Identifikasi Gas HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Gas

Identifikasi gas dilakukan untuk mengetahui gas-gas yang lepas karena adanya proses degradasi anaerobik pada leum atau getah karet beku. Hartikainen et al. 2000, menyatakan bahwa proses degradasi anaerobik bahan organik akan menghasilkan emisi gas penyebab bau yang khas antara lain berasal dari dekomposisi senyawa-senyawa sulfida, NH 3 , CO, CO 2 , NO x , SO x serta beberapa senyawa organik yang mudah menguap seperti metan, asam asetat, aldehid dan sebagainya. Pengujian terhadap gas dilakukan pada awal penelitian. Hasil pengujian emisi gas yang terdapat pada gudang leum disajikan pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Daftar identifikasi gas-gas inlet ke dalam biofilter Gas Satuan Nilai Nilai Batas Emisi yang diijinkan Kep- 13MenLH31995 Baku Mutu Tingkat Kebauan KepMen LH No. 50MENLH111996 NH 3 ppm 98,361 2,00 2,00 H 2 S ppm 0,542 0,02 0,02 CO ppm 0,205 - - NO x ppm 0,031 1,00 - SO x ppm 0,031 0,80 - Hasil pengukuran beberapa parameter gas yang telah dilakukan terhadap emisi gas dari gudang penyimpanan leum, diperoleh gas-gas yang dilepaskan adalah gas NH 3 , H 2 S, CO, NO x dan SO x berturut-turut dengan konsentrasi 98,361 ppm; 0,542 ppm; 0,205 ppm; 0,031 ppm dan 0,031 ppm Tabel 4. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat dilihat bahwa untuk parameter amonia NH 3 dan hidrogen sulfida H 2 S konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan parameter yang lain sekaligus jika dibandingkan dengan konsentrasi gas menurut baku mutu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup yang mengatur tentang emisi gas yang diijinkan dan baku mutu tingkat kebauan. Kemungkinan tingginya konsentrasi amonia NH 3 yang lepas dari gudang penyimpanan leum diduga berasal dari kandungan unsur penyusun pada lateks serta proses pada ruang produksi karet Gambar 2. Unsur penyusun lateks, Wagiman 2001 menyatakan bahwa kadar N total pada lateks pekat mencapai 478 ppm. Hal ini berarti bahwa kandungan N total pada leum pun tinggi dan diduga berpengaruh secara linier terhadap konsentrasi gas amonia yang lepas karena adanya proses penguraian leum oleh bakteri. Ruang produksi karet juga diduga memberikan sumbangan terhadap tingginya konsentrasi amonia. Di dalam ruang produksi terdapat proses penambahan amonia pekat ke dalam lateks. Penambahan amonia dilakukan segera setelah getah karet cair sampai di pabrik. Penambahan amonia ini berfungsi untuk menunda terjadinya penggumpalan getah karet secara cepat. Jumlah amonia yang ditambahkan pada setiap proses produksi berbeda-beda, tergantung dari kadar karet yang diperoleh saat penyadapan. Amonia yang ditambahkan pada proses produksi karet diduga juga memberikan pengaruh terhadap tingginya konsentrasi gas amonia yang dilepaskan pada saat terjadi penguraian leum. Gas amonia yang lepas dari gudang penyimpanan leum juga berasal produk hasil dekomposisi senyawa organik yang tidak teroksidasi secara sempurna karena adanya kondisi anaerobik. Bau dari gas ini sangat menyengat, menyebabkan iritasi serta sifatnya sangat korosif terhadap logam Sastrawijaya 2000. Gas ini sangat berbahaya terhadap manusia karena menyebabkan asphyxia. Menurut Soemirat 2002 asphyxia adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mempu melepaskan karbon dioksida, sebab utamanya antara lain kehadiran gas- gas beracun yang berasa di dalam atmosfer seperti CO 2 , H 2 S, CO, NH 3 dan CH 4 . Asphyxia ini bersifat akut. Gas hidrogen sulfida yang diperoleh dari hasil pengukuran berasal dari adanya proses penguraian leum secara anaerobik oleh bakteri. Gas ini berbau sangat busuk, mempunyai efek yang sama dengan amonia yaitu dapat menyebabkan iritasi dan juga bersifat korosif terhadap logam. Menurut Soemirat 2002, senyawa hidrogen sulfida pada dosis yang tinggi dapat merusak saluran pernafasan. Emisi kedua gas yang telah melebihi ambang batas baku mutu serta pengaruhnya yang negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan inilah yang menjadi alasan mengapa harus dilakukan pengolahan terhadap gas polutan yang lepas dari gudang penyimpanan leum.

4.2. Bahan Pengisi