Kemampuan Pemecahan Masalah Model Ekspositori

kelas. Tetapi karena tidak menyelidiki solusi tunggal, maka dapat memperkirakan sebuah pandangan baru, salah satu yang belum terjadi pada peserta didik akan membahayakan tahap dimana proses pembelajaran individu ke diskusi kelas. Ini adalah hal yang sangat krusial dalam pendekatan ini untuk memproses dari pembelajaran individu ke pembelajaran kelompok Swada, 1999: 10.

2.1.6 Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, peserta didik dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Hal ini sesuai dengan standar isi yang menjelaskan salah satu tujuan mata pelajaran matematika bagi peserta didik adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh BSNP, 2006: 140. Indikator yang menunjukkan pemecahan masalah menurut Shadiq 2009: 14-15 sebagai berikut. 1 Kemampuan menunjukkan pemahaman masalah. 2 Kemampuan mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. 3 Kemampuan menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 4 Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. 5 Kemampuan mengembangkan strategi pemecahan masalah. 6 Kemampuan membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 7 Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Polya menyatakan solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan Suherman, 2003: 89-91. Kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini adalah kemampuan yang ditunjukkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika yang meliputi proses memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, dan menyimpulkan.

2.1.7 Model Ekspositori

Menurut Sagala 2006:79 pendekatan ekspositori adalah pendekatan yang menempatkan guru sebagai pusat pengajaran yang menunjukkan guru berperan lebih aktif dan lebih banyak melakukan aktivitas dibanding peserta didiknya karena guru telah menyiapkan bahan ajar secara tuntas sedangkan peserta didik hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Karakteristik pembelajaran ekspositori menurut Depdiknas 2008: 31 adalah sebagai berikut. 1 Pembelajaran ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah. 2 Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut peserta didik untuk berpikir ulang. 3 Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir peserta didik diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. Menurut Suyitno 2004: 4 model ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Meskipun pembelajaran masih terpusat pada guru, tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang. Dalam model ekspositori peserta didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama peserta didik berlatih menyelesaikan soal latihan dan peserta didik bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal. Peserta didik mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya temannya, atau disuruh guru untuk mengerjakannya di papan tulis. Dalam sistem ini guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga peserta didik tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib .

2.1.8 Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP DIPONEGORO33

1 17 25

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL DESIGNED STUDENT CENTERED INSTRUCTIONAL TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK KELAS VIII MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI DATAR

1 25 255

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG.

1 2 63

Penerapan metode praktikum untuk meningkatkan hasil belajar dan nilai karakter peserta didik pada materi pokok gaya kelas VIII SMP Negeri I Wanukaka.

1 1 183

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP N 3 REMBANG DALAM MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR.

0 1 82

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP/MTs.

0 15 453

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 3

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH TAMBAK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

0 0 16

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH TAMBAK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR - repository perpustakaan

0 0 36

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII.10 SMP NEGERI 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 14