Teori Belajar Humanistik Grand Teori

2. Crack Hull Crack Hull mengemukakan teorinya yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi dan ambisi harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan. Dalam hal ini efisien belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar oleh respon-respon yang dibuat individu tersebut. Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar Hull adalah adanya incentive motivation motivasi intensif dan drive stimulus reduction pengurangan stimulus pendorong.

2.1.3 Teori Belajar Humanistik

Teori belajar dan pendidikan humanistik diawali oleh munculnya gerakan mahasiswa pada tahun 1960an karena mereka tidak menyukai terhadap proses dan hasil pendidikan di Amerika Serikat yang telah mereka peroleh. Gerakan yang disampaikan itu merupakan respon atas ketidakpuasan atas kompetisi, tekanan, kehidupan yang selalu diawasi, dan ketidaksesuaian apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka amati ketika belajar di sekolah. Tidak hanya teori humanistik berkembang pada tahun 1960-an tetapi juga praktik pendidikan humanisti juga berkembang pada tahun yang sama kemudian mencapai puncak pada tahun 1990an dengan munculnya tokoh-tokoh psikologi seperti Abraham Maslow dan Carls Roger Rifai dan Anni, 2012: 121. Pendekatan humanistik selalu memelihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat. Demikian pula hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan sosial emosional lebih penting dibandingkan dengan hasil pendidikan yang bersifat akademik. Oleh karena itu apabila kondisi pendidikan itu dapat terjadi, maka proses belajar akan sangat bermakna bagi peserta didik Rifai dan Anni, 2012: 123. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik Thobroni dan Mustofa,2011: 157. Beberapa tokoh teori belajar humanistik Rifa‟i dan Anni, 2012:124-127 antara lain : 1. Abraham Maslow Maslow mengemukakan teori motivasi manusia berdasarkan pada hierarki kebutuhan. Salah satunya ialah kebutuhan aktualisasi diri self- actualization needs. Kebutuhan aktualisasi diri itu termanifestasi di dalam keinginan untuk memenuhi sendiri self-fulfillment untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Penekanan Maslow tentang akumulasi pengalaman bukan siap memaknai individu sebagai individu, melainkan pengalaman itu juga dapat digunakan sebagai sumber daya dalam kegiatan belajar. Konsep diri peserta didik, yakni individu yang lebih mandiri diperoleh karena telah memiliki banyak pengalaman, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membantu peserta didik dalam menuju pada pengarahan diri self-direction atau aktualisasi diri self actualization. Maslow memandang tujuan pendidikan adalah aktualisasi diri, atau membantu individu menjadi yang terbaik sehingga mereka mampu menjadi yang terbaik. Proses pendidikan hendaknya memberikan pengalaman puncak agar terjadi belajar dan pemahaman. Tujuan pendidikan di semua jenjang hendaknya bersifat menemukan indentitas dan kecapakan. 2. Carl Rogers Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif kebermaknaan dan experiental pengalaman atau signifikasi. Experiental Learning menunjuk pada pemenuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa. Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.

2.2 Belajar

Dokumen yang terkait

PENGARUH KREATIVITAS GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 DELITUA T.P 2015/2016.

1 4 31

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ba

0 3 18

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ba

0 2 13

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS Pengaruh Kreativitas Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Girimarto Tah

0 1 19

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI Pengaruh Kreativitas Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Girimarto Tahun A

0 1 12

PENGARUH KREATIVITAS, INTENSITAS BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 11

KONTRIBUSI INTENSITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAPPRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA KONTRIBUSI INTENSITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAH

0 0 15

KONTRIBUSI INTENSITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWATERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS KONTRIBUSI INTENSITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJAR

0 0 19

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 DEMAK TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 2 154

Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Fasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Slawi Kabupaten Tegal.

0 0 93