2.8.2 Pengembangan Hipotesis 2.8.2.1 Pengaruh Kreativitas siswa terhadap hasil belajar.
Salah satu psikolog humanistik Maslow Munandar, 2012:19 membedakan kreativitas menjadi 2 hal yaitu kreativitas aktualisasi diri dan
kreativitas talenta
khusus. Orang-orang
kreatif yang
mampu mengaktualisasikan diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif,
dan cendrung menghadapi semua aspek kehidupannya secara fleksibel dan kreatif. Sedangkan orang-orang dengan kreativitas talenta khusus memiliki
bakat atau talenta aktif yang luar biasa dalam bidang seni, sastra, musik, teater atau bidang lainnya.
Hal yang akan dijadikan objek penelitian ini ialah hasil belajar akuntansi maka kreativitas yang akan digunakan ialah kreativitas aktualisasi diri. Hasil
belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan peserta didik mengambil tangung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi
individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri. Kemampuan mengarahkan diri dan mandiri merupakan salah satu ciri siswa kreatif.
Salah satu konsep yang amat sangat penting dalam bidang kreativitas adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri. Menurut psikolog
humanistik seperti Abraham Maslow dan Carl Roger, aktualisasi diri adalah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa
yang ia mampu menjadi – mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya.
Implikasi dari perbedaan antara kreativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah penekanan pada pentingnya ciri-ciri afektif dari
kepribadian ciri-ciri kepribadian, sikap, motivasi dan predisposisi untuk berfikir kreatif.
Kreativitas adalah suatu gaya hidup, suatu cara dalam mempersepsi dunia. Hidup kreatif berarti mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar
mengunakan kemampuan diri sendiri secara optimal, menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitas-aktivitas baru, mengembangkan kepekaan
terhadap masalah lingkungan. Indikator-indikator kreativitas diantaranya keterbukaan terhadap pengalaman, rasa ingin tahu, kepercayaan diri dan berani
mengambil resiko. Indikator-indikator kreativitas jika diterapkan dalam mempelajari akuntansi akan sangat membantu proses pembelajaran. Beberapa
contohnya dalam mengerjakan tugas akuntansi yang rumit jika siswa memiliki kepercayaan diri indikator siswa kreatif maka kemungkinan sangat rendah
untuk mengunakan me tode „fotocopy‟ atau mencontek.
Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu pelajaran dimana materi atau pengerjaan soalnya menuntut suatu proses. Jika siswa menggunakan
metode “fotocopy” pada salah satu proses didalam mempelajari akuntansi maka dapat menjadi hambatan atau masalah untuk mempelajari tahap
selanjutnya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa aktualisasi diri dan kreativitas
saling berkaitan dan saling berkorelasi. Yonge 1975 menemukan korelasi positif pada ukuran aktualisasi diri dan beberapa ukuran kreativitas. Pendidikan
humanistik memfokuskan hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar
tentang cara-cara belajar dan meningkatkan kreativitas dan semua potensi peserta didik.
Kekreativitasan dapat mendukung berjalannya proses pembelajaran akuntansi menjadi lebih baik. Ketika proses pembelajaran akuntansi berjalan
baik maka akan mempengaruhi hasil belajar akuntansi. Jika hasil belajar akuntansi membaik maka akan mengurangi jumlah siswa yang nilainya belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum KKM pada mata pelajaran akuntansi. Maka dapat dipahami tingkat kreativitas siswa dapat mempengaruhi
hasil belajar, sama halnya tingkat intelegensi. Hal ini di dukung oleh Torrance 1959, Getzles dan Jakson 1962, dan Yamato 1964 yang berdasarkan studi
nya masing-masing mengambil kesimpulan yang sama yaitu bahwa kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah dari
kelompok siswa intelegensinya yang relatif lebih tinggi Munandar,2012:9. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengasumsikan bahwa kreativitas siswa akan
mempengaruhi hasil belajar, maka dari itu hipotesis pertama dari penelitian ini ialah
H1 : Ada pengaruh positif dan signifikan kreativitas siswa tehadap hasil belajar kelas XI IPS MAN 1 Semarang tahun ajaran 20142015.
2.8.2.2 Pengaruh Fasilitas Belajar terhadap hasil belajar.
Fasilitas belajar adalah sarana yang mempermudah dan memperlancar proses belajar. Pembahasan fasilitas atau sarana dan prasarana masih tercakup
luas. Menurut The Liang Gie 1987 fasilitas belajar yang dapat membantu kegiatan belajar dirumah antara lain ruang belajar, penerangan, perabotan
belajar dan peralatan belajar, sedangkan menurut Djamarah 2011 fasilitas belajar di sekolah yang dapat membantu kegiatan belajar ialah gedung sekolah,
ruang kelas, perpustakaan, buku-buku pelajaran. Peneliti mempersempit indikator fasilitas belajar menjadi ruang belajar, ruang kelas, perpustakaan dan
buku-buku pelajaran. Fasilitas yang diharapkan tersedia dalam mempelajari akuntansi antara
lain pertama, ruang belajar dirumah karena akan sulit untuk mempelajari akuntansi di ruang yang digunakan untuk beberapa kegiatan. Kedua, ruang
kelas untuk mempelajari akuntansi tidak harus berbeda dari ruang kelas untuk mempelajari mata pelajaran lain tetapi minimal memiliki meja yang sesuai
dengan banyaknya peralatan dalam memperlajari atau mengerjakan soal akuntansi dan memiliki kondisi yang mendukung pembelajaran. Ketiga,
perpustakaan yang menyediakan buku-buku referensi akuntansi. Keempat, Buku-buku pelajaran yang menjadi sumber belajar selain guru.
Tersedianya fasilitas-fasilitas tersebut diasumsikan dapat memacu siswa untuk lebih rajin belajar akuntansi, mendukung jalannya proses pembelajaran
dan membatu meningkatkan hasil belajar akuntansi. Ketersediaan fasilitas belajar merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengaplikasian teori
belajar behavior. Salah satu penelitian terdahulu yang mempertegas pernyataan tersebut ialah penelitan yang dilakukan oleh Tigha Nanda Saputri dalam skripsi
Universitas Negeri Semarang tahun 2013 pada hasil belajar siswa kelas XI IPS
SMA N 1 tuntang mengatakan bahwa terdapat pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar sebesar 13,47 .
Hasil belajar ujian tengah semester genap pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri 1 semarang mengambarkan
tingkat ketidak tuntasan masih sangat tinggi, dapat dilihat dari belum adanya siswa yang mencapai batas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal. Berdasarkan
wawancara pada Pengambilan data awal kepada guru ekonomi akuntansi, fasilitas yang dimiliki MAN 1 Semarang sudah tergolong lengkap tetapi
penggunaan fasilitas tersebut belum optimal. Hal ini dijadikan pertimbangan dasar peneliti bahwa fasilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
rendahnya hasil belajar akuntansi, maka dari itu hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah
H2 : Ada pengaruh positif dan signifikan Fasilitas belajar terhadap hasil belajar kelas XI IPS MAN 1 Semarang tahun ajaran 20142015.
2.8.2.3 Pengaruh Kesiapan belajar terhadap Hasil Belajar.
Kesiapan belajar adalah kondisi awal suatu kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk memberikan responjawaban yang ada pada diri siswa
dalam mencapai tujuan pengajaran tertentu, sedangkan menurut Thorndike kesiapan ialah prasyarat untuk pelajaran selanjutnya.
Edward Thorndike Rifa‟i dan Anni,2012:97, salah satu tokoh behavioristik, berdasarkan hasil
percobaannya mengemukakan tiga macam hukum belajar yaitu hukum
kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat. Hukum kesiapan ini mengambarkan apabila individu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
kesiapan diri, maka dia akan memperoleh kepuasan, dan jika terdapat hambatan dalam pencapaian tujuan, maka akan menimbulkan kekecewaan.
Memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki cenderung akan menimbulkan kekecewaan bahkan frustasi. Sesuatu yang
menyenangkan adalah sesuatu yang tidak ditolak oleh seseorang dan keadaan yang tidak menyenangkan atau ditolak itu merupakan sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh setiap orang. Hal yang dapat dipahami dari teori belajar koneksionisme yang di
kembangkan oleh Edward Thorndike pada bagian Hukum kesiapan The law of Readiness ialah apabila individu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
kesiapan diri, maka dia akan memperoleh kepuasan, dan jika terdapat hambatan dalam pencapaian tujuan, maka akan menimbulkan kekecewaan.
Salah satunya jika siswa memiliki kesiapan belajar maka akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Hal ini dipertegas dengan penelitian yang sudah
dilakukan oleh Muhammad Fachrudin skripsi Universitas Negeri Semarang tahun 2012 yang menghasilkan hasil uji yaitu kesiapan belajar berpengaruh
positif terhadap hasil belajar akutansi sebesar 13,1. Mata pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang materinya
berkesinambungan, jadi untuk mempelajari materi selanjutnya siswa diharapkan sudah memahami materi sebelumnya. Hal ini menuntut siswa
memiliki kesiapan sebelum mengikuti proses pembelajaran selanjutnya, sesuai
dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh teori behavioristik bahwa belajar adalah prasyarat untuk pembelajaran selanjutnya. Tidak hanya kesiapan
pengetahuan dalam mempelajari akuntansi tetapi juga kesiapan fisik dan kesiapan kebutuhan belajar.
Berdasarkan data awal yang diterima peneliti mengenai hasil UTS dimana 100 siswa kelas XI IPS MAN 1 Semarang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimun KKM dapat diasumsikan siswa IPS kelas XI memiliki kesiapan yang masih kurang dengan demikian peneliti berniat meneliti
pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar ekonomi akutansi kelas XI IPS MAN 1 Semarang. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengasumsikan bahwa
kesiapan belajar mempengaruhi hasil belajar, maka dari itu hipotesis ketiga dalam penelitian ini ialah
H3 : Ada pengaruh positif dan signifikan kesiapan belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS MAN 1 tahun ajaran 20142015
2.8.2.4 Pengaruh Kreativitas siswa melalui kesiapan belajar terhadap
hasil belajar.
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada
dirinya. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia
mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur-unsur kognitif, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Teori belajar kognitif menekankan cara-cara seseorang mengunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan penggunakan pengetahuan yang telah
diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif. Beberapa faktor yang mempengaruhi kognitif menurut Slameto menjadi variabel penelitian ini
diantaranya kreativitas dan kesiapan belajar. F.dennis Slameto, 2010 : 137 menyatakan bahwa siswa- siswa Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi,
sekolah hanya mengejar status, mereka lebih mementingkan nilai, bukanya prestasi. Siswa-siswa mengejar nilai dengan cara menyontek, menyogok, atau
belajar model fotocopy, dengan kata lain kreativitas mereka memang rendah pelita, 26 maret 1984, hal V. Hal ini tidak sesuai dengan teori belajar kognitif
yang dimana yang dimaksud belajar dalam teori ini bukanlah sekedar menghapal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan melalui
pengalaman sesuai dengan salah satu indikator kreativitas ialah terbuka terhadap pengalaman. Begitu hal nya dengan kesiapan.
Slameto 2010:115 menyatakan prinsip-prinsip kesiapan antara lain semua aspek perkembangan berinteraksi, kematangan jasmani dan rohani
adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman, pengalaman- pengalaman mempunyai pengaruh positif terhadap kesiapan dan kesiapan dasar
untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Terdapat hubungan antara kreativitas
dan kesiapan diantaranya sesuai prinsip pengalaman mempunya pengaruh
positif terhadap kesiapan. Salah satu indikator kreativitas ialah keterbukaan terhadap pengalaman. Jika siswa memenuhi kriteria kreatif terbuka terhadap
pengalaman, maka akan mempunyai pengaruh positif terhadap kesiapan belajar siswa tersebut. Selain itu hal yang dapat mengambarkan hubungan antara
kreativitas dan kesiapan ialah indikator kreativitas rasa ingin tahu dengan indikator kesiapan pengetahuan yang ingin dipelajari. Jika siswa memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi mengenai materi ekonomi akuntansi maka siswa memiliki kemungkinan besar sudah memiliki pengetahuan sebelum proses
belajar berlangsung. Sehingga memiliki kriteria kesiapan sebelum mengikuti proses pembelajaran.
Kesulitan mata pelajaran akuntansi menuntut siswa untuk mempelajari materi secara mendalam. Memahami materi akuntansi yang rumit sulit hanya
dengan sekali proses pembelajaran. Salah satu indikator kreativitas dapat menjadi salah satu solusi ialah rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu akan
memicu siswa untuk mencari tahu terlebih dahulu tentang materi akuntansi sebelum proses pembelajaran berlangsung. Pengetahuan yang diperoleh
tersebut membentu siswa lebih siap dalam menerima materi pelajaran akuntansi. Hal ini akan memicu terlaksananya pembelajaran bermakna yang
diungkapkan teori kognitif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa kreativitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar melalui kesiapan
belajar, maka dari itu hipotesis ke empat dalam penelitian ini ialah
H4 : Ada pengaruh positif dan signifikan kreativitas siswa melalui kesiapan siswa terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS MAN 1 Semarang tahun
ajaran 20142015.
2.8.2.5 Pengaruh Fasilitas belajar melalui kesiapan belajar terhadap
hasil belajar
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responya,
mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Menurut Thobroni dan Mustofa 2011:64 belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori ini,
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pembelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pembelajaran terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Proses yang diamati adalah respon dan stimulus. Oleh
karena itu stimulus dan respon harus dapat diamati dan diukur. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal, seperti
tujuan pembelajaran, sifat metari pelajaran karateristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Maka pada penelitian ini yang dijadikan sebagai stimulus dalam mempelajari akuntansi ialah fasilitas belajar yang tersedia di MAN 1
Semarang. Fasilitas belajar dapat dijadikan stimulus karena memenuhi kriteria stimulus yaitu dapat diamati dan diukur Thobroni dan Mustofa,2012. Ketika
adanya stimulus yang diberikan diharapkan terdapat adanya respon dari peserta didik. Respon yang diharapkan ialah kesiapan siswa mempelajari akuntansi.
Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang rumit dan kurang menarik minat dari siswa. Fasilitas yang diharapkan tersedia dalam
mempelajari akuntansi antara lain ruang belajar dirumah karena akan sulit untuk mempelajari akuntansi di ruang yang digunakan untuk beberapa
kegiatan. Ruang kelas untuk mempelajari akuntansi tidak harus berbeda dari ruang kelas untuk mempelajari mata pelajaran lain tetapi minimal memiliki
meja yang sesuai dengan banyaknya peralatan dalam memperlajari atau mengerjakan soal akuntansi dan memiliki kondisi yang mendukung
pembelajaran. Buku buku pelajaran yang menjadi sumber belajar selain guru. Berdasarkan stimulus yang telah diberikan yaitu fasilitas belajar maka
kesiapan belajar dapat dijadikan respon, hal ini berdasarkan teori behavior yang dikembangkan oleh Crack Hull. Cracak Hull Thombroni dan Mustofa,
2012:97 mengemukakan teorinya yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi dan ambisi harus ada dalam
diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan. Dalam hal ini efisien belajar tergantung pada besarnya
tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar oleh respon-respon yang dibuat individu tersebut.
Suatu kebutuhan atau tujuan yang dibahas oleh Crack Hull merupakan salah satu indikator kesiapan belajar. Berdasarkan hal tersebut peneliti
mengasumsikan bahwa fasilitas memiliki hubungan dengan kesiapan dan dapat diasumsikan bahwa fasilitas memiliki pengaruh terhadap hasil belajar melalui
kesiapan , hipotesis ke 5 dalam penelitian ini ialah
H5 : Ada pengaruh positif dan signifikan fasilitas belajar melalui kesiapan belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS MAN 1 Semarang
tahun ajaran 20142015.
H1
H3
H2
Gambar 2.2 Kerangka pengembangan hipotesis
.
Hasil Belajar Y
1
Fasilitas Belajar X2
Kesiapan Belajar Y
2
Kreativitas Siswa X1
47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono 2010:14, Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatifstatistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Bentuk analisis yang digunakan adalah analisis statistik, menggunakan analisis statistik dikarenakan data yang
diperoleh dalam bentuk angka-angka.
3.2 Populasi dan Sampel penelitian
Arikunto 2010:173 “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila semua elemen dalam penelitiannya merupakan penel
itian populasi”. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut Sugiyono, 2010:118. Menurut Sugiyono 2010:126 semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka semakin kecil peluang
kesalahan generalisasi dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel dari populasi, maka semakin besar generalisasi.