi juga melaksanakannya dalam pembelajaran secara efektif dan menyenangkan.

2. Memahami dan memaknai Standar Isi a. Struktur Kurikulum


(44)

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 1). Struktur Kurikulum SD/MI

Tabel II.1

Struktur Kurikulum SD/MI

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

I II III IV,V,VI A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga 4

Dan Kesehatan

B. MUATAN LOKAL 2

C. PENGETAHUAN DIRI 2*

Jumlah 26 27 28 32

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran

2). Struktur Kurikulum SMP/MTs Tabel II.2

Struktur Kurikulum SMP/MTs

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

VII VIII IX

A.MATA PELAJARAN


(45)

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 2 2 dan Kesehatan

10, Keterampilan/Teknologi 2 2 2

Informasi dan Komunikasi

B. MUATAN LOKAL 2 2 2

C. PENGETAHUAN DIRI 2*) 2*) 2*)

Jumlah 32 32 32

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran 3). Struktur Kurikulum SMA/MA

Tabel II.3

Struktur kurikulum SMA/MA Kelas X

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

X A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 4

4. Bahasa Inggris 4

5. Matematika 4

6. Fisika 2

7. Biologi 2

8. Kimia 2

9. Sejarah 1

10. Geografi 1

11. Ekonomi 2

12. Sosiologi 2

13. Seni Budaya 2

14. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 dan Kesehatan

15, Keterampilan/Teknologi 2

Informasi dan Komunikasi


(46)

C. PENGETAHUAN DIRI 2*)

Jumlah 38

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran Tabel II.4

Struktur kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII untuk program IPA

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

XI XII

A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4

5. Matematika 4 4

6. Fisika 4 4

7. Biologi 4 4

8. Kimia 4 4

9. Sejarah 1 1

10. Seni Budaya 2 2

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga

2 2

dan Kesehatan

12, Keterampilan/Bahasa Asing 2 2

B. MUATAN LOKAL 2 2

C. PENGETAHUAN DIRI 2*) 2*)

Jumlah 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran Tabel II.5

Struktur kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII untuk program IPS

KOMPONEN KELAS DAN ALOKASI

WAKTU

XI XII

A.MATA PELAJARAN


(47)

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 4

4. Bahasa Inggris 4

5. Matematika 4

6. Sejarah 3 3

7. Geografi 3 3

8. Ekonomi 4 4

9. Sosiologi 3 3

10. Seni Budaya 2 2

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2

12, Teknologi Informasi dan 2 2

Komunikasi

13. Keterampilan/Bahasa Asing2 2 2

B. MUATAN LOKAL 2 2

C. PENGETAHUAN DIRI 2*) 2*)

Jumlah 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran 4). Struktur KurikulumSMK/MAK Tabel II.1

Struktur Kurikulum SMK/MAK

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

Jam Pelajaran Durasi Waktu KOMPONEN

per muinggu Jam A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 2 192

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 192

3. Bahasa Indonesia 4 192

4. Bahasa Inggris 4 440

5. Matematika 4 440

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 192

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 192

8. Seni Budaya 2 192

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 192 dan Kesehatan

10, Keterampilan/Bahasa Asing 2

1. Keterampilan Komputer 202

dan pengelolaan Informasi


(48)

3. Dasar Kompetensi 140 Kejuruan

4. Kompetensi Kejuruan 1000

B. MUATAN LOKAL 2 192

C. PENGETAHUAN DIRI -2 -192

Jumlah 36 3950

b. Beban Belajar

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

1). Kegiatan Tatap Muka

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan guru.Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing- nmasing satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

a). SD/MI/SDLB berlansung selama 35 menit. b). SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40menit.

c). SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.

2). Penugasan Terstruktur

Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.


(49)

Penugasan Mandiri Tidak Terstruktur kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Pemberian tugas ini tidak dilakukan secara teratur, namun bersifat insidental.

3. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pengembangan kurikulum menyangkut beberapa tingkat, yaitu: 1) Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional

Dalam kaitannya dengan KTSP, pengembangan kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan Standar Nasional Pendidikan yang pada saat ini mencakup Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk setiap satuan pendidikan pada masing- masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.

2) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a) Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).

b) Merumuskan visi dan misi, serta merumuskan tujuan pendidikan pada satuan pendidikan.


(50)

c) Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, visi dan misi, serta tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan selanjutnya dikembangkan bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasi tujuan tersebut.

d) Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.

e) Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi kemudahan belajar.

3) Pengembangan Silabus

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a) Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan setiap bidang studi

b) Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar yang diperlukan dalam pembelajaran.

c) Mendiskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokkannya sesuai dengan ruang lingkup dan urutannya.

d) Mengembangkan setiap indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaiannya dan pengelompokannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (keterampilan), nilai dan sikap.

e) Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi.


(51)

Kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran atau persiapan mengajar.

5) Kurikulum Aktual

Kurikulum aktual atau pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan guru dan lingkungan pembelajaran. b. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan di sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

2). Beragam dan terpadu

3). Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

4). Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5). Menyeluruh dan berkesinambungan 6). Belajar sepanjang hayat

7). Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah c. Strategi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(52)

Strategi yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan KTSP yaitu berkaitan dengan :

1) Sosialisasi KTSP di sekolah

2) Menciptakan suasana yang kondusif

3) Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar 4) Membina disiplin

5) Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah 6) Mengubah paradigma (pola pikir) guru

7) Memberdayakan staff

4. Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan a. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk mengusasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.


(53)

3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat.

5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sabagai sumber belajar.

6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7) Kurikulum yangt mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

b. Pengembangan Program 1). Program Tahunan


(54)

Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Sumber-sumber yang dapat dijadik an sebagai bahan pengembangan program tahunan antara lain:

a). Daftar kompetensi standar sebagai konsensus nasional yang dikembangkan dalam silabus mata pelajaran yang akan dikembangkan.

b). Ruang lingkup dan urutan kompetensi. c). Kalender Pendidikan.

2). Program Semester

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal- hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Umumnya berisi bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.

3). Program Mingguan dan Harian

Untuk membantu kemajuan peserta didik, disamping modul perlu dikembangkan program mingguan dan harian. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujan yang belum tercapai dan yang perlu diulang bagi peserta didik. Melalui program ini, kemajua n belajar setiap peserta didik diidentifikasi oleh guru


(55)

sehingga guru dengan segera mengetahui peserta didik yang mendapat kesulitan. Bagi peserta didik yang cepat diberikan pengayaan, sedangkan bagi peserta didik yang lambat dilakukan pengulangan modul untuk mencapai tujuan yang belum tercapai. 4). Program Pengayaan dan Remedial

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian.Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan terhadap modul, tugas, hasil tes dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis dipadukan dengan cara-cara yang ada pada progra mingguan dan harian untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik wajib mengikuti remedial dan yang mengikuti program pengayaan. 5). Program Pengembangan

Dalam pelaksanaan KTSP, sekolah berkewajiban memberikan program pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, dan karir.

c. Pelaksanaan Pembelajaran 1). Pre Test (tes Awal)

Fungsi Pre test antara lain :


(56)

b). Untuk mengetahui tingkat belajar peserta didik dalam prose belajar sehubungan dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c). Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh peserta didik.

d). Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai.

2). Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan.

3). Post Test

Fungsi Post Tes antara lain :

a). Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dilakukan.

b). Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai peserta didik.

c). Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remidial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar.


(57)

d). Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran.

d. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil dalam KTSP dapat dilakukan dengan : 1). Penilaian Kelas

Penilaian kelas dapat dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.

2). Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka perbaikan program pembelajaran.

3). Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu.

4). Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.

5). Penilaian Program

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan


(58)

berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan jaman.

E. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud disini adalah pria dan wanita. Seperti yang ditulis Gilarso (2001 : 2) bahwa jenis kelamin menunjuk pada keseluruhan ciri-ciri yang membedakan manusia sebagai pria dan wanita yakni: jasmaninya, kejiwaannya, sifatnya, cara berpikir, bentuk tubuh, suara dan gaya, perasaannya, bakat-bakat dan sebagainya. Perbedaan yang ada pada pria dan wanita, baik secara fisik maupun psikis akan mempengaruhi kepribadian seseorang di mana dalam kepribadian terkandung arti : ada daya tarik fisik, perasaan, kedewasaan serta me nimbulkan perbedaan suatu pola pikir atas objek yang diamatinya.

Menurut Kartini (1971) dalam bukunya yang berjudul Teori Kepribadian dan Mental Hygiene, ada perbedaan-perbedaan yang penting dalam karakter pria dan wanita. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:

1. Pria lebih bersifat egosentris,sedangkan wanita lebih bersifat heterosentris. 2. Kaum pria biasanya muncul sebagai pemegang inisiatif, sedangkan wanita

lebih bersifat melindungi, memelihara, dan mempertahankan (desentif). Menurut professor Heymans, perbedaan pria dan wanita terletak pada sifat sekunderitas, emosional, dan aktivitas dari fungsi- fungsi.


(59)

1. Sekunderitas

Perasaan wanita akan lebih lama berpengaruh terhadap struktur kepribadian dibandingkan dengan pria.

2. Emosional

Wanita lebih bersifat emosio nal daripada pria. 3. Aktivitas

a. Wanita kurang berminat pada pelontaran kriktik terhadap bidang kesehatan dan kebudayaan daripada pria.

b. Wanita umumnya lebih bersifat spontan, lebih mempunyai kepastian jiwa terhadap keputusan-keputusan yang diambil dan lebih antusias memperjuangkan pendiriannya dari pada kaum pria.

F. Pengalaman Mengajar

Arti kata pengalaman menurut kamus besar umum Bahasa Indonesia adalah barang apa yang telah dirasai, diketahui, dan dikerjakan yang berasal dari kata ‘alam’ berarti lebih mengeahui atau tahu benar. Sedangkan menurut Webster’s New World Dictionary, pengalaman dapat berarti pengetahuan atau ketrampilan atau partisipasi langsung dengan suatu peristiwa.

Menurut Gerungan (1986) proses terjadinya pengalaman didapatkan melalui proses di mana rangsangan-rangsangan dari luar seperti cahaya untuk mata, bunyi untuk telinga, bau untuk hidung dan lain sebagainya yang diteruskan melalui alat-alat tersebut ke otak lalu menafsirkan menjadi pengalaman.


(60)

Berdasarkan arti pengalaman menurut beberapa pendapat diatas maka pengalaman mengajar dalam hal ini dapat diartikan sebagai segala pengetahuan, keterampilan maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan melalui pengamatan ataupun partisipasi langsung selama mengajar di sekolah.

G. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan dari FKIP dan Non FKIP. Secara umum FKIP dan Non FKIP memiliki tujuan yang berbeda. FKIP bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian keguruan dan dipersiapkan untuk menjadi seorang pendidik yang profesional. Sedangkan Non FKIP bertujuan untuk mengahsilkan lulusan yang ahli dalam suatu bidang tertentu, seperti : ekomomi, hukum, teknik dan sebagainya.

Guru yang menamatkan pendidikan dari FKIP sudah dibekali dengan kema mpuan dan keahlian keguruan yang sesuai bidangnya . Keahlian keguruan yang diperoleh guru sepertib strategi pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan guru yang menamatkan pendidikannya dari Non FKIP tidak mendapat keahlian tersebut.

H. Hipotesis

1. Secara fisiologi maupun psikologis, pria dan wanita mempunyai perbedaan yang besar. Perbedaan fisiologis tampak pada bentuk tubuh,


(61)

suara, gaya, dan cara jalan. Sedangkan perbedaan psikologis terletak pada pola pikir, pola perasaan, bakat dan minatnya. Pria dan wanita mempunyai perilaku yang khas dalam hal pola pikir dan perasaan. Pria dalam menghadapi masalah akan memakai pikiran dan lebih bersifat obyektif sehingga pria cenderung dapat mengendalikan emosinya. Sedangkan wanita dalam menghadapi masalah akan cenderung memakai hatinya atau perasaannya. Perasaanya kurang mendalam sehingga terkadang sulit mengungkapkan perasaan yang terdalam dengan kata-kata. Dengan adanya perbedaan tersebut maka pria dan wanita dalam menerima menanggapi dan menginterpretasikan suatu objek melalui alat indranya akan berbeda pula. (Gilarso, 2001 : 2 )

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin.

2. Sebagai seorang guru yang melakukan pekerjaan mengajar di sekolah tentu memiliki pengalaman yang berbeda. Guru yang lebih lama memulai tugasnya di sekolah memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan guru yang baru memulai tugasnya. Oleh sebab itu, guru yang sudah lama mengajar akan memperoleh pengetahuan yang banyak tentang proses pembelajaran di sekolah dari pada guru yang baru memulai tugasnya di sekolah.


(62)

H2 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar guru.

3. Pendidikan guru yang mengajar di sekolah berbeda-beda, ada guru yang menamatkan pendidikannya dari FKIP dan Non FKIP. Guru yang menamatkan pendidikannya dari FKIP sudah dibekali dengan kemampuan dan keahlian keguruan yang sesuai dengan bidangnya. Keahlian keguruan yang diperoleh guru seperti metode dan gaya mengajar, serta pengelolaan dalam kelas. Sedangkan guru yang menamatkan pendidikan dari Non FKIP tidak mendapatkan keahlian keguruan tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H3 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari jenis pendidikan guru.


(63)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus yaitu jenis penelitian tentang subjek tertentu, dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya terbatas pada subjek yang diteliti (Tatang, 1986 :137).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMU/SMK di Kabupaten Sleman antara lain:

a. SMK YPKK 1 Sleman b. SMK YPKK 2 Sleman c. SMK 17-1 Seyegan 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian


(64)

Subjek penelitian ini adalah guru- guru di SMK yang sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah persepsi guru tehadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin dan jenis pendidikan guru.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian, objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik (Consuelo, 1993 : 160). Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMK yang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu di SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-1 Seyegan.Jumlah populasi sebanyak 122 orang yaitu pria sebanyak 49 orang dan wanita 73 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel III.1

Jumlah Populasi Penelitian

Nama Sekolah Pria Wanita

SMK YPKK 1 Sleman 17 25

SMK YPKK 2 Sleman 17 17

SMK 17-1 Seyegan 15 31

Jumlah 49 122


(65)

Menurut Fergusson, sampel adalah beberapa bagian kecil/cuplikan yang ditarik dari populasi. Dalam penelitian ini populasi menjadi sampel penelitian. Dari 122 kuisioner yang dibagikan yang diterima peneliti sebanyak 87 sehingga sampel yang digunakan oleh peneliti sebanyak 87 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel III.2

Jumlah Sampel Penelitian

Nama Sekolah Pria Wanita

SMK YPKK 1 Sleman 11 13

SMK YPKK 2 Sleman 8 16

SMK 17-1 Seyegan 13 26

Jumlah 32 55

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki 2 atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini melibatkan 2 variabel yaitu :

a. Variabel Bebas atau independent variabel

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,pengalaman mengajar, dan jenis pendidikan guru.

b. Variabel Terikat atau dependet variabel

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


(66)

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas

1). Jenis Kelamin

Jenis Kelamin dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden. Dalam hal ini ada dua yaitu pria dan wanita.

2). Pengalaman Mengajar

Yang dimaksud dengan pengalaman mengajar adalah waktu lamanya guru mengabdikan dirinya pada sekolah tersebut, dari awal masuk sampai sekarang dibagi menjadi 2 yaitu:

§ Baru (kurang dari 5 tahun)

§ Lama (lebih dari 5 tahun) 3). Jenis Pendidikan

Yang dimaksud jenis pendidikan dalam penelitian ini adalah :

Ø Pendidikan yang berasl dari FKIP

Ø Pendidikan yang berasal dari non FKIP b. Variabel Terikat

Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel Persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan menggunakan skala pengukuran dari model Likert sebagai alternatif jawaban.


(67)

Tabel III.3

Skala Pengukuran Model Likert

Skor Pernyataan Skala

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Kuisioner

Kuisioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam artian laporan tentang pribadi, atau hal- hal lain yang ia ketahui.Data yang hendak diperoleh melalui kuisioner adalah persepsi guru tentang penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, jenis kelamin dan jenis pendidikan guru.


(68)

TABEL III.4

Kisi-Kisi dan Alokasi Butir Soal variabel Sub Variabel Sub Sub

Variabel

Sub Sub Sub Variabel

Indikator Butir Soal

+ -

Umum Memandirikan dan memeberdayakan Satuan Pendidikan

Mendorong sekolah mengambil keputusan secara partisipatif

1

2 Tujuan

Khusus Meningkatkan mutu pendidikan Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat

Meningkatkan kompetensi yang sehat 3 4 5 Pemberian

Otonomi Luas

Memberikan otonomi luas kepada kepala sekolah dan satuan pendidikan Memberikan otonomi untuk

mengembangkan pembelajaran 6 7 Partisipasi Masyarakat dan Orangtua

Orang tua ikut merumuskan dan mengembangkan program-program

8

Kepemimpina n yang demokratis

Kepala sekola h adalah manajer yang bertugas mengelola sekolah

Guru bekerja berdasarkan pola kinerja yang disepakati 9 10 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Hakekat KTSP Karakteristik Tim kerja yang Kompak

Pihak-pihak yang terlibat bekerjasama secara harmonis


(69)

Iklim

Pembelajaran yang kondusif

Menciptakan suasana belajar yang nyaman 12 Aspek-Aspek Otonomi sekolah dan satuan pendidikan

Pengembangan kurikulum dan pelaksanaan didesentralisasi ke sekolah dan satuan pendidikan

13

Kewajiban Sekolah dan satuan pendidikan

Mampu mengembangkan kurikulum Mengelola satuan pendidikan secara transparan

Meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas 14 15 16 Kepemimipin an sekolah

The key person keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

17 Partisipasi

masyarakat dan orangtua

Sekolah adalah lembaga yang perlu didukung oleh semua pihak

18

KKG dan MGMP

KKG dan MGMP perlu dihidupkan dan diluruskan kembali

Merupakan wadah guru untuk meningkatkan mutu pendidikan

19

20 Kemandirian

Guru

Guru mampu bekerja mandiri 21 Kegiatan

Tatap Muka

Proses interaksi antara peserta didik dan guru 22 Memahami dan memaknai Standar Isi Beban Belajar Kegiatan Terstruktur

Pendalaman materi yang dirancang untuk mencapai standar kompetensi


(70)

Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur

Pendalaman materi yang dirancang untuk mencapai standar kompetensi tetapi tidak teratur

24

Tingkat Nasional

Pengembangan standar nasional pendidikan 25 Mengembangan kan KTSP Pengembanga n KTSP Tingkat Satuan Pendidikan

Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).

Merumuskan visi dan misi, serta tujuan

Mengembangkan bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasi tujuan

Mengenbangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran 26,27 28 30 29 31


(71)

Silabus Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan setiap bidang studi

Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar

Mendiskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokkannya sesuai dengan ruang lingkup dan urutannya Mengembangkan setiap indikator Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. 32 33 34 35 36 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menyusun dan mengembangkan RPP 37

Kurikulum Aktual

Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di kelas

38 Strategi

Pengembanga n

Sosialisasi KTSP di sekolah

Menciptakan suasana yang kondusif Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar

Membina disiplin

Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah

Mengubah paradigma (pola pikir) guru Memberdayakan staff 39 40,41 42 43,44 45 46 47


(72)

Tahunan Program umum mata pelajaran untuk setiap kelas

48 Semester Garis-garis besar yang hendak dicapai

dan dilaksanakan

49 Mingguan dan

Harian

Berguna untuk mengetahui kemajuan belajar

Mengetahui kesulitan yang dihadapi

50

Pengayaan dan Remedial

Mengidentifikasi yang perlu diulang 51,52, 53 Pembelajaran dan Penilaian Pengembanga n Program Program Pengembanga n

Pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling

54

Pre Test Menyiapkan peserta didik dalam proses belajar.

Untuk mengetahui tingkat belajar peserta didik

Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh peserta didik. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai Pembentukan Kompetensi 55 56 57 58 Pelaksanaan Pembelajaran Pembentukan Kompetensi

Merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran


(73)

Post Tes Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dilakukan

Mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai peserta didik.

Mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remidial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar.

Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran. 60 61 63 62 Penilaian Kelas

Dilakukan dengan ulangan harian dan ujian akhir

64,65 Tes

Kemampuan Dasar

Dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

66,67

Penilaian Akhir

Dilakukan untuk memperoleh ketuntasan belajar peserta didik

68 Benchmarkin

g

Dilakukan untuk mngukur kinerja yang sedang berjalan

69 Penilaian

Hasil belajar

Penilaian Program

Dilakukan untuk mengetahui kesesuaian program dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional


(74)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan benda-benda di sekolah. Data yang diperoleh dari tekhnik ini adalah gambaran umum sekolah.

G. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas atau Tingkat Ketepatan adalah tingkat instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan.Uji validitas ini menggunakan rumus Product Moment dari Karl Pearson.

Pada proses perhitungan validitas, secara teknis peneliti menggunakan computer program SPSS for Windows. Dalam penentuan kesahihan setiap item ditentukan derajat kebebasan (df) N-2=30-2=28 dengan taraf signifikansi sebesar 5% yang bernilai 0.374 dengan ketentuan jika r positif dan nilai r hitung > r tabel maka item tersebut dikatakan valid dan jika r positif dan nilai r hitung < r tabel maka item tersebut dikatakan tidak valid.

Dari hasil analisis item- item pernyataan diperoleh hasil bahwa item- item pernyataan yang digunakan dalam penelitian berstatus sahih (valid). Adapun rangkuman hasil pengukuran validitas setiap item adalah sebagai berikut:


(75)

Tabel III.5 Validitas Soal

No Korelasi Skor Item Keterangan

1 0.395 Valid

2 0.598 Valid

3 0.503 Valid

4 0.471 Valid

5 0.451 Valid

6 0.503 Valid

7 0.892 Valid

8 0.486 Valid

9 0.586 Valid

10 0.472 Valid

11 0.421 Valid

12 0.564 Valid

13 0.873 Valid

14 0.472 Valid

15 0.692 Valid

16 0.418 Valid

17 0.413 Valid

18 0.493 Valid

19 0.714 Valid

20 0.472 Valid

21 0.395 Valid

22 0.689 Valid

23 0.798 Valid

24 0.523 Valid

25 0.487 Valid

26 0.582 Valid

27 0.491 Valid

28 0.471 Valid

29 0.805 Valid

30 0.491 Valid

31 0.714 Valid

32 0.805 Valid

33 0.853 Valid

34 0.728 Valid

35 0.790 Valid

36 0.873 Valid

37 0.798 Valid

38 0.735 Valid

39 0.805 Valid


(76)

41 0.756 Valid

42 0.714 Valid

43 0.720 Valid

44 0.798 Valid

45 0.853 Valid

46 0.660 Valid

47 0.695 Valid

48 0.635 Valid

49 0.714 Valid

50 0.614 Valid

51 0.564 Valid

52 0.620 Valid

53 0.440 Valid

54 0.695 Valid

55 0.695 Valid

56 0.398 Valid

57 0.437 Valid

58 0.471 Valid

59 0.440 Valid

60 0.657 Valid

61 0.580 Valid

62 0.487 Valid

63 0.600 Valid

64 0.694 Valid

65 0.503 Valid

66 0.600 Valid

67 0.695 Valid

68 0.735 Valid

69 0.544 Valid

70 0.714 Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas atau Tingkat Ketetapan (consistency atau keajegan) adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Untuk mengukur tingkat keajegan atau keandalan kuisioner, peneliti membagi kuisioner kepada 30 responden. Dalam perhitungan reliabilitas penulis menggunakan rumus


(77)

Alpha Cronbach yang dilakukan dengan menggunakan computer program SPSS for Windows.

Untuk menentukan reliable kuisioner, ditetapkan derajat kebebasan (df) N-2=30-2=28 dan taraf signifikasi 5% dengan nilai 0,374. Dimana jika r alpha positif dan > r table maka dikatakan reliable dan jika r alpha negative dan < r table maka dikatakan tidak reliable.

Dari hasil analisis item- item pernyataan yang telah dilakukan diperoleh hasil r alpha sebesar . Dengan demikian dinyatakan bahwa item-item pernyataan tersebut dinyatakan reliable, karena r alpha (0.975) > r table (0.374).

H. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang didapat berdistribusi normal maka analisis untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Independent T-Test. Uji normalitas ini me nggunakan tes satu sample Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan dengan computer SPSS for Windows.

Apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf signifikan 5% maka signifikan, artinya ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variable adalah tidak normal pada taraf signifikan 5%. Sedangkan apabila probabilitas yang diproleh melelui perhitungan lebih besar dari taraf signifikan 5% maka tidak signifikan, artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis


(78)

dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variable adalah normal pada taraf signifikan 5%.

I. Teknik analisis Data 1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari beberapa kelompok sampel. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah Homogeinety of varians yang dilakukan dengan komputer program SPSS for Windows.

Apabila probabilitas yang diperoleh melelui perhitungan lebih kecil dari taraf signifikan 5% maka signifikan, artinya tidak ada beda antar varians. Sedangkan apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikan 5% maka tidak signifikan, artinya tidak ada beda antar varians.

2. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Independent T-Test. Teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan dalam Bab II yaitu pengaruh jenis kelamin dan jenis pendidikan guru terhadap persepsi guru mengenai penerapan KTSP. Tekhnik perhitungan untuk pengujian hiotesis menggunakan koputer dengan program SPSS for Windows.

Langkah- langkah pengujian Independent T-Test: 1. Menentukan Ho dan Ha


(79)

Ho: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Ha: Ada perbedaan persepsi guru terhadap Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

2. Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Ha

Pengujian Independent Sample T-test menggunakan distribusi t, titik kritis diperoleh dengan bantuan table t dimana titik kritis ditentukan oleh:

a. Taraf nyata atau signifikan 5%

b. Derajat bebas atau degree of freedom (df) yang terdiri dari Numerator = k-1

Denominator = N-k 3. Menentukan nlai uji statistic

Tekhnik perhitungan untuk pengujian hiotesis menggunakan koputer dengan program SPSS for Windows.

4. Membandingkan nilai t hitung dengan t table Ho diterima jika t hitung < t table

Ha diterima jika t hitung > t table 5. Menarik Kesimpulan

a. Jika Ho diterima, menyatakan tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidian


(80)

Ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar, dan jenis pendidikan guru.

b. Jika Ho ditolak, menyatakan ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidian Ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar, dan jenis pendidikan guru.


(81)

58

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. SMK YPKK 1 SLEMAN

1. Sejarah Singkat SMK YPKK 1 SLEMAN

Pendidikan adalah satu cara meningkatkan kemampuan dari manusia, oleh karenanya pada tahun 1980 muncullah ide dari beberapa orang yang bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu antara lain:

a. Bapak Fa. Prayoga b. Bpk. Drs. Salim c. Bapak Fx. Soetomo d. Bapak Soetopo

Untuk menyelenggarakan sebuah lembaga pendidikan khususnya adalah pendidikan kejuruan, diambilnya sekolah kejuruan sebagai pilihannya karena berbagai pertimbangan, antara lain karena negara kita Republik Indonesia sedang membangun, tentunya banyak diperlukan tenaga-tenaga kejuruan khususnya tidak lepas dari masalah ekonomi, maka dibentuklah Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), yang bertempat di desa Gamping tengah, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta, yang terletak dipinggir jalan antara Yogyakarta-Wates KM 4,5 tepatnya di rumah Bapak Almarhum Soebarjan (mantan guru SPG 2) Jetis, Yogyakarta. Karena pada saat itu belum ada modal yang cukup, maka dengan mengandalkan TEKAT


(82)

dan ITIKAT yang baik disewakanlah sebuah rumah milik penduduk dan berdirilah Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) dengan nama sesuai dengan negara yang sedang berkembang dan membangun adalah SMEA PEMBANGUNAN.

Pada bulan Juni mulailah dilaksanakan aktivitas publikasi, penyebaran brosur/informasi siswa dan pendaftaran siswa baru, yang ada pada waktu itu secara teknis ditangani oleh Bapak Suripto (sekarang sudah meninggal dunia) dengan koordinasi Bapak Fx. Soetarno dan Bapak Soetopo, sedangkan Bapak Salim dan Bapak Fa. Prayoga mengelola yang urusan dengan Kanwil, Depdiknas provinsi DIY. Karena sebuah lembaga pendidikan harus ditopang adanya sebuah Yayasan, maka dengan Akto Notaris dari R. Daliso Rudianato, SH dengan nomor: 75 tanggal 25 Agustus 1980, berdirilah sebuah Yayasan yaitu: YAYASAN PENDIDIKAN KEJURUAN DAN KETERAMPILAN (YPKK) yang berada di Yogyakarta dengan pengurus:

1. Ketua : Ny. Pudjiarti 2. Sekretaris : Rida Marganingsih 3. Bendahara : Ny. Sriyati

4. Anggota : Witriadi

Dengan demikian, le ngkaplah sudah lembaga pendidikan ini dengan adanya sebuah Yayasan yang membawahinya. Pada bulan Juli 1980 mulailah kegiatan belajar mengajar, meskipun dengan segalanya


(83)

sangat terbatas, baik fasilitas, maupun ketenangan yang masih sangat sederhana, maka dibuat struktur sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah : Drs. Djoko Purwanto 2. Wakil Kepala Sekolah : Widyo Putranto 3. Tata Usaha : Suripito

Dengan tenaga edukatif (guru):

1. Drs. Djoko Purwanto (sekarang Kepala Sekolah YPKK I Sleman) 2. GP Widyo Harsono, BA: sekarang mengajar PPKN

3. Drs. Tukidjan HS : sekarang mengajar Akuntansi 4. Sugito : sekarang mengajar Mengetik 5. Wardani Subagyo : sekarang mengajar Agama Islam 6. J. Widyo Putranto : sudah pindah

7. Priyo Sulistiarso : sekarang di Depnaker Bantul 8. Supardi : sudah pindah

Tenaga edukatif tersebut harus memenuhi semua pelajaran (bidang studi sekarang) sehingga ada beberapa guru yang terpaksa mengajar lebih dari satu bidang studi. Demikian juga siswanya masih sedikit, pada waktu itu berjumlah 21 orang siswa, karena sekolah baru saja berdiri, tenaga publikasi ataupun fasilitasnya sangat terbatas, maka sampai pelajaran dimulai siswa tinggal berjumlah delapan orang, kemudian pada bulan Agustus 1980 jumlah siswa menjadi 17 orang, kemudian berikutnya mendapat siswa pindahan dari SMEA Naraputra, sehingga jumlah siswa menjadi 21 orang.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)