DN
i,j,koutput terkoreksi
= DN
i,j,kinput asli
-bias Koreksi geometrik bertujuan untuk memperbaiki distorsi posisi atau letak
objek. Distorsi ini dihasilkan oleh faktor seperti variasi tinggi satelit, ketegakkan dan kecepatan satelit Lillesand dan Kiefer, 1990. Koreksi geometrik dilakukan
dengan dua langkah, yaitu: transformasi koordinat transformation geometric dan resampling
. Transformasi koordinat dilakukan dengan Ground Control Point GCP pad output citra yang baru. GCP harus mempunyai sifat geometrik yang
tetap pada lokasi yang dapat diketahui dengantepat. Proses penerapan alih ragam geometrik terhadap data asli disebut resampling. Setelah koreksi geometrik
dilakukan maka didapat citra yang sesuai dengan posisi sebenarnya di bumi.
3.4.2. Penajaman citra
Proses penajaman citra merupakan proses penggabungan informasi dari citra secara spektral melalui band ratioing menghitung perbandingan nilai digital
piksel setiap band.
3.4.2.1. Penajaman citra untuk karakteristik dasar perairan
Untuk penggambaran karakteristik perairan dangkal digunakan model algoritma yang berasal dari penurunan persamaan ’Standard Exponential Attenuation
Model’ oleh Green et. all., 2001. Algoritma tersebut menggunakan band 3 dan band 2 dari citra Formosat-2 . Dasar penggunaan band 3 dan band 2 yaitu karena
kedua band ini memiliki penetrasi yang baik ke dalam kolom air. Algoritma tersebut yaitu :
Y = ln K1 - kikjln K2 Keterangan : K1 = Kanal band 3 dari Formosat - 2
K2 = Kanal band 2 dari Formosat - 2
Kikj = Koefisien attenuasi, yang diperoleh dari :
3.4.2.2. Penajaman citra untuk klorofil perairan
Klorofil merupakan indikator yang baik bagi ketersediaan makanan pada trofik level yang lebih tinggi, karena konsentrasi klorofil menentukan besarnya
produktivitas primer perairan Susilo, 2000. Dalam penentuan sebaran spasial klorofil perairan digunakan kombinasi dari band 3 dan band 4. Algoritma yang
digunakan dalam penentuan konsentrasi klorofil yaitu Wibowo et al.,1994 in Susilo, 2000 :
C = 2,41K1 K2 + 0,187 Keterangan : C
= Konsentrasi klorofil-a mgl K1 = Kanal band 1 dari Formosat - 2
K2 = Kanal band 2 dari Formosat - 2
3.4.2.3. Penajaman citra untuk muatan padatan tersuspensi
Informasi sebaran muatan padatan tersuspensi di perairan diperoleh menggunakan formula Hasyim et al., 1997 yang telah digunakan oleh LAPAN
2004 dalam pemetaan muatan padatan tersuspensi perairan di Situbondo. Algoritma ini menggunakan kombinasi dari band 2 dan band 1 Formosat - 2.
Algoritma tersebut yaitu : MPTmgl = 100.6678 + 5.5085K3 + 0.4563K3
2
+ 0.9775K2K3
Keterangan : MPTmgl = Muatan Padatan Tersuspensi mgl
K3 = Kanal band 1 dari Formosat - 2
K2 = Kanal band 2 dari Formosat - 2
3.4.2.4. Pemetaan kawasan mangrove
Pemetaan kawasan mangrove di daerah perairan pulau Karang Lebar dan Congkak melalui citra Formosat didasarkan pada sifat penting mangrove yaitu,
mangrove mempunyai zat hijau daun klorofil dan mangrove tumbuh dipesisir. Sifat optik klorofil sangat khas yaitu bahwa klorofil menyerap spectrum sinar
merah dan memantulkan dengan kuat spectrum inframerah Susilo,2000. Klasifikasi daerah mangrove pada citra dilakukan melalui training area pada
daerah yang dibuat komposit RGB 423. Metode Maximum Likehood merupakan salah satu metode klasifikasi digital yang terseliaterbimbing Supervised.
Penulis menggunakan metode ini karena metode ini merupakan metode yang terbaik dibandingkan yang lain Parallepiped dan Minimum Distance. Metode
Maximum Likehood atau peluang maksimum atau kemiripan maksimum
meganalisis fungsi peluang multidimensional untuk menentukan suatu piksel tertentu lebih berpeluang masuk ke dalam kelas tertentu. Training area atau
daerah contoh untuk setiap kelas ini akan ditentukan nilai-nilai statistiknya, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam klasifikasi seluruh daerah yang
ada pada citra. Vegetasi akan terlihat berwarna merah tua pada komposit RGB 423, sehingga dapat dengan mudah di-training dan terbentuklah kelas mangrove
sebagai dasar analisis selanjutnya.
3.4.3. Klasifikasi citra